Velicia menemui dokter spesialis kandungan yang direkomendasikan oleh Arion. Dia berniat konsultasi mengenai keinginannya untuk mencegah kehamilan."Saya Velicia Montana, dok. Arion merekomendasikan anda pada saya," tutur Velicia setelah dipersilahkan duduk di hadapan sang dokter.Dokter wanita itu tersenyum sembari mengulurkan tangannya. "Saya dokter Bella. Arion sudah menghubungi saya. Kami berteman sejak di bangku sekolah dasar, dan setelah itu kami selalu bersekolah di tempat yang sama. Bisa dikatakan seperti saudara sepupu, mungkin," ujarnya sambil terkekeh.Velicia tersenyum malu. Dia merasa rendah di hadapan dokter cantik yang mempunyai hubungan dekat dengan pria masa lalunya. 'Apa mereka mempunyai hubungan lebih serius dari sekedar berteman?' tanyanya dalam hati.'Dokter Bella cantik dan juga mapan. Sangat mustahil jika Arion tidak mempunyai perasaam khusus padanya,' sambungnya dengan merasakan sakit pada hatinya.'Tapi, arion berhak bahagia. Dia berhak mendapatkan yang lebih
Lagi-lagi Velicia diharuskan menunggu oleh suaminya. Sudah dini hari Raymond belum juga pulang ke rumah, hingga dirinya tertidur di sofa ketika menunggunya."Sepertinya dia sedang bersenang-senang. Lebih baik aku simpan saja semua makanan ini," ucapnya sambil membereskan semua makanan yang tersaji di atas meja makan.Setelah itu dia masuk ke dalam kamar untuk mengistirahatkan tubuhnya yang terasa sangat lelah. Akhir-akhir ini Velicia merasa sangat kelelahan. Terkadang dia merasakan ada yang aneh dengan tubuhnya. Hanya saja dia berpikir semua itu karena harus melayani nafsu Raymond yang seolah tidak ada habisnya. Apalagi tidak ada kelembutan dari sang suami ketika melakukannya. Nafsu Raymond yang menggebu membuat sang suami memperlakukannya dengan sangat kasar, sehingga membuatnya tidak nyaman, dan terasa sangat hambar.*****Keesokan paginya, Raymond dan Sandra keluar dari apartemen milik Arion dengan wajah yang sumringah. Apartemen itu mereka tinggalkan tanpa membersihkan atau merapi
Velicia bernapas lega setelah membaca pesan dari suaminya. Dia sangat yakin jika alasan pulang telatnya bukan karena pekerjaan. Seperti yang sudah-sudah, Raymond selalu pulang terlambat dikarenakan menghabiskan waktunya bersama wanita selingkuhannya. "Lembur karena pekerjaan? Sangat tidak mungkin," gumamnya sambil tersenyum miring mengingat pembicaraan para atasannya ketika berada di pesta malam itu. Mereka mengatakan bahwa Raymond tidak pernah mau bekerja lembur dengan alasan ingin menemani istri cantiknya."Menemani istri atau menemani selingkuhanmu?" sambungnya kembali.Dulu, Velicia memang merasa terpukul ketika mengetahui hal itu, tapi untuk sekarang ini dia merasa sangat bersyukur karena dengan begitu Raymond tidak akan mengganggunya malam ini.Tiba-tiba dia teringat kembali akan pembicaraan suaminya yang menginginkan anak darinya. Seketika dia merasa kesal pada dirinya sendiri telah melupakan rencananya ke rumah sakit untuk berkonsultasi pada seorang dokter kandungan.Tepat pa
Perdebatan kecil antara Arion dengan Velicia terjadi selama beberapa menit di depan rumah yang ditempati Velicia selama menikah dengan Raymond. Arion ingin mengantar mantan kekasihnya itu ke rumah sakit, tapi Velicia menolaknya. Bukan karena dia enggan dibonceng oleh sang mantan, lebih tepatnya dia hanya berbohong. Rumah sakit hanya dijadikannya alasan saja agar pria masa lalunya itu segera pergi dari rumahnya.Namun, tidak sesuai dengan yang diharapkannya. Arion malah memaksa untuk mengantarkannya ke rumah sakit. Pria masa lalunya itu terlihat sangat khawatir padanya. Seketika Velicia merasa sangat bersalah telah membohongi sang mantan yang masih sangat peduli padanya."Sepertinya aku tidak jadi ke rumah sakit. Badanku sudah merasa lebih baik sekarang," ucapnya sembari tersenyum, berusaha untuk menenangkan sang mantan agar tidak khawatir padanya."Benarkah? Apa kamu keberatan jika aku ingin mengantarmu ke rumah sakit?" tanya Arion dengan tatapan curiga padanya.Velicia menggeleng. "A
