Home / Rumah Tangga / Harap Restu Seorang Menantu / Bab 37~Mendatanginya Secara Terbuka~

Share

Bab 37~Mendatanginya Secara Terbuka~

Author: Giana
last update Last Updated: 2025-10-10 15:12:06

Pagi harinya, cahaya matahari menembus tirai tipis kamar. Nadira terbangun lebih dulu, tubuhnya terasa sedikit pegal namun segar. Ia bangkit perlahan, menyalakan ponsel yang sejak malam diisi dayanya.

Layar baru saja menyala dan langsung dipenuhi deretan notifikasi. Puluhan panggilan tak terjawab dari Aryan, disusul beberapa pesan yang tak sempat ia baca. Dada Nadira terasa bergemuruh, campuran antara senang karena suaminya kelimpungan mencarinya, namun juga bingung harus bersikap bagaimana.

Belum sempat ia membuka satu pun pesan itu, suara langkah terdengar dari arah dapur. Paula muncul sambil menenteng dua gelas teh hangat. “Akhirnya hidup juga tuh ponselmu,” ujarnya sembari duduk di sebelah Nadira.

“Iya, nih. Eh, ternyata dari semalam Mas Aryan nelpon berkali-kali dan juga spam pesan padaku,” gumam Nadira pelan, jemarinya masih ragu menyentuh layar.

Paula menatapnya sesaat sebelum menaruh gelas di meja. “Kalau kamu nggak siap ngomong sekarang, kirim pesan aja dulu. Bilang ponselmu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Harap Restu Seorang Menantu   Bab 37~Mendatanginya Secara Terbuka~

    Pagi harinya, cahaya matahari menembus tirai tipis kamar. Nadira terbangun lebih dulu, tubuhnya terasa sedikit pegal namun segar. Ia bangkit perlahan, menyalakan ponsel yang sejak malam diisi dayanya.Layar baru saja menyala dan langsung dipenuhi deretan notifikasi. Puluhan panggilan tak terjawab dari Aryan, disusul beberapa pesan yang tak sempat ia baca. Dada Nadira terasa bergemuruh, campuran antara senang karena suaminya kelimpungan mencarinya, namun juga bingung harus bersikap bagaimana.Belum sempat ia membuka satu pun pesan itu, suara langkah terdengar dari arah dapur. Paula muncul sambil menenteng dua gelas teh hangat. “Akhirnya hidup juga tuh ponselmu,” ujarnya sembari duduk di sebelah Nadira.“Iya, nih. Eh, ternyata dari semalam Mas Aryan nelpon berkali-kali dan juga spam pesan padaku,” gumam Nadira pelan, jemarinya masih ragu menyentuh layar.Paula menatapnya sesaat sebelum menaruh gelas di meja. “Kalau kamu nggak siap ngomong sekarang, kirim pesan aja dulu. Bilang ponselmu

  • Harap Restu Seorang Menantu   Bab 36~Menghindar~

    Nadira menahan napas cukup lama sebelum berbalik dan berlari kecil menjauh dari rumah Paula. Suara langkahnya berpacu dengan detak jantung yang berisik di dada. Ia tak peduli lagi dengan dinginnya udara malam yang menusuk kulit. Pikirannya hanya satu, yaitu menjauh sebelum Aryan menyadari keberadaannya.Begitu mencapai jalan besar, matanya menatap liar ke segala arah, mencari tanda-tanda motor Paula. Rasa panik yang sejak tadi ia tekan, kini hampir meledak. Untung saja, dari kejauhan ia melihat cahaya lampu motor yang familiar tengah melaju cepat ke arah gerbang kompleks.“Paula!” serunya berteriak keras sambil melambaikan tangan agar Paula mendengarnya.Motor itu segera berhenti. Paula yang mengenakan jaket krem menurunkan kaca helmnya, terlihat terkejut sekaligus bingung. “Nad, ngapain kamu di sini? Bukannya harusnya udah di rumah duluan?”Nadira menghampiri, napasnya masih tersengal. “Paula, tolong kita jangan ke rumahmu dulu. Putar balik saja,” katanya cepat sambil menggenggam len

  • Harap Restu Seorang Menantu   Bab 35~Diantar Pulang~

    Nadira berdiri di tepi jalan sambil menatap layar ponselnya yang menunjukkan waktu hampir pukul 6 malam. Angin sore yang mulai menusuk membuat tubuhnya menggigil pelan. Dari kejauhan, suara kendaraan lewat hanya sesekali terdengar, tapi tak satu pun di antaranya adalah bus yang ditunggunya sejak dua puluh menit lalu.Ia menoleh ke kanan dan kiri, mencoba mencari tanda-tanda kalau bus jurusan tempat tinggalnya Paula akan segera datang, tapi nihil. Waktu terus berjalan dan rasa gelisah mulai mengusik dadanya.“Sepertinya aku salah perhitungan,” gumamnya pelan sambil menggigit bibir bawah.Tangan kirinya meremas tali tas yang disampirkan di bahu, sementara tangan kanan menggenggam ponsel yang mulai menipis baterainya. Tak ada orang lain di sana, hanya dirinya dan suara jangkrik yang samar-samar terdengar dari balik semak.Beberapa kali ia mencoba melambaikan tangan ketika melihat lampu kendaraan mendekat, tapi ternyata itu bukan bus melainkan mobil pribadi yang melintas cepat tanpa mempe

  • Harap Restu Seorang Menantu   Bab 34~Berjalan Normal~

    Cahaya pagi menyusup lembut lewat celah tirai. Udara dingin dari luar membuat Nadira menggeliat pelan, matanya terbuka separuh, menatap langit-langit kamar yang asing tapi terasa menenangkan. Di sampingnya, Paula sudah terbangun lebih dulu. Gadis itu duduk di tepi ranjang sambil merapikan rambutnya yang berantakan, sesekali melirik ke arah Nadira dengan senyum lembut.“Pagi, Nad. Gimana tidurmu? Nyenyak apa nggak?” sapa Paula ringan.Nadira mengerjap beberapa kali, lalu mengangguk kecil. “Lumayan,” jawabnya pelan. Suaranya serak karena terlalu banyak menangis semalam. Ia sempat mengusap matanya dengan punggung tangan, mencoba menyembunyikan bengkak di kelopak mata yang masih terlihat jelas.Paula berdiri dan berjalan ke meja kecil di sudut kamar, mengambil dua cangkir teh hangat yang sudah ia siapkan tadi. “Nih, minum dulu. Habis itu buruan mandi, lalu kita berangkat ke kantor, ya. Kamu harus optimis kalau hari ini akan berjalan baik.”Nadira menerima cangkir itu dengan hati-hati. Uap

  • Harap Restu Seorang Menantu   Bab 33~Pulang Sendiri~

    Aryan menghembuskan napas kasar sambil merenggangkan dasinya. “Maaf, Nad ... aku terbawa emosi. Habis kamu duluan yang bikin aku panas, karena ucapanmu itu terlalu memojokkan Ibu. Aku tentu tak suka ada orang lain yang bicara buruk soal beliau,” ujarnya berat, menatap wajah istrinya yang tampak terluka.Nadira membeku. Matanya masih membulat lebar, menatap Aryan tak percaya.“Oh, jadi aku orang lain yang menjelekkan ibumu? Berarti istrimu ini masih terhitung sebagai orang lain di keluargamu, Mas? Begitu, ya?” suara Nadira bergetar, tapi nadanya tegas.Sekejap wajah Aryan pucat. Ia menggeleng cepat, matanya panik. “Bukan, bukