Pagi hari itu seorang waita sudah begitu sibuk bergulat dengan berbagai peralatan dapur, ikut bebaur dengan beberapa pelayan disana.
“Nona tidak perlu repot – repot seperti ini, biar saya saja yang menyiapkan sarapan pagi.” Ujar Harry pada sang majikan.“Jika bibi tidak keberatan bibi bisa membantu saya atau pun menyuruh pelayan lain, karena saya tidak dapat berhenti dari pekerjaan yang sedang saya lakukan.” Balas Tamara dengan begitu fokusnya menyusun beberapa toping di atas lapisan roti itu.”“Tapi bagaimana jika tuan muda keberatan.”“Pria itu tidak akan pernah peduli denga napa yang aku lakukan, jadi tidak perlu khawatir.” Ucap Tamara dengan melempar senyuman pada Harry.Melihat majikannya itu yang tetap kekeuh dengan pendiriannya, Harry tidak dapat berbuat apa pun selain dengan ikut membantu sang majikan seperti apa yang diperintahkan. Namun siapa sangka jika jika majikannya itu begitu telaten memotong segala bahan yang dibutuhkan dan menyusunnya dengan rapih. Seperti jika hal ini sudah begitu biasa ia lakukan.“Kenapa melihat saya seperti itu?” Tanya Tamara yang menyadari jika Harry begitu memperhatikan segala gerak gerik yang ia lakukan.“Aaahh tidak nona, hanya saja saya kagum dengan cara nona menggunakan alat dan bahan dapur. Sepertinya nona sudah terbiasa ya.”Lagi – lagi Tamara tersenyum mendengar itu. “Kalau bibi senang dengan cara ketelatenan saya, jadi tidak akan masalah kan jika saya ikut membantu memasak didapur.”“Ta- tapi nona apa tidak akan jadi masalah?” Tanya Harry sekali lagi.“Tentu tidak, aku senang melakukan semua ini.”Tamara meletakkan dua piring hidangan sandwicth diatas meja makan dan dua gelas susu yang juga telah dibuat oleh pelayan.“Bibi, bisa tolong panggilkan pria itu dikamarnya. Jika belum bangun silahkan dibangunkan ini sudah sebentar lagi waktu pria itu akan berangkat ke kantor.” Ucap Tamara pada harry yang lekas bergegas melakukan perintah dari sang majikan.***Tak membutuhkan waktu lama yang ditunggu pun akhirnya datang dengan penampilannya yang sudah begitu rapih. Damian menatap tajam wanita yang berstatus sebagai istrinya itu, sedang tersenyum melihatnya.“Tuan damian yang terhormat, ini masih sangat pagi untuk tatapan tajam seperti itu. anda jadi membuat perasaan semua orang yang berada disini jadi tegang. Santai saja tuan, dan nikmati sarapannya.”“Tuan muda, yang membuat sarapannya adalah nona muda. Saya sangat terkesan dengan caranya yang begitu luwes.” Ucap Harry dengan Ramah.Tamara sudah lebih dulu melahap sarapannya sementara Damian masih mengamati roti lapis sayuran itu dengan seksama, tanpa Damian sadari jika sikapnya itu mengundang gelik tawa dalam hati Tamara.“Tidak ada racunnya kok, tenang saja.”Mendengar penuturan itu Damian kembali menatap tajam sang istri yang tengah santai melahap sarapannya.“Aku tidak mungkin ada niatan untuk membunuh suamiku dihari pertama menjadi suami istri, lagi pula aku sangat mencintai suamiku ini.”Damian merotasikan bola matanya malas dan pada akhirnya ia menurut saja dan melahap roti lapis buatan istrinya itu, mencernanya dimulut dengan begitu perlahan dan merasakan setiap rasa gigitannya.***Tamara membawakan tas kerja Damian yang sudah menunggu di depan pintu rumah mereka, layaknya peran seorang istri pada pada suami yang sudah akan berangkat bekerja.