Arion terhenyak membaca pesan yang dikirimkan oleh sang mantan. Seketika pikirannya menjadi kosong, telinganya tidak mendengar suara apa pun, kedua matanya hanya tertuju pada layar ponselnya. Ocehan Sandra tentang sikap protektif sang kakak hanya seperti hembusan angin yang berlalu begitu saja.Tanpa menunggu lama, Arion beranjak dari duduknya dengan membawa ponselnya meninggalkan ruang makan yang dipenuhi oleh ocehan sang adik."Kak! Mau ke mana?! Aku belum selesai bicara!" seru Sandra dari tempat duduknya. Dia tidak terima ditinggalkan begitu saja oleh sang kakak yang sebelumnya mengaku sangat peduli padanya.Arion tidak mendengar seruan adiknya. Bukan, lebih tepatnya dia tidak mempedulikannya. Pewaris dari keluarga Brooks tersebut lebih tertarik pada pesan yang baru saja diterimanya. Bagaimana tidak, pesan itu dikirimkan oleh seorang wanita yang sedang mengacaukan pikirannya dan mengobrak-abrik hatinya."Velicia, ayo angkat telpon ku," gumamnya, cemas.Sudah yang ketiga kalinya pan
'Shit!' umpat Raymond dalam hati. Sepasang mata tajam itu menatap kesal pada wanita yang sedang ada dalam kungkungannya. "Aku hanya tidak mau dijadikan pelampiasan nafsumu saja, Sayang," ucap Velicia dengan memperlihatkan wajah sedihnya. Hati Raymond pun tergerak. Seketika pria arogan itu menyadari betapa jahat dirinya selama ini pada wanita yang berstatus sebagai istrinya. Bagaimanapun dia juga menyadari banyaknya dukungan sang istri untuk karirnya. "Apa?" tanyanya tanpa merubah posisinya. "Kita buat surat perjanjian agar kamu tidak lagi bersikap kasar padaku," jawab Velicia dengan tatapan memohon. Tubuh Raymond luruh seketika. Dia terduduk sembari menundukkan kepalanya, menatap pada bagian intinya yang sedang bersemangat penuh hasrat. "Apakah janjiku belum cukup untuk membuatmu percaya padaku?" tanyanya lemas, tanpa menatap ke arah sang istri. Velicia tersenyum tipis. Dia merasa suaminya telah jatuh dalam perangkapnya. Sekaranglah saat yang tepat untuk melancarkan aksin
Velicia tidak menduga, jika dia akan menemukan surat gugatan cerainya yang sudah dibubuhi dengan tanda tangan suaminya di dalam lemari tempat penyimpanan dokumen. Tadinya dia hendak mengambil surat gugatan cerai tersebut untuk mencuri cap jempol suaminya ketika sedang tertidur lelap. Niat itu pun dibatalkannya."Sekarang aku hanya tinggal mencari cara untuk segera memprosesnya," gumamnya sambil tersenyum bahagia. Matanya berbinar membayangkan dirinya telah terbebas dari sangkar yang dibuat oleh sang suami."Sayang! Apa sudah selesai?!" seru Raymond sambil bangun dari tidurnya. Kedua tangannya mengusap-usap matanya sembari menguap.Velicia segera meletakkannya di tempat yang aman. Dia bergeser ke lemari pakaian agar tidak menimbulkan kecurigaan pada suaminya."Baru saja selesai. Tadinya aku akan membangunkan mu, tapi melihat tidurmu sangat pulas, aku tidak tega," tuturnya sambil membuka pintu lemari pakaian, tanpa menoleh ke arah suaminya.Sontak saja Raymond menoleh ke arah suara ters
Setelah mengantar Sandra pulang ke rumah, Arion kembali mengendarai mobilnya untuk menuju ke tempat yang sedang dipikirkannya. Mobil mewah yang dikendarainya terparkir tidak jauh dari rumah orang tersebut."Tolong keluarlah sebentar, Ve," gumamnya dari dalam mobil sambil menatap rumah yang bagaikan penjara bagi sang mantan.Entah apa yang membuatnya kembali datang ke tempat itu. Hatinya lah yang membuatnya tergerak untuk menemui wanita masa lalunya. Setelah beberapa saat berlalu, Arion belum juga melihat Velicia keluar dari rumahnya. "Apa yang sebenarnya aku lakukan di tempat ini?" tanyanya pada diri sendiri sambil tersenyum tipis menertawakan dirinya.Dia sendiri tidak tahu apa yang akan dilakukannya jika sang mantan kekasih keluar dari rumah tersebut. Yang dilakukannya hanyalah menuruti kata hatinya. Arion tidak bisa berpikir jernih saat ini. Kekhawatirannya pada wanita yang menyita pikirannya itu membuatnya tidak bisa bekerja saat ini.Lamanya waktu yang berlalu hanya digunakannya
Sepasang mata Hazel milik Velicia membelalak. "Tidak. Tidak mungkin," ucapnya lirih sembari menutup bibir mungilnya dengan tangan kanannya."Kenapa Mama berubah pikiran? Bukankah tadi Mama menginginkan--""Dari mana saja kamu, Ray? Sudah sejak tadi kamu meninggalkan rumah kami. Untung saja kami bertemu denganmu, jika tidak ... sia-sia saja kami datang ke sini," sahut Alexander sambil berjalan menghampiri sang putra.Pria paruh baya itu melihat sekilas ke arah jendela rumah putranya. Dia sengaja mencegah Raymond agar tidak membahas tentang warisan keluarga mereka dengan mamanya. Ekor matanya menelisik, dan dia yakin jika sosok di balik tirai pada jendela tersebut adalah Velicia, menantu yang kini akan mereka pertahankan demi mendapatkan warisan dari sang kakek.Raymond terkekeh. "Ada apa ini, Pa? Tumben sekali Papa datang ke sini. Lagi pula sejak kapan Papa mengurusi kepulanganku?" tanyanya sembari menatap heran pada papanya."Pa! Kenapa jadi membahas hal lain?!" tegur sang istri, kes