Share

Bab 5 Istri dan suami yang baik

Pagi hari itu seorang waita sudah begitu sibuk bergulat dengan berbagai peralatan dapur, ikut bebaur dengan beberapa pelayan disana.

“Nona tidak perlu repot – repot seperti ini, biar saya saja yang menyiapkan sarapan pagi.” Ujar Harry pada sang majikan.

“Jika bibi tidak keberatan bibi bisa membantu saya atau pun menyuruh pelayan lain, karena saya tidak dapat berhenti dari pekerjaan yang sedang saya lakukan.” Balas Tamara dengan begitu fokusnya menyusun beberapa toping di atas lapisan roti itu.”

“Tapi bagaimana jika tuan muda keberatan.”

“Pria itu tidak akan pernah peduli denga napa yang aku lakukan, jadi tidak perlu khawatir.” Ucap Tamara dengan melempar senyuman pada Harry.

Melihat majikannya itu yang tetap kekeuh dengan pendiriannya, Harry tidak dapat berbuat apa pun selain dengan ikut membantu sang majikan seperti apa yang diperintahkan. Namun siapa sangka jika jika majikannya itu begitu telaten memotong segala bahan yang dibutuhkan dan menyusunnya dengan rapih. Seperti jika hal ini sudah begitu biasa ia lakukan.

“Kenapa melihat saya seperti itu?” Tanya Tamara yang menyadari jika Harry begitu memperhatikan segala gerak gerik yang ia lakukan.

“Aaahh tidak nona, hanya saja saya kagum dengan cara nona menggunakan alat dan bahan dapur. Sepertinya nona sudah terbiasa ya.”

Lagi – lagi Tamara tersenyum mendengar itu. “Kalau bibi senang dengan cara ketelatenan saya, jadi tidak akan masalah kan jika saya ikut membantu memasak didapur.”

“Ta- tapi nona apa tidak akan jadi masalah?” Tanya Harry sekali lagi.

“Tentu tidak, aku senang melakukan semua ini.”

Tamara meletakkan dua piring hidangan sandwicth diatas meja makan dan dua gelas susu yang juga telah dibuat oleh pelayan.

“Bibi, bisa tolong panggilkan pria itu dikamarnya. Jika belum bangun silahkan dibangunkan ini sudah sebentar lagi waktu pria itu akan berangkat ke kantor.” Ucap Tamara pada harry yang lekas bergegas melakukan perintah dari sang majikan.

***

Tak membutuhkan waktu lama yang ditunggu pun akhirnya datang dengan penampilannya yang sudah begitu rapih. Damian menatap tajam wanita yang berstatus sebagai istrinya itu, sedang tersenyum melihatnya.

“Tuan damian yang terhormat, ini masih sangat pagi untuk tatapan tajam seperti itu. anda jadi membuat perasaan semua orang yang berada disini jadi tegang. Santai saja tuan, dan nikmati sarapannya.”

“Tuan muda, yang membuat sarapannya adalah nona muda. Saya sangat terkesan dengan caranya yang begitu luwes.” Ucap Harry dengan Ramah.

Tamara sudah lebih dulu melahap sarapannya sementara Damian masih mengamati roti lapis sayuran itu dengan seksama, tanpa Damian sadari jika sikapnya itu mengundang gelik tawa dalam hati Tamara.

“Tidak ada racunnya kok, tenang saja.”

Mendengar penuturan itu Damian kembali menatap tajam sang istri yang tengah santai melahap sarapannya.

“Aku tidak mungkin ada niatan untuk membunuh suamiku dihari pertama menjadi suami istri, lagi pula aku sangat mencintai suamiku ini.”

Damian merotasikan bola matanya malas dan pada akhirnya ia menurut saja dan melahap roti lapis buatan istrinya itu, mencernanya dimulut dengan begitu perlahan dan merasakan setiap rasa gigitannya.

***

Tamara membawakan tas kerja Damian yang sudah menunggu di depan pintu rumah mereka, layaknya peran seorang istri pada pada suami yang sudah akan berangkat bekerja.

“Mulai hari ini aku akan mencoba menjadi istri yang baik, jadi kamu juga jalankan peranmu sebagai suami yang baik. Dengan tekun dan semangat bekerjanya.”

Tanpa mengubris penuturan Tamara, Damian denga sigap meraih tas kerja di tangan Tamara dan berniat untuk segera pergi.

“Ah Damian tunggu!!”

Mendengar itu damian memberhentikan langkahnya dan sedikit berbalik kerah wanita itu, entah kenapa juga alasan dalam dirinya sampai mau berhanti karena seruan dari wanita itu. Sementara Tamara bergegas menyusul sang suami yang belum terlalu jauh.

“Sebagai seorang pemimpin perusahaan, harusnya kamu bisa lebih memperhatikan penampilanmu. Karena kamu yang akan menjadi contoh oleh pekerja lain dikantor.” Ujar Tamara yang dengan tanpa ragu merapikan dasi Damian.

“Nah sekarang sudah rapih.” Ucap Tamara tersenyum sumringah padanya.

Damian tidak memperdulikan itu dan segera melangkah pergi menuju mobil yang akan dikendarainya, pria dengan pakaian khususnya sudah menunggu tuannya yang akan segera berangkat menuju tempat kerja.

Pria yang telah dipercaya menajdi sopir pribadi Damian begitu sigap membuka lebar pintu mobil dan mempersilahkan Damian untuk masuk, tak lupa ia juga menunduk kearah Tamara sebagai tanda pamitnya.

Dibalik kaca mobil yang gelap itu Damian masih bisa melihat dari luar sana jika wanita itu masih berada pada posisinya, melihat tingkah Tamara pagi ini sedikit membuat Damian risih. Memang sejak Damian tahu jika Tamara diam – diam menyukainya sampai dengan kejadian yang menimpa mereka berdua malam itu, Damian jadi tidak nyaman dan semakin tidak suka dengan Tamara.

Apa lagi tadi Tamara berkata jika akan menjadi istri yang baik untuknya, sungguh Damian tidak pernah mengharapkan hal itu. padahal tadi malam saja Tamara selalu bersikap dingin dan acuh padanya. Apa mungkin wanita itu memiliki kepribadian yang berbeda? Pikir Damian.

***

Tamara meletakkan telapak tangannya menutup mulutnya yang tak kuasa menahan tawa yang sedari tadi ia bendung karena rasa yang seolah menggelitik perutnya. Ia tak menyangkan jika bersikap seperti tadi dihadapan Damian akan selucu ini baginya, bertingkah seolah ia adalah istri yang baik untuk suaminya.

Sekarang ia sangat yakin 100% jika pria itu sedang kebingungan sekaligus risih dengan sikapnya. Kira – kira besok dia akan bersikap seperti apa lagi yah? Tanya nya sambil mengelus perutnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status