/ Rumah Tangga / Hamil di Malam Pertama / Bab 6 : Ingin Membunuhnya

공유

Bab 6 : Ingin Membunuhnya

작가: Evhae Naffae
last update 최신 업데이트: 2021-08-17 12:45:59

Hamil di Malam Pertama

Part 6 : Ingin Membunuhnya

“Aku memang sudah tak setuju saat kamu membawa Zaki ke rumah ini, Malik! Akan tetapi kamu tak pernah mau mendengarkan omonganku dan sekarang lihatlah hasil perbuatanmu itu? Putri kita satu-satunya diperkosa secara diam-diam, mungkin Vaulin diberi obat tidur atau semacamnya!”

“Dari dulu sampai sekarang pikiranmu masih saja kotor, Della. Tak mungkin Zaki melakukan perbuatan tercela itu kepada adiknya sendiri!”

“Apa, adik?! Hah, akhirnya mengaku juga. Filingku selama 18 tahun ini terbukti juga, ternyata Zaki itu memang anak hasil perselingkuhanmu. Pantas saja kamu tak mau menikahkan Zaki dan Vaulin! Entah apa jadinya janin hasil hubungan sedarah itu?”

“Della, berhentilah berbicara omong kosong! Kamu memang sakit jiwa, dasar psikopat!”

“Hey, kalau aku psikopat, sudah kumutilasi beberapa salingkuhanmu itu, Malik!”

‘Brakk’

Terdengar bunyi benda keras yang jatuh dari kamar Mama dan Papa, aku yang sedari tadi berdiri di depan pintu kamar mereka, melanjutkan langkah untuk ke dapur. Dasar, udah tua begitu masih ada suka ribut dan sepanjang hidup hanya tuduhan selingkuh itu saja yang dibahas. Aku tak tahu siapa yang benar, entah Mama atau juga Papa, yang jelas mereka jarang akur. Dasar, udah pada tua tapi tingkah masih saja labil!

Aku duduk di depan meja makan dan menatap aneka makanan yang terhidang, tapi tak ada satu pun yang ingin kumakan. Bayi tak bertuan ini tak boleh dikasih makan yang enak-enak, biar dia ma-ti kelaparan di dalam sana! Kupukuli perut ini, lalu melangkah menuju ruang televisi.

Entah film apa yang sedang kutonton di televisi ini, aku juga tak mengerti. Pikiran malah terasa melayang-layang. Rasanya sudah tak sabar menunggu anak ini lahir biar aku bisa menghabisinya. Kata Mama, dia mau memutilasi selingkuhan Papa, kalau aku bagusnya memutilasi anak tak berayah ini saja, yang tak kuketahui asal-usulnya. Bisa jadi, dia anak setan. Masa iya aku diperkosa hantu? Kalau dalam novel karya ‘Evhae Naffae’ yang berjudul “Petaka Malam Tahun Baru” di situ Rivana sang pemeran utama sudah jelas diperkosa sang pacar juga teman-temannya. Dia melahirkan di kamar mandi dan anaknya mati, terus dijadiin kado untuk Bastian. Kalau aku ... setelah bayi ini ma-ti, mau kuapakan dia? Kalau Rivana, dia balas dendam kepada para pemerkosanya, kalau aku mau balas dendam kepada siapa? Apakah aku bisa setegar Rivana?

“Dek, kok melamun sih?” Sebuah suara membuyarkan lamunan ini.

“Eh, Kak Zaki .... “ Aku mengusap wajah, dia mengganggu ketenangan alam pikiranku saja.

“Lagi melamunin apa? Udah makan belum? Kita cari makan keluar, yuk!” ajaknya dengan senyum yang semringah.

Hah, makan? Aku tak mau makan. Aku hanya melengos dan membuang pandangan darinya.

“Dek, ayo kita jalan keluar!” Kak Zaki meraih tanganku.

“Capek, Kak, malas ke mana-mana. Lagian malu juga ketemu orang-orang, semua pasti ghibahin aku dengan kasus hamil di malam pertama.” Aku melengos kesal sembari memukul perutku yang terlihat semakin berisi ini.

