Share

Bab 8

Penulis: Lynette
Pikiran Kelly terus melayang entah ke mana, sampai mobil memasuki sebuah kawasan vila.

Vila itu luas sekali, ada taman dengan bunga dan pepohonan, gazebo, kolam dan gunung buatan. Suasananya tenang, seperti jauh dari hiruk pikuk dunia lain.

Mobil mewah itu melaju pelan menuju bangunan utama.

Kelly memandangi pemandangan di depannya, rasanya seperti berada di dunia yang berbeda.

Begitu mobil berhenti, Yoga turun lebih dulu. Kelly buru-buru membuka pintu dan ikut turun.

Berdiri di depan pintu rumah bergaya barat yang megah, Kelly merasa kaku, tak tahu harus menaruh tangan dan kakinya di mana.

Vila ini benar-benar besar. Dari gerbang depan sampai ke gedung utama saja perlu sekitar lima menit dengan mobil.

Kalau jalan kaki, mungkin bisa sampai dua puluh menit!

Kelly pun berpikir tidak ada bus di sini. Jadi, bagaimana kalau dirinya mau keluar?

Sopir yang antar jemput?

Namun, masa harus merepotkan sopir setiap saat?

Dia paling tidak suka merepotkan orang lain.

Saat pikirannya mulai melayang ke mana-mana, terdengar suara dingin pria itu, “Masuk.”

Kelly menarik napas dalam, lalu mengikuti Yoga menuju pintu.

Sampai di depan pintu, seorang pelayan membungkuk, mengeluarkan sepasang sandal rumah dan meletakkannya di kaki Yoga. Lalu dengan sopan menyapa, “ Pak Yoga.”

Yoga mengenakan sandal itu tanpa ekspresi dan masuk ke dalam.

Setelah itu, pelayan tersebut mengambil sepasang sandal wanita dan meletakkannya di depan Kelly, “Nona, silakan ganti sandalnya.”

“Terima kasih!”

Kelly membungkuk, melepaskan sepatu putihnya. Lalu menggantinya dengan sandal rumah. Setelah itu, dia mengambil sepatunya, berniat mencari tempat untuk menaruhnya.

Namun, pelayan itu segera mengambil sepatuhnya dan memberi isyarat mempersilakan masuk.

Melihat pelayan membawakan sepatunya, Kelly merasa agak canggung.

Dia tidak terbiasa dilayani seperti ini.

Dia pun reflek mengulurkan tangan untuk mengambil kembali sepatunya, “Terima kasih, biar aku saja. Tunjukkan saja harus diletakkan di mana.”

Pelayan itu hanya tersenyum dan menggeleng.

Yoga pun menoleh melihat Kelly sedang berdebat soal sepatu dengan pelayan. Dia memasang wajah muramnya dan memerintahkan, “Masuk.”

Nada suaranya datar, tapi mengandung tekanan yang tak bisa dibantah.

Pelayan pun segera meletakkan sepatu itu dan pergi.

Hanya tersisa Kelly berdiri di ambang pintu. Melihat lantai mengilap seperti cermin, dia pun ragu untuk melangkah masuk, takut mengotorinya.

Dia jadi teringat waktu pergi ke rumah murid privatnya. Saat itu hujan, dirinya basah kuyup, lalu melepaskan sepatu dan masuk tanpa alas kaki. Tapi, karena celananya basah, air pun menetes di lantai. Dia tak akan pernah lupa tatapan nyonya rumah padanya waktu itu.

Saat dia masih ragu, suara Yoga terdengar lagi. Kali ini dengan nada tak sabar, “Kamu mau masuk atau nggak?”

Tepat saat itu, Nyonya Sherly turun dari lantai atas. Barusan dia dan Bibi Minah sedang memilih kamar untuk Kelly.

Awalnya, dia ingin menempatkan Kelly sekamar dengan Yoga, tapi khawatir cucunya itu akan menakut-nakuti gadis itu sampai keguguran, akhirnya dia pun mengurung niat itu.

Begitu mendengar nada bicara cucunya yang dingin, amarahnya langsung naik.

“Yoga, bagaimana kamu bicara dengan Kelly?”

“Dia itu wanitamu sekarang, nggak bisakah kamu lebih lembut padanya?”

Yoga terkejut!!!

Sejak kapan dia menjadi wanitanya? Kenapa dirinya tidak tahu?