“Mulai hari ini aku akan mencoba menjadi istri yang baik, jadi kamu juga jalankan peranmu sebagai suami yang baik. Dengan tekun dan semangat bekerjanya.”Tanpa mengubris penuturan Tamara, Damian denga sigap meraih tas kerja di tangan Tamara dan berniat untuk segera pergi.“Ah Damian tunggu!!”Mendengar itu damian memberhentikan langkahnya dan sedikit berbalik kerah wanita itu, entah kenapa juga alasan dalam dirinya sampai mau berhanti karena seruan dari wanita itu. Sementara Tamara bergegas menyusul sang suami yang belum terlalu jauh.“Sebagai seorang pemimpin perusahaan, harusnya kamu bisa lebih memperhatikan penampilanmu. Karena kamu yang akan menjadi contoh oleh pekerja lain dikantor.” Ujar Tamara yang dengan tanpa ragu merapikan dasi Damian.“Nah sekarang sudah rapih.” Ucap Tamara tersenyum sumringah padanya.Damian tidak memperdulikan itu dan segera melangkah pergi menuju mobil yang akan dikendarainya, pria dengan pakaian khususnya sudah menunggu tuannya yang akan segera berangkat menuju tempat kerja.Pria yang telah dipercaya menajdi sopir pribadi Damian begitu sigap membuka lebar pintu mobil dan mempersilahkan Damian untuk masuk, tak lupa ia juga menunduk kearah Tamara sebagai tanda pamitnya.Dibalik kaca mobil yang gelap itu Damian masih bisa melihat dari luar sana jika wanita itu masih berada pada posisinya, melihat tingkah Tamara pagi ini sedikit membuat Damian risih. Memang sejak Damian tahu jika Tamara diam – diam menyukainya sampai dengan kejadian yang menimpa mereka berdua malam itu, Damian jadi tidak nyaman dan semakin tidak suka dengan Tamara.Apa lagi tadi Tamara berkata jika akan menjadi istri yang baik untuknya, sungguh Damian tidak pernah mengharapkan hal itu. padahal tadi malam saja Tamara selalu bersikap dingin dan acuh padanya. Apa mungkin wanita itu memiliki kepribadian yang berbeda? Pikir Damian.***Tamara meletakkan telapak tangannya menutup mulutnya yang tak kuasa menahan tawa yang sedari tadi ia bendung karena rasa yang seolah menggelitik perutnya. Ia tak menyangkan jika bersikap seperti tadi dihadapan Damian akan selucu ini baginya, bertingkah seolah ia adalah istri yang baik untuk suaminya.Sekarang ia sangat yakin 100% jika pria itu sedang kebingungan sekaligus risih dengan sikapnya. Kira – kira besok dia akan bersikap seperti apa lagi yah? Tanya nya sambil mengelus perutnya.Ditengah suasana hangatnya kebersamaan keluarga yang tengah menikmati sarapan pagi di meja makan mereka, seketika berubah saat melihat putri pertama dari keluarga itu datang dan tengah menyaksikan betapa bahagianya mereka.Beberapa menit setelah Damian pergi ke kantor, aku sendiri memutuskan untuk kerumah orang tuaku berniat mengambil beberapa barang – barangku yang bagiku sangatlah penting. Namun nyatanya disana tak ada sambutan hangat melainkan hanya sebuah tatapan risih, ntah bagaimana lagi harus menjelaskan seperti apa yang aku rasakan melihat keluarganya itu seakan terganggu dengan kehadirannya, haruskah mereka menatap aku seperti orang asing yang tiba – tiba datang, layaknya seorang tamu yang tak di undang. Mereka semua menatapku dengan tatapan yang tak layak, pribadi siapa yang tak sakit hati dengan perlakuan yang seperti itu.“Ada apa, pagi – pagi ke kesini?” Tanya tuan Arzano setelah ia meneguk habis kopi hangatnya.“Aku datang untuk mengambil beberapa barang saja, maaf jika