“Nggak boleh gitu, kasihan ah!” Kak Zaki menghentikan tanganku yang memukuli perut ini, dia malah mengusapnya dengan kasih sayang.

“Ishh!!” Kutepis tangannya dengan marah.

“Nggak ada yang tahu masalah itu, Dek, hanya keluarga kita dan keluarga Yuta saja. Ayo pergi!” Kak Zaki langsung menggendongku dengan tiba-tiba.

“Kak, apaan sih? Lepasin, aku nggak suka, ya!” Aku melotot kepadanya dan berusaha melepaskan diri dari gendongannya.

“Nggak akan dilepasin, katanya capek jalan, ya udah Kakak gendong biar nggak capek,” jawabnya sambil tertawa.

Aku hanya mendengus kesal karena tak bisa melepaskan diri. Sesampainya di halaman, dia langsung memasukkanku ke dalam mobilnya. Isshh ... aku benci sikap Kak Zaki yang menurutku sudah kelewatan ini, bisa-bisanya dia memaksaku.

“Hey, jangan cemberut gitu! Kita akan on the way pantai, minum es kelapa sambil makan kerang bakar, sedap itu,” ujarnya sambil mengacak poniku.

“Aku nggak napsu makan apa pun, Kak!” ketusku.

Kak Zaki malah tak menggubris kekesalanku, dia malah tertawa dan mulai melajukan mobilnya.

“Gimana, Kak, udah diselidiki belum siapa yang membuatku hamil di malam pertama pernikahanku ini?” tanyaku akhirnya karena suasana menjadi senyap sejak tadi.

“Kakak masih menyelidiki semua ini, Kakak juga nggak akan memberi ampun orang itu jika sampai ketahuan. Untuk saat ini Kakak masih mengusut kamera CCTV rumah kita, mengamatinya mundur ke tiga bulan terakhir,” jawabnya dengan raut serius.

“Bagaimana ... kalau pelakunya Kak Zaki sendiri, seperti tuduhan Mama?” Aku menatapnya tajam.

“Demi Allah bukan Kak Zaki, Dek. Kakak itu sayang sama kamu, jadi takkan mungkin tega merusakmu. Kakak janji akan segera menemukan pelakunya, tapi kamu tak boleh memukul janin tak berdosa ini lagi. Kasihan, dia tak tahu apa-apa masalah kedua orangtuanya. Biarkan dia terlahir ke dunia, Kak Zaki akan menemanimu merawatnya,” jawabnya.

Aku membuang tatapan darinya, rasanya memang bukan Kak Zaki pelakunya tapi entah kenapa Mama masih saja menuduhnya.

“Kamu adalah wanita kuat, Allah takkan menguji umatnya melewati batas kemampuan, semua peristiwa akan selalu ada hikmahnya. Kakak akan selalu bersamamu dan melewati semuanya bersama.” Kak Zaki meraih tanganku dan menggenggamnya.

Andai Mas Yuta yang berkata seperti ini, pasti aku takkan seterpuruk sekarang. Tapi dia ... telah mencampakanku tanpa ampun dan kasihan. Air mata ini langsung meleleh begitu saja, segera kutarik tanganku dari Kak Zaki dan menutup wajah dengan sambil menangis. Hati ini kembali pilu, Tuhan begitu tak adil kepadaku, bagaimana bisa dia menitipkan janin di rahimku tanpa kuketahui asalnya? Kejadian ini sudah melebihi batas kemampuanku, lalu apa hikmahnya? Tak ada sama sekali, palingan hanya penderitaan sepanjang masa. Persetan saja!

“Ayo turun! Mampu jalan gak, atau mau digendong sampai pondok?” Kak Zaki menaikkan sebelah alisnya.

Eh, mobilnya udah berhenti, udan sampai ternyata. Segera kubuka pintunya dan tak menjawab pertanyaan konyolnya.