Kelly menoleh ke arah suara itu, melihat seorang nenek dengan wajah ramah sedang dipapah pelayan menuruni tangga.

Melihat nenek itu menatap Yoga dengan kesal, hati Kelly pun menciut.

Dia merasa telah membuat pria itu kena omel.

Dia pun buru-buru menjelaskan, “Nyonya, dia nggak memarahiku, aku yang…”

Namun, penjelasannya justru terdengar soelah sedang mencari pembenaran diri. Dirinya pun menjadi canggung dan menarik ujung bajunya, tak tahu harus berkata apa lagi.

Nyonya Sherly pun mendekat, “Kelly, kamu nggak perlu membelanya. Aku tahu persis bagaimana sifatnya.”

Yoga pun mengeluh dalam hati, apa aku nggak perlu gengsi?

Sejak tahu Kelly hamil, perhatian nenek seolah beralih sepenuhnya. Posisi cucunya ini jadi tak ada artinya lagi.

Sekarang posisinya di hati nenek bahkan kalah dari Kelly.

Kelly berdiri tegak, wajahnya lembut dan manis, sikapnya juga patuh. Sekilas saja, Nyonya Sherly sudah sangat menyukainya.

Nyonya Sherly meraih tangannya dengan penuh kasih sayang, “Kelly, jangan panggil aku nyonya, panggil saja nenek.”

Kelly pun memanggil dengan patuh, “Nenek.”

Senyuman Nyonya Sherly langsung mengembang lebar. Dia menggandeng Kelly duduk di sofa, “Kelly, jangan takut sama Yoga. Dia bukan orang jahat, hanya wajahnya saja yang dingin. Sebenarnya orangnya baik.”

Bibi Minah yang ada di samping nyaris tertawa.

Nyonya Sherly memang pintar sekali menipu anak gadis.

Selain berwajah dingin, hati Pak Yoga juga dingin.

Bibi Minah diam-diam melirik Kelly. Gadis ini berwajah lembut, terlihat penurut dan manis.

Sepertinya memang gadis yang baik.

Nyonya Sherly menggenggam tangan Kelly, menatapnya lekat-lekat dari kiri ke kanan, “Kelly, kamu terlalu kurus. Sudah ada dua bayi di dalam perutmu, kamu harus jaga kesehatan baik-baik. Hamil itu melelahkan.”

“Tinggal di sini saja dengan tenang. Kalau ada apa-apa, nenek akan membelamu.”

Usai bicara, Nyonya Sherly melirik Yoga, “Kalau dia berani mengganggumu, menakut-nakutimu, bilang sama pada nenek. Nenek akan memarahinya untukmu.”

Dia bisa merasakan gadis ini sangat takut pada Yoga.

Bukan hanya Kelly, di rumah ini selain dia sendiri, tidak ada yang tidak takut pada Yoga.

Di seluruh Kota Basia, tidak ada yang tidak takut padanya.

Namun, Kelly sedang mengandung keturunan Keluarga Liyas, jadi dia tak akan membiarkan Yoga menakutinya lagi.

Meski begitu, Kelly tidak berani menganggap ucapan itu serius.

Bagaimanapun juga, Nyonya Sherly itu neneknya Yoga, bukan neneknya sendiri.

Dia bisa duduk di sini sekarang murni berkat anaknya, bukan karena nasib baiknya.

Setelah melahirkan nanti, dirinya harus pergi.

Jadi, apapun yang Nyonya Sherly katakan, Kelly hanya mendengarkan. Saat harus mengangguk, dia akan mengangguk. Saat harus diam, dirinya juga hanya diam.

Kebanyakan Nyonya Sherly yang berbicara dan Kelly hanya mendengarkan. Dia tak berani menimpali, takut sampai salah bicara.

Yoga sendiri duduk di sofa samping, entah sedang melihat apa di tabletnya.

Kelly melirik sekilas dengan sudut matanya. Bibir tipis pria itu terkatup rapat, wajahnya datar tanpa ekspresi.

Orang bilang pria berbibir tipis itu berhati dingin, soal perasaan pun cenderung kejam.

Entah bagaimana dia memperlakukan anaknya nanti?

Akan menjadi ayah seperti apa?

Kelly pun tanpa sadar menunduk, memandang perutnya yang masih rata. Setelah bayinya lahir, dirinya akan pergi dari sini dan meninggalkan mereka.

Dia tidak tahu bagaimana nasib mereka nantinya, tapi yang pasti lebih dari daripada dengan dirinya.

Bahkan dilahirkan sebagai anak diluar nikah, bisa lahir di keluarga kaya akan jauh lebih beruntung ribuan kali lipat daripada orang biasa.

Seharusnya dirinya tidak perlu khawatir soal anaknya!

Saat pikirannya melayang ke mana-mana, Nyonya Sherly memanggilnya, “Kelly, Kelly…”

Setelah dipanggil dua tiga kali, barulah Kelly tersadar, membuat Yoga ikut menoleh ke arahnya.

Kelly panik, buru-buru mengangkat kepala dan tanpa sengaja menatap tatapan Yoga.

Terukir jelas rasa tidak suka di pandangan pria itu padanya.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hamil Kembar, Aku Disayang Bos Dingin!   Bab 100

    Jimmy membalas, [Pak Yoga, semua pakaian Nona Kelly dipilih langsung oleh staf toko sesuai dengan bentuk tubuh dan karakternya.]Saat membeli pakaian, Kelly tidak memilih sendiri dan merasa tidak ada yang cocok.Akhirnya, staf toko yang memilihkan untuknya.Kemudian, beberapa kali pakaian dikirim ke Vila juga dibuat sesuai ukuran tubuh Nona Kelly.Semua pakaian itu normal saja, Jimmy tidak mengerti maksud bosnya menanyakan hal itu.Dia pun menatap foto itu beberapa kali, tetap tidak melihat ada yang aneh.Yoga pun tidak membalas pesannya.…Kelly tiba di asrama.Hari ini tidak ada kelas pagi, tapi karena Yoga mau ke kantor dan sekalian mengantarnya, Kelly pun berangkat lebih awal.Melihat penampilan Kelly, Tasya langsung terpesona.Asrama itu kosong, tidak ada orang.Tasya berkata, “Kelly, gaunmu cantik sekali!“Dan menutupi perutmu juga, nggak kelihatan perut buncitnya.”Kelly tersenyum dan berkata, “Iya, ‘kan? Aku juga merasa cantik dan bahannya juga enak dipakai.”Benar-benar ada ha

  • Hamil Kembar, Aku Disayang Bos Dingin!   Bab 99

    Namun, Yoga tidak menganggapnya begitu.Dari hasil penyelidikan, gadis kecil ini keras kepala dan punya tekad kuat.Sikap patuh hanyalah tameng perlindungan di hadapannya.Namun, dia juga gadis yang polos dan tangguh.Yoga berkata, “Mulai sekarang, kalau bicara denganku, angkat kepala. Jangan menunduk.”Mendengar itu, Kelly benar-benar menurut, mengangkat kepala dan menatapnya.“Pak Yoga, kalau nggak ada hal lain lagi, aku naik dulu.”Yoga pun mengangguk.Kelly pun berdiri dan naik ke lantai atas.Saat melewati Yoga, Kelly tidak lagi menunduk.Sebaliknya, dia mengangkat dagu, berjalan dengan tegap dan dengan sorot mata penuh keteguhan melewati pria itu.Yoga menoleh, memandang punggung gadis itu. Hatinya mendadak dipenuhi rasa yang sulit dijelaskan.…Keesokan paginya, seperti biasa, Yoga yang mengantar.Kelly masuk ke mobil, duduk di tempatnya, lalu mengeluarkan tablet pemberian Yoga. Lalu menyambungkan earphone bluetooth dan mulai mendengar siaran berbahasa inggris.Kelly sudah memi

  • Hamil Kembar, Aku Disayang Bos Dingin!   Bab 98

    Kelly terlihat seperti gadis yang penurut dan pengertian.Yoga malah bilang dia sering menangis, bukankah itu artinya dia merasa tertekan?Yoga bergumam dalam hati, perhatian?Bagaimana caranya memberi perhatian?Dia sudah memberinya makanan enak, minuman enak, dilayani dengan baik, uang pun tidak pernah kurang. Bukankah itu sudah cukup perhatian?Yoga pun bertanya, “Bagaimana caranya perhatian?”Bagaimana caranya perhatian pada Kelly?Selama hidupnya, dia belum pernah berinisiatif memberi perhatian pada orang lain.Kalau soal uang, selama tidak berlebihan, dirinya bisa memenuhinya.Namun selain uang, hal-hal material, Yoga benar-benar tidak tahu bagaimana caranya.Bagi Felix, pertanyaan semacam itu dari Yoga sama sekali tidak mengejutkan.Sejak kecil, dia memang seperti putra mahkota yang selalu dikelilingi orang lain.Yoga mungkin bahkan tidak bisa menuliskan kata perhatian!“Jawabannya hanya satu, yaitu hibur.”“Perempuan itu makhluk yang sensitif. Kalau suasana hatinya baik, semuan

  • Hamil Kembar, Aku Disayang Bos Dingin!   Bab 97

    Seketika, Yoga sendiri bahkan tidak bisa membedakan, dia khawatir pada Kelly atau hanya khawatir pada bayi di perutnya.Bibi Minah menatap punggung Yoga yang tegas dan penuh amarah, lalu hanya bisa menghela napas tak berdaya.Nona Kelly juga tidak ingin jatuh, kenapa Pak Yoga malah begitu marah?Apa karena cemas dan peduli?Bibi Minah berusaha menenangkan Kelly.“Nona, jangan menangis. Lain kali lebih hati-hati saja.”“Besok aku menyuruh orang untuk ganti karpet yang baru.”Jika memang beresiko, pindah saja ke lantai satu!Dia berpikir untuk membicarakannya dengan Pak Yoga, membiarkan Nona Kelly tinggal di lantai satu. Lebih aman, tidak perlu naik turun tangga.Awalnya, Nyonya Sherly memang sengaja menempatkan Kelly di kamar sebelah Pak Yoga, supaya kalau ada apa-apa, Pak Yoga bisa langsung menjaga.Namun sekarang, rasanya pindah ke lantai satu jauh lebih aman.“Jangan terlalu dipikirkan kata-kata Pak Yoga, dia nggak ada maksud buruk.”“Dia itu sebenarnya khawatir padamu.”“Hanya saja,

  • Hamil Kembar, Aku Disayang Bos Dingin!   Bab 96

    Jelas-jelas menangis karena merasa tertekan, tapi masih saja mencari alasan bilang matanya alergi.Kenapa mulutnya setajam itu?!Hanya karena masalah sepele, kenapa dirinya harus sampai membuat Kelly menangis?Yoga tahu betul kalau hati Kelly sedang rapuh, tapi mulutnya tetap saja begitu pedas.Hanya gara-gara Kelly minta bantuan Jimmy, bukan dirinya.Yoga tidak terima, lalu menjadikannya bahan sindiran.Dan membuatnya menangis.Seumur hidup, baru kali ini Yoga sadar dirinya ternyata bisa sekecil hati seperti itu.Bahkan sekecil sebuah jarum.…Beberapa menit kemudian, Kelly keluar dari apotek dengan membawa kantong plastik bening.Dia sudah berusaha menenangkan emosinya.Meski matanya masih merah, tapi tangisannya sudah berhenti.Begitu masuk ke mobil, dia pelan berkata, “Maaf, sudah membuatmu menunggu lama.”Setelah memasang sabuk pengaman, Kelly mengeluarkan obat tetes mata, lalu menunduk serius membaca petunjuk di kotaknya.Tadi dia bilang matanya tidak nyaman, agak kering, jadi pe

  • Hamil Kembar, Aku Disayang Bos Dingin!   Bab 95

    …Saat pulang kuliah, Yoga menyetir sendiri untuk datang menjemput Kelly.Kelly mengira sopir yang menyetir, jadi dia langsung masuk ke kursi belakang.Begitu melihat jelas Yoga yang duduk di kursi pengemudi, dia langsung terbengong.Jika dirinya duduk belakang, bukankah memperlakukan Yoga seolah sopir?Ketika ragu apakah harus pindah ke depan atau tidak, Yoga sudah lebih dulu berkata, “Duduk di belakang? Anggap aku sopir?”Kelly panik bukan main, buru-buru keluar dan pindah ke kursi penumpang depan.Begitu duduk rapi, dia buru-buru minta maaf, “Maaf, aku nggak tahu kalau kamu yang menyetir.”Yoga menyalakan mobil, memutar setir untuk berbalik arah.“Sekarang sudah semakin berani ya? Ada urusan langsung melewatiku dan cari Jimmy!”Menghadapi nada sindiran pria itu, Kelly jadi canggung.“Maaf, aku…”Kelly ingin menjelaskan, tapi merasa tak ada yang perlu dijelaskan. Bagaimanapun, dirinya memang salah.Seharusnya tidak melewati Yoga begitu saja dan langsung mencari Jimmy.Bagaimanapun,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status