Share

Saling Membutuhkan

Malam tak pernah terasa amat mencekam, sejak pernikahannya dengan Raga. Untuk pertama kalinya sejak sepuluh hari pernikahan, Melody merasa gelisah di kamarnya padahal jam masih menunjukkan pukul 19.01 WIB.

Hantu anak kecil itu sudah mengikutinya sejak umur sepuluh tahun. Dulu perempuan itu menganggapnya tak ubahnya teman, karena Melody memang kesulitan beradaptasi dengan lingkungan hingga menyebabkannya mengalami banyak ketertinggalan.

Ayahnya sudah pernah membawa Melody berobat ke orang pintar atau melakukan metode 'pembersihan' yang seringkali disebut dengan Rukyah. Namun, tak ada hasil yang signifikan. Sampai sekarang dia masih belum bisa lepas dari bayang hantu anak lelaki yang sudah mengikutinya sejak kecil. Hanya bersama Raga, hantu itu tak berani menunjukkan wujudnya.

Sebenarnya wujud hantu itu tak semenyeramkan seperti yang tampak di film-film horor. Wajahnya bahkan bisa dibilang tampan. Namun, tetap saja, saat hantu itu bersikeras ingin membawa Melody pergi entah ke mana, dia mulai ketakutan.

Lama menimbang-nimbang, akhirnya Melody mengambil keputusan besar, meski harga dirinya dipertaruhkan.

Dia menyambar boneka kesayangannya yang sudah penuh tambalan, lalu beranjak menuju kamar Raga.

Beberapa saat celingukan di luar, Melody buru-buru masuk ke dalam kamar yang kebetulan tak terkunci. Tanpa permisi, bahkan saat Raga baru saja keluar dari kamar mandi, selesai membersihkan diri.

Janji yang sudah dia ucapkan pada Melody terpaksa harus dilanggar, karena Fiona dan Raka seolah tak rela melepasnya.

"Tumben kamu nyamperin duluan?" cetus lelaki itu begitu melihat Melody masuk, dan meloncat ke ranjang.

"Aku tidur di sini nggak apa-apa, kan?" Pertanyaan Raga, dia jawab dengan pertanyaan lagi.

"Kenapa?"

"Dia datang lagi, Kak!" seru Melody dengan mata yang masih berkejaran, memerhatikan sekitar.

Raga memejamkan mata. Dia hela napas panjang saat tahu apa yang dimaksud istrinya.

"Mel, udah aku bilang berkali-kali, setan itu nggak ada. Makanya kalau sholat itu yang khusyuk, jadi nggak diganggu."

"Emang kakak pernah ajarin aku gimana cara sholat yang khusyuk? Bukannya Kakak juga sholatnya cuma seminggu sekali pas jumatan?"

Raga kembali menghela napas panjang, ingin menyangkal, tapi apa yang istrinya katakan memang benar.

"Ya udah, ya udah. Nggak usah dibahas lagi! Kalau mutusin masuk kandang Macan, harus siap kapan pun diterkam. Di sini mungkin kamu nggak akan bisa bener-bener tidur."

"Please, Kak. Malem ini kita cuma tidur aja, ya! Aku nggak enak badan." Melody mengiba dengan pandangan yang dia buat nanar.

Raga berdecak. "Kamu sengaja mengujiku?"

"Ayolah, Kak. Aku cuma pake piama Doraemon sekarang. Bukan pake baju dinas malem, masa Kakak nggak tahan?!"

"Mel ...."

"Please!"

"Aaargh ... oke!" sentaknya tak rela.

"Makasih." Melody tersenyum sembari mengulurkan jarinya membentuk 'finger heart'

"Ya udah tidur sana!" titahnya.

"Tapi aku belum ngantuk." Melody mengerucutkan bibirnya sembari memeluk boneka kecil penuh jaitan yang selalu menemani tidurnya.

"Terus kita ngapain kalau nggak--"

"Nonton!" potong Melody cepat, sebelum sempat Raga menyelesaikan kalimat. "Kakak, kan udah janji kita bakal nonton hari ini." Dia tunjuk TV berukuran 42 inci yang tergantung di depan pembaringan.

Raga menyisir kasar rambutnya ke belakang. Lalu dengan enggan menyambar remote dan mulai menyalakan TV dengan siaran N*****x.

"Nonton apa? Horor?" tawarnya.

Melody menggeleng, dengan cepat dia menjawab. "Romance."

"Mel, ayolah ...."

"Aku bilang romance bukan adult romance, loh, Kak!"

Raga mengacak rambutnya, lalu melempar remote TV ke hadapan Melody. "Ya udah pilih aja sendiri!"

"Oke."

Sementara Melody memilih tontonan. Raga berjalan menuju kulkas kecil di pojok kamar, mengambil air mineral, setelah itu meraih sebuah toples di kotak P3K dalam nakas samping ranjang.

Melody yang sejak tadi diam-diam memerhatikan, akhirnya penasaran untuk bertanya.

"Obat apa itu, Kak?" tanya Melody begitu Raga selesai meminum obatnya.

"Obat kuat!" jawab Raga sekenanya.

"Kayaknya aku nggak jadi tidur di sini!" Perlahan Melody mulai beranjak dari ranjang, tapi buru-buru Raga tahan.

"Bercanda. Udah, ah. Buruan putar filmnya!"

Melody mengurungkan niat, lalu kembali ke posisinya saat intro N*****x terdengar.

"Singkirin boneka serem itu dari hadapanku!" sentak Raga saat melihat boneka kesayangan Melody tergeletak di sisi lain ranjang bagiannya.

"Dia punya nama, Kak. Namanya Botan!"

"Wujud sama nama nggak kalah mengerikan. Apaan Botan? Boneka Penangkal Setan?" cibirnya.

"Ya, kan emang itu singkatannya. Lagian tanpa Botan aku nggak akan bisa tidur."

Raga tertegun sejenak.

"Begitu juga aku tanpa kamu atau obat itu," gumam Raga yang samar masih bisa Melody dengar.

"Hah, gimana?" Melody memastikan. Namun, sayangnya Raga tak berniat mengulang.

"Nggak. Udah, diem! Filmnya baru mulai."

Melody hanya bisa memutar bola mata, kemudian mulai fokus pada tontonan.

Tanpa perempuan itu ketahui, sebenarnya Raga mempunyai gangguan insomnia, biasanya dia mengonsumsi obat dengan resep dokter atau olahraga berat untuk membantunya tidur. Namun, setelah menikahi Melody, dan menunaikan hasratnya, lelaki bisa lebih mudah terlelap.

Gangguan tidurnya sudah terjadi sejak empat tahun lalu. Saat Raga kehilangan salah satu orang yang paling berharga sekaligus berjasa dalam hidupnya, hingga mengikat lelaki itu pada Raka dan Fiona.

Hubungan Melody dan Raga memang rumit, tapi pada dasarnya mereka sama-sama saling membutuhkan.

.

.

.

Bersambung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status