“Ayo!” Kak Zaki menggandeng tanganku menuju pondok yang berada di atas pantai, yang berjejer diantara geretak panjang yang terbentang ke tengah pantai.

Aku melepaskan tanganku darinya lalu masuk ke dalam pondok nomor 1, sebab tak kuasa jalan terlalu jauh. Kak Zaki mengikut saja dengan sambil melambaikan tangan kepada penjaga kafe atas pantai ini.

Dia langsung memesan yang disebutnya di mobil tadi, yaitu Kerang bakar dan es kelapa. Aku tak habis pikir, bagaimana caranya membakar kerang, kok bisa? Terus makannya gimana? Aku jadi pusing memikirkannya. Ngomong-ngomong dibakar, bagaimana kalau bayi tak bertuan ini saja yang dibakar? Mungkin aku akan puas akan akhir dari kisah ini. Hahh ... semua ini terasa sangat lucu, hahaa ... aku tertawa senang dengan tangan yang kembali memukul pe-rut yang isinya begitu ku-benci ini.

Bersambung ....

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Hamil di Malam Pertama   Extra Part 5

    Hamil di Malam PertamaExtra Part 5 (Kisah Caroline)Setelah berhasil membobol berangkas milik Erlin, Caroline segera memindahkan uang dan perhiasan itu ke dalam tasnya. Senyum mengembang sambil menatap suami dan madunya yang tertidur dengan pulas karena pengaruh obat tidur racikannya, mantan dokter ahli kandungan. Ia tak menyangka kalau madunya itu menyimpan uangnya di rumah dan kodenya berangkas itu tanggal lahir Rendy—suami mereka.Taklama kemudian, Caroline sudah berada di dalam mobil Erlin dan memacunya pelan untuk keluar dari perkarangan rumah bertingkat dua itu. Tak lupa ia tutup kembali pintu pagar, lalu mulai melajukan mobil hitam itu membelah jalanan. Hatinya begitu puas karena sudah berhasil merampok seluruh uang dan perhiasan milik Erlin, madunya yang tajir melintir namun pelit itu.“Selamat tinggal Erlin, Mas Rendy kuberikan kepadamu. Milikilah dia seutuhanya, sedangkan aku akan memiliki uang, perhiasan juga mobilmu,” lirih

  • Hamil di Malam Pertama   Extra Part 4

    Hamil di Malam PertamaExtra Part 4 (Kisah Caroline)Saat Rendy dan Caroline kembali ke meja mereka, ada seorang pria yang duduk di sana, bersama Erlin.“Nah ini dia Caroline, Mas Rohit. Gimana, dia cantik ‘kan? Cocok ‘kan dia kalau kerja sama Mas Rohit?” Erlin menyunggingkan senyum sambil menunjuk ke arah sang madu yang terlihat sedang kesal itu.“Hmm ... sangat cocok. Mana berkas yang saya suruh siapakan kemarin? Saya akan urus pasport juga kelengkapan lainya,” jawab Rohit, yang bekerja sebagai agen TKW untuk dikirim ke Hongkong. Tatapan matanya menatap Caroline dari atas hingga bawah, ia terpesona akan kecantikan wanita blasteran Jerman itu.“Kalian sedang membicarakan apa ini, Er? Siapa dia?” Rendy menatap sang istri dan pria di hadapannya.“Ini berkasnya sudah saya siapkan, Mas Rohit. Semoga prosesnya cepat.” Erlin segera menyerahkan berkas yang ia keluarkan dari dalam ta

  • Hamil di Malam Pertama   Extra Part 3

    Hamil di Malam PertamaExtra Part 3 (Kisah Caroline)Pukul 13.00, Rendy berserta dua istrinya juga anak kembarnya sudah berangkat menuju restoran. Ternyata Erlin mau merayakan ulang tahun pernikahan mereka sekalian bertemu agency yang menangani tentang TKW yang akan dikirim ke Hongkong dan Rendy tak mengetahui tentang hal itu, dia tahunya mereka akan makan siang bersama hanya untuk merayakan anniversary mereka saja.“Mbak Car, tolongin antar Mona dan Moni ke toilet dong!” perintah Erlin kepada Caroline yang saat itu baru saja hendak menikmati makanan di hadapannya.Caroline meletakkan kembali sendok makanannya lalu menuruti perintah madunya itu, digandengnya dua anak kembar Erlin dan suaminya yang kini berusia 4 tahun itu. Ia menyayangi Mona dan Moni walau membenci mamanya, sebab ia ikut andil dalam merawatnya sejak baru dilahirkan.Taklama kemudian, Caroline sudah menggandeng kedua anak kembar suaminya itu keluar dari toilet. Ia lantas

  • Hamil di Malam Pertama   Extra Part 2

    Hamil di Malam PertamaExtra Part 2 (Kisah Caroline)“Mas, aku nggak minta kamu kerja, aku cuma mau kamu menceraikan Caroline!” pekik Erlin kesal.“Aku tak mau menceraikan siapa pun, aku takkan mau melakukan hal yang dibenci Allah itu. Maafkan aku, Er .... “ Rendy pura-pura sedih sambil duduk di pinggir tempat tidur.“Mas, aku nggak sanggup lagi ... kalau harus terus begini, aku nggak sanggup harus berbagi suami begini. Hatiku sakit, Mas.” Erlin tak dapat lagi menahan tangisnya.Rendy mendekati istri keduanya itu, yang wajahnya tak secantik Caroline. Erlin hanya memiliki tinggi 150 cm saja, sedangkan Caroline 168 cm. Warna kulit keduanya pun jauh berbeda, Caroline berkulit putih, sedangkan Erlin sawo matang. Itu juga alasan Rendy tetap mempertahankan Caroline, ia menikahi Erlin si janda kaya raya itu hanya demi kesejahteraan hidupnya karena Erlin mempuny

  • Hamil di Malam Pertama   Extra Part 1

    Hamil di Malam PertamaExtra Part 1 (Kisah Caroline)Caroline menyeka keringat di dahinya setelah selesai membersikan rumah yang akan mereka kontrakan, yang letaknya berada tepat di sebelah rumah madunya yang kini juga menjadi tempat tinggalnya. Ia tak punya pilihan lain, selain harus menuruti keinginan suaminya yang ingin berpoligami agar mereka bisa tetap hidup. Semua ia lakukan karena rasa cinta yang teramat sangat, yang membuatnya rela diperlakukan seperti pembantu sejak beberapa tahun terakhir ini.“Car, aku lapar.” Pria pengangguran tapi memiliki dua istri itu menghampiri Caroline lalu duduk di depan meja makan.“Hmm ... Mas ... maaf ... aku belum sempat masak,” jawab Caroline.“Ah ... kamu ini, kok belum masak sih?” Rendy—sang suami terlihat berang karena sudah menjadi kebiasaannya setelah bangun tidur, makanan harus sudah terhidang di atas meja.“Aku baru selesai bersihin rumah sebelah,

  • Hamil di Malam Pertama   Bab 84 (Tamat)

    Hamil di Malam PertamaBab 84 (Tamat)Dengan percaya diri, Willy langsung membeli sebuah cincin dan buket bunga untuk ia berikan kepada Margareta, Mama dari Cris, anak laki-laki yang ia sayangi itu dan ingin menjadi sosok ayah yang baik untuknya. Ia tak peduli akan umur mereka yang terpaut hampir sepuluh tahun itu, yang ia inginkan hanya menyempurnakan agamanya. Ia berharap ridho dan keberkahan dari Yang Maha Kuasa, ia ingin menjadi pelindung untuk keduanya apalagi Cris pernah berkata kepadanya, kalau ia ingin punya ayah meski mamanya sudah baik, namun tetap saja ia menginginkan keluarga yang lengkap.“Mar, maaf ... jika saya lancang tapi ... saya tetap harus mengatakan semua ini, agar kamu tahu kesungguhan ini. Saya ... ingin melamarmu jadi istri, saya ingin menjadi ayah untuk Cris, putramu. Saya ... ingin ... kita bisa

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status