“Iya, kehamilanmu bisa berlangsung dengan cepat karena kamu berada di duniaku bukan di duniamu lagi.”
“Maksudmu?” tanya Vyora yang masih belum mengerti dengan ucapan Varka.
“Akan aku jelaskan nanti setelah sampai di istana. Ayo kita pulang terlebih dahulu,” Varka mengajak Vyora untuk pulang karena sudah sangat malam.
“Aku tidak mau ikut pulang denganmu!” Vyora langsung menolak ajakan Varka.
“Lalu mau kemana? Pulang?”
“Aku masih punya orang tua, aku akan pulang sendiri!” Vyora bangkit dari duduknya dan hendak pergi meninggalkan tempat itu.
“Yakin mau pulang dengan keadaan yang tengah hamil seperti itu?”
Dengan sekejap Vyora langsung mematung mendengar ucapan Varka barusan, ia tersadar kalau dirinya tengah hamil walaupun tidak masuk akal baginya.
“Benar juga, aku tidak bisa pulang dalam keadaan seperti ini,” ucap Vyora sambil melihat ke arah perutnya.
“Arghh kenapa keadaannya jadi seperti ini!” Vyora merasa sangat kesal dengan apa yang sedang ia alami saat ini.
“Ayo ikut bersamaku pulang ke istana, lagian sekarang kamu sudah menjadi ratu disini.” Pada kenyataanya memang Vyora sudah diakui sebagai ratu disana setelah acara pernikahan mereka.
Dengan keadaan yang sangat kacau Vyora akhirnya menyetujui ajakan Varka, di gandengnya tangan Vyora menuju kereta kencana yang entah sejak kapan sudah berada disana.
Selama perjalanan menuju istana Vyora terus memikirkan bagaimana ini bisa terjadi dan lebih tidak masuk akal lagi kalau dia bisa hamil dalam waktu yang sangat singkat.
“Apa yang sedang kamu pikirkan?” Varka mendapati Vyora yang tampak sedang melamun memikirkan sesuatu.
“Aku sedang memikirkan tentang semua ini, bagaimana bisa terjadi seperti ini ditambah kehadiran bayi sialan ini.”
“Jangan bicara seperti itu sayang, nanti bayi kita jadi sedih.”
“Aku tidak peduli!”
Varka sebenarnya bukan tipe pria yang kasar, hanya saja dia mempunyai sifat yang cuek kepada semua orang termasuk kepada para selirnya.
Hanya Vyora yang dia perlakukan dengan istimewa bahkan Varka sendiri yang memilih Vyora untuk di jadikan ratu tentu saja hal ini membuat semua para selirnya merasa iri.
“Maafkan aku, ini semua memang salahku. Aku sudah menyukaimu sejak lama dan ingin menjadikanmu sebagai istri makannya aku melakukan semua ini,” Varka mencoba untuk menjelaskan alasannya berbuat seperti ini kepada Vyora sekaligus menyatakan perasaannya.
Vyora hanya menggelengkan kepalanya mendengar penjelasan dari Varka, sampai Sekarang Vyora memang belum tahu siapa nama pria yang sudah menjadi suaminya ini.
“Kenapa tidak cari wanita yang satu kasta denganmu? Bukankah kehidupan kita sangat berbeda, aku manusia normal!”
“Karena aku sudah menyukaimu dan aku ingin mendapatkanmu. Sampai sejauh ini apa yang aku inginkan selalu aku dapatkan semuanya.”
Vyora sudah merasa sangat muak dengan obrolan mereka, ia memilih untuk diam sampai di istana.
“Ayo kita turun,” ajak Varka kepada Vyora sambil mengulurkan tangan untuk membantu Vyora turun.
“Aku bisa turun sendiri,” saut Vyora yang kemudian turun dari kereta.
Begitu turun Vyora dikejutkan dengan banyaknya penjaga yang berdiri di depan pintu masuk dan juga ada beberapa pelayan wanita juga.
Kedatangannya disambut dengan sangat hormat oleh semua penghuni istana termasuk para selir tetapi Vyora belum mengetahui kalau Varka mempunyai lima orang selir.
“Kita istirahat dulu ya, besok baru aku ajak keliling istana sekalian memperkenalkan anggota keluarga,” tutur Varka sambil merangkul bahu Vyora saat memasuki istana.
“Terserah,” dengan ogah-ogahan Vyora menjawabnya.Tentu saja Varka sangat sabar menghadapi Vyora, semua makian yang keluar dari mulut Vyora tidak ia masukkan ke dalam hati karena Varka bisa memahami kalau istrinya belum bisa menerima takdir yang menimpa dirinya.
Akan tetapi Varka tidak akan menyerah untuk membuat Vyora jatuh cinta kepadanya dengan sendirinya tanpa adanya pengaruh sihir.
“Hai kakak ipar,” sapa seorang pria yang berpapasan dengan Vyora dan Varka saat sedang menaiki tangga.
Vyora hanya diam saja tidak menanggapi sapaan tadi, karena pria tadi memanggil Vyora sebagai kakak ipar sudah pasti dia adalah adik Varka tetapi Vyora tidak ingin membuka obrolan dengan siapapun yang ada di dalam istana.
Suasana istana yang Vyora tinggali terlihat sangat kuno seperti kerajaan jaman dahulu, semua penerangan disana hanya menggunakan obor dan lampu minyak juga ada beberapa lilin yang menyala di atas meja.
Begitu juga dengan hiasan disana terlihat sangat tua, bisa di bilang kalau kehidupan mereka sangat memanfaatkan hasil alam yang ada.
Sesampainya di kamar mereka yang berada di lantai dua, Varka menyuruh Vyora untuk istirahat karena Varka sangat mementingkan kondisi istrinya dan juga calon anak mereka.
“Mau makan malam?” tanya Varka.
“Tidak!”
“Ya sudah kita istirahat saja, kalau perlu apapun bisa beri tahu aku ataupun pelayan yang ada disini.”
Dengan wajah yang cemberut Vyora menaiki kasur lalu langsung merebahkan tubuhnya, kamar ini sudah tidak asing baginya karena sebelumnya Vyora terbangun dari pingsannya juga di dalam kamar ini yang merupakan kamar Varka.
Cuma Vyora yang Varka perbolehkan tinggal di kamarnya, teruntuk para selirnya sudah di sediakan kamar masing-masing.
Varka yang hendak ikut membaringkan tubuhnya bersama Vyora seketika terhenti karena suara ketukan pintu kamarnya yang membuat Varka harus membukakan pintu dengan perasaan yang sangat kesal.
“Maaf sudah mengganggumu, sedari tadi aku tidak bisa tidur apakah kamu bersedia menemaniku untuk tidur?” pinta seseorang yang terdengar suara wanita tetapi Vyora tidak bisa melihat wajahnya karena terhalang dengan pintu yang besar.
“Baiklah, akan aku temani sampai kamu tidur,” jawab Varka dengan wajah yang datar tetapi tidak terlihat marah juga kepada wanita itu.
“Iya, kehamilanmu bisa berlangsung dengan cepat karena kamu berada di duniaku bukan di duniamu lagi.” “Maksudmu?” tanya Vyora yang masih belum mengerti dengan ucapan Varka. “Akan aku jelaskan nanti setelah sampai di istana. Ayo kita pulang terlebih dahulu,” Varka mengajak Vyora untuk pulang karena sudah sangat malam. “Aku tidak mau ikut pulang denganmu!” Vyora langsung menolak ajakan Varka. “Lalu mau kemana? Pulang?” “Aku masih punya orang tua, aku akan pulang sendiri!” Vyora bangkit dari duduknya dan hendak pergi meninggalkan tempat itu. “Yakin mau pulang dengan keadaan yang tengah hamil seperti itu?” Dengan sekejap Vyora langsung mematung mendengar ucapan Varka barusan, ia tersadar kalau dirinya tengah hamil walaupun tidak masuk akal baginya. “Benar juga, aku tidak bisa pulang dalam keadaan seperti ini,” ucap Vyora sambil melihat ke arah perutnya. “Arghh kenapa keadaannya jadi seperti ini!” Vyora merasa sangat kesal dengan apa yang sedang ia alami saat ini. “Ayo ikut bersa
“Tolong lepaskan aku,” rengek Vyora dengan isak tangisnya.“Tidak bisa, kamu sudah terlanjur masuk ke dalam istanaku dan tidak akan bisa keluar dari sini,” tutur pria itu sambil merebahkan tubuh Vyora diatas ranjang.“Dasar pria gila!” amarah Vyora semakin memuncak kepada pria itu.“Sepertinya aku harus membuatmu tertidur sampai semua persiapan pernikahan kita selesai.”“LEPASKAN AKU!” Vyora mencoba berontak tetapi ia kalah telak dengan tenaga pria itu yang sudah memegangi kedua tangannya sambil menindih tubuhnya.Dalam waktu sekejap Vyora langsung tidak sadarkan diri karena pria itu membacakan mantra untuknya. “Maafkan aku harus membuatmu seperti ini untuk sementara waktu, aku sudah susah payah bertahun tahun membujukmu untuk membawamu kesini dan sekarang aku tidak mau kehilangan kesempatan ini,” ucapnya sambil meneliti wajah Vyora dari jarak yang sangat dekat dan ia mengecup bibir Vyora.Setelah itu ia keluar dari kamarnya dan tidak lupa untuk mengunci pintunya kembali.“Apa semua
Gadis itu menoleh karena merasa ada yang lagi-lagi memanggil namanya.Namun, tak ada siapa pun.Vyora menghela napas. Ia memutuskan untuk mendirikan tendanya agar bisa beristirahat karena sebentar lagi sudah memasuki sore hari.Lalu, ia mencari ranting untuk menyalakan api anggun.Setelah terkumpul, Vyora segera menyalakan api unggun dan sekaligus memasak untuk makan malam.Karena di puncak tidak ada sinyal sedikitpun, Vyora memutuskan untuk mendengarkan lagu yang untungnya ia unduh di ponselnya menggunakan headset yang sudah dibawa.Hanya saja, di balik pepohonan yang sedikit rimbun, terlihat ada cahaya merah seperti api unggun.'Apa itu pendaki lain?'Dilepaskan headsetnya untuk memastikan itu.Benar saja, ia mendengar seperti ada dendangan yang ramai, tetapi ia tidak tahu itu apa karena terdengar sangat asing baginya.Dengan rasa penasaran, Vyora mengintip di balik semak-semak untuk melihatnya. Ia sengaja tidak membawa senter karena takut ada yang mengetahui keberadaannya dan mala
Selama beberapa tahun belakangan ini, Vyora Madison merasa diteror akibat mimpi yang sama dan terus berulang.Vyora akan bermimpi kalau ia sedang melakukan solo hiking dengan pemandangan yang sangat indah. Lalu, di sana ada seorang pria yang menghampirinya. Mereka berdua terlihat seperti saling kenal satu sama lain.Karena tak tahan lagi, ia pun memutuskan untuk mendaki gunung yang ternyata tak begitu jauh dari tempatnya tinggal.Sebagai seorang youtuber traveling, ia akan sekalian menjadikan konten untuk akun youtubenya. Hanya saja, entah mengapa ... kedua orang tuanya ragu karena Vyora akan melakukan solo hiking.Ia pun memutuskan untuk tidur seperti biasa. Lagi-lagi, sosok pria yang selalu muncul di mimpinya hadir di malam itu.“Sayang, apa kau tidak mau hidup di sini bersamaku? Aku mohon padamu untuk tetap tinggal bersamaku. Jangan tinggalkan aku sendirian di sini,” ucap pria itu lembut.Vyora mengerutkan kening. “Aku tidak bisa hidup di hutan seperti ini. Lalu, bagaimana dengan
“Semuanya sehat,” jawab Varka.“Baguslah, ya sudah kalau begitu selamat beristirahat untuk kalian.”Vyora langsung meninggalkan ruangan tabib bersama dengan Ares pastinya, dilihat dari nada bicara Vyora sudah sangat terlihat kalau ia merasa kurang suka.Begitu Vyora pergi meninggalkan ruangan tadinya Varka ingin menyusulnya tetapi Dasha memanggilnya dan mencegah Varka untuk pergi. Jika bukan perintah dari ayahnya sudah pasti Varka meninggalkan Dasha sedari tadi, Varka sangat tahu bagaimana perasaan istrinya.Ditambah Ares selalu ada di samping istrinya yang membuat dirinya menjadi cemburu tetapi jika ia meluapkan rasa cemburunya pasti Vyora juga akan membela Ares.Tabib dan asistennya merasa sangat canggung disana, bagaimana tidak. Tuannya sudah memendam emosi yang tidak bisa ia luapkan seperti biasanya.“Bisakah kamu menggendong bayiku, sedari tadi dia terus menangis sejak digendong oleh ayah,” pinta Dasha kepada Varka.Dengan berat hati Varka menuruti permintaan Dasha untuk menggen
Asisten tabib pergi menemui Varka dan Adam yang masih menikmati jamuan teh, ia memberitahu mengenai Dasha yang sudah melahirkan.Semua orang yang ikut perjamuan terkejut mendengar berita tersebut.Ia juga menyampaikan bagaimana kondisi Dasha saat ini yang terus-terus memanggil Varka.Adam mengajak Varka untuk segera menemui Dasha, bagaimanapun Dasha juga sudah berjasa mau melahirkan seorang bayi untuknya.“Varka, ayo kita pergi,” ajak Adam kepada Varka yang masih duduk santai sambil menggandeng tangan istrinya.Varka sempat melihat ke arah Vyora sebelum ia berdiri, tatapannya berbicara seolah ia sedang meminta izin kepada istrinya.Vyora pun tahu dengan maksud Varka, ia menganggukkan kepalanya pelan sambil balik menatap wajah suaminya sambil perlahan melepas gandengan tangannya.Kemudian Varka langsung pergi bersama ayahnya untuk melihat kondisi Dasha saat ini, Vyora masih duduk di meja jamuan bersama selir yang lain dan juga ada perdana menteri disana. Jika Vyora tidak membolehkan V
Selesai Dasha mandi dan berdandan, ia mendapati ada senampan makanan yang sangat lezat.Dasha langsung menyantap makanan tersebut, ia sudah mengira kalau itu untuk dirinya.selesai ia makan, ada seorang selir yang datang ke kamarnya, ia mengajak Dasha untuk pergi mengelilingi istana sambil memperkenalkan setiap sudut disana.Hingga Dasha tertarik kepada salah satu ruangan disana yaitu ruang musik. Dasha sangat suka bermusik dan dansa, sejak ia hidup di desa ia sering tampil dansa tunggal di sebuah acara desanya.Semua orang di istana mengakui keberadaannya, sebelumnya Dasha merupakan gadis yang lugu dan sederhana hingga membuat Varka merasa tidak salah untuk memilihnya.Sifat itu beriringnya waktu mulai pudar dan tergantikan dengan rasa tamak.Mengetahui Varka yang sudah lama masih menyendiri membuat Dasha ingin menjadi pasangannya, sebenarnya yang Dasha inginkan adalah bisa bersama Varka bukan karena tahta.Saat ia tengah hamil sikapnya langsung berubah drastis hingga menjadikan Ares
Selesai Dasha mandi dan berdandan, ia mendapati ada senampan makanan yang sangat lezat. Dasha langsung menyantap makanan tersebut, ia sudah mengira kalau itu untuk dirinya. selesai ia makan, ada seorang selir yang datang ke kamarnya, ia mengajak Dasha untuk pergi mengelilingi istana sambil memperkenalkan setiap sudut disana. Hingga Dasha tertarik kepada salah satu ruangan disana yaitu ruang musik. Dasha sangat suka bermusik dan dansa, sejak ia hidup di desa ia sering tampil dansa tunggal di sebuah acara desanya. Semua orang di istana mengakui keberadaannya, sebelumnya Dasha merupakan gadis yang lugu dan sederhana hingga membuat Varka merasa tidak salah untuk memilihnya. Sifat itu beriringnya waktu mulai pudar dan tergantikan dengan rasa tamak. Mengetahui Varka yang sudah lama masih menyendiri membuat Dasha ingin menjadi pasangannya, sebenarnya yang Dasha inginkan adalah bisa bersama Varka bukan karena tahta. Saat ia tengah hamil sikapnya langsung berubah drastis hingga menjadika
Varka sudah sangat muak dengan Dasha, sudah tidak ada lagi kata maaf untuknya. “CEPAT MASUK!” seru Varka setelah membuka pintu kamar Dasha. Mendengar bentakan Dasha langsung menuruti perintah Varka, ia melihat ada kemarahan di wajah Varka. Setelah memastikan Dasha berada di dalam kamar Varka langsung menutupnya dan mengunci pintu kamarnya dari luar. “Kenapa kamu mengunciku di dalam kamar?” tanya Dasha dari dalam sambil mengetuk pintunya. “Varka… Buka pintunya,” teriak Dasha agar ia bisa dibukakan pintu untuknya. Varka menghiraukan teriakan itu, ia segera pergi menemui kusir untuk mengantarnya ke tempat yang ia kunjungi kemarin, rumah di padang rumput. Varka menyuruh kusir untuk melajukan keretanya dengan cepat, ia sudah sangat cemas dengan keadaan Vyora takut akan terjadi sesuatu terhadapnya. Sesampainya Varka disana, dia langsung menghampiri istrinya yang sedang duduk di depan rumah sambil menunggu kedatangannya. Varka langsung memeluk tubuh Vyora. “Sayang maafkan aku, aku h