“Aku dengar kau pulang kerumah dan membuat masalah lagi disana.”Aktifitasku yang sedang menata makanan di atas meja terhenti saat mendengar suara dari atensi itu, seperti suamiku ini memang sangatlah peduli dengan keluargaku.“Masalah?.... Masalah apa yah?”Damian yang baru saja pulang kantor itu tak langsung mengistirahatkan dirinya melainkan langsung menghampiri sang istri yang sedang sibuk di dapur bersama dengan pelayan – pelayan disana.“Kau mengatakan sesuatu yang buruk pada Queen.”Tamara tersenyum simpul mendengar itu, memangnya pria mana yang tidak keberatan jika kekasih tercintanya diperlakukan tidak baik oleh orang lain, tapi Tamara tidak melakukan hal seperti yang apa yang tuduhkan.“Sesuatu yang buruk, seperti apa yah aku tidak merasa melakukan itu. memang benar aku pulag kerumah orang tuaku dan hanya mengambil beberapa barangku yang ketinggalan saja.”“Tapi Queen tidak mungkin berbohong.”Tamara menyunggingkan senyumanm, tentu Damian akan lebih memilih percaya dengan ke
“Tamara, untuk kali ini kau harus mengalah dengan adikmu.”“Ibu aku ingin gaun ulang tahunku jelek, aku gaun milik kak Tamara.”“Tapi ibu, gaun ini Tamara yang pilih Tamara suka dengan gaun ini bu.”“Tamara, gaunnya untuk Queen saja yah, nanti kamu pakai gaun punya Queen. Kasihan Queen.”....“Ibu ayah, Queen juga mau jadi juara satu disekolah.”“Kalau begitu belajar yang rajin yah seperti kak Tamara.”“Tapi Queen tidak bisa seperti kak Tamara.”“Tamara, mulai sekarang kamu yang harus mengerjakan tugas sekolah Queen. Kasihan Queen dia tidak bisa terus – terus belajar karena takutnya kelelahan.”“Tapi ayah, Tamara juga ada banyak tugas sekolah.”“Tugas sekoalh Queen lebih penting, pokoknya ayah tidak mau tahu mulai sekarang tugas sekolah Queen kamu yang kerja sama juga kamu harus bantu Queen saat ujian. Kasihan Queen ingin dapat juara satu di sekolah.”....“Tamara, kamu itu adalah kakak. Jadi kamu harus mengalah pada Queen.”“Kak Tamara jahat ayah, dia tidak mau mengalah padaku.
Seperti biasa di hari pagi – pagi sebelumnya Tamara sudah akan memulai aktifitasnya di dapur membuat sarapan dibantu dengan beberapa pelayan lain. Kehidupanya terus berjalan sebagai seorang istri yang tak pernah di anggap oleh suaminya, tepatnya hari ini pernikahan mereka sudah berjalan empat bulan. Namun tiada yang berubah sama sekali, yang ada hanya keduanya semakin mengacuhkan satu sama lain. Kedua suami istri itu seakan memiliki kehidupan mereka masing – masing, apa lagi sekarang Tamara resmi bekerja sebagai seorang guru di taman kanak- kanak yang tak jauh dari rumah. Tamara menyajikan nasi goreng buatannya di atas kedua piring lalu kemudian meletakkan di atas meja makan, juga disana Damian sudah duduk dan menunggu sarapannya. Pelayan yang menyaksikan interaksi mereka berdua hanya bisa diam dan menatap miris kedua majikannya ini yang bersikap seperti orang asing. Makan berdua di meja makan namun tak ada sedikit pun pembicaraan yang dapat menjembatangi terjadi sebuah interaksi kec
“Kandungan anda baik – baik saja, dia sehat.”Tamara menatap haru gambaran bayinya di layar monitor sana, setiap kali ia melihatnya hatinya seakan menerima sebuah sentuhan. Sentuhan yang begitu tulus sampai Tamara tak mampu untuk menahan rasa bahagia campur haru dalam hatinya.Tamara dengan cepat menghapus air matanya setelah dokter itu berbalik padanya dan berpura – pura tampak terlihat biasa saja, padahal raut wajah bahagia tiada tara diwajahnya itu terlihat begitu jelas percuma saja ia sembunyikan seperti itu.“Anda tidak perlu malu – malu seperti itu, justru ini adalah hal yang wajar. Lagi pula wanita mana yang tidak akan bahagia jika mengetahui bayi dalam kandungannya tumbuh dengan baik dan sehat. Saya malah senang jika anda terlihat menjaganya dengan baik.” Ujar dokter itu sambil tersenyum melihat Tamara.Tamara mulai beranjak dan kembali merapikan penampilannya. “Suami anda tidak pernah datang menemani anda yah, padahal saya berharapnya suami anda juga bisa datang dan melihat
Tak lama pelayan datang dengan membawa kursi yang sama dan meletakkannya di antara nyonya Diego dan Gabriella adik dari pada Damian. Itu semuanya berkat Tuan Marlon yang tidak enak hati membiarkan menantunya berdiri sementara anggota keluarga yang lain tengah duduk nyaman.“Tamara, ayah dan semua anggota keluarga lainnya mengra jika kau tidak akan hadir malam ini.” Ujar Marlon pada Tamara saat melihat dan bernafas lega karena menantunya itu sudah mendapatkan kursi yang sama dengan anggota keluarga lainnya.Tamara tersenyum tipis. “Aku juga tidak tahu, aku di undang atau tidak di acara makan malam keluarga ini. Saya mohon maaf kepada semuanya karena keterlambatan saya atau mungkin kedatanagn saya yang secara tiba – tiba mengganggu acara makan malam yang hangat ini.”Tamara megutarakan permohonan maafnya di hadapan semua orang, namun taka da satu pun yang mengubris itu. semuanya seakan tidak peduli dengan apa yang dilakukan Tamara.Nenek Hanna hanya bisa menghela nafas kasar, ia tahu si
Awalnya ingin naik taksi saja, tapi orang yang tengah asik mengemudi sambil mendengarkan siaran radio begitu memaksa ingin mengantarku pulang. Aku ingin menolak tapi juga tidak ingin berbuat jahat dengan menolak niatan tulusnya itu, karena mau bagaimana pun dialah orang yang memaksaku untuk pergi.Aku sudah tidak ingin mengingat apa saja yang terjadi dan aku lalui beberapa menit yang lalu setelah aku pergi meninggalkan rumah. Maka dari itu aku menghabiskan waktuku selama diperjalanan dengan terus melihat arah luar, pemandangan kota yang indah karena dihiasi oleh daun – daun yang banyak berguguran juga dengan orang – orang yang menikmati malam bersama.Aku terlalu menikmati semua hal indah yang aku lihat sampai tidak menyadari jika pipiku ini sudah basah karena air mata yang terus berjatuhan, angin malam terus menerpa wajahku dan aku sangat menikmati itu.Dua kali bola mata pria itu melirik pada cermin mobilnya untuk memastikan wanita yang duduk diam dibelakang, ternyata memang bukan h
Dengan kesibukanku sekarang yang sebagai seorang guru di taman kanak, senang rasanya aku bisa berinteraksi dengan banyak orang utamanya dengan anak – anak manis dengan rasa kaingintahuan mereka. Aku senang karena diriku mampu untuk menyesuaikan dengan mereka, rasanya berinteraksi dengan anak – anak dan mengajarkan mereka banyak hal perlahan membuatku sedikit melupakan betapa beratnya hidup yang aku jalani. Aku mungkin percaya dengan apa yang pernah aku dengar jika bahagia itu kita sendirilah yang ciptakan. Sekarang aku jadi banyak teman, yah meskipun mereka semua anak – anak. Tapi bersama mereka aku jadi lebih leluasa, ceria dan bersemangat. Aku menutup pintu ruangan kelas setelah waktu jam pembelajaran selesai, anak – anak yang lain pun semuanya sudah dijemput oleh orang tua mereka masing – masing. Menghabiskan waktu dengan bermain dan belajar bersama anak – anak sedikit menguras tenagaku, belum lagi jika salah satu diantara mereka ada yang menangis terkadang satu anak bisa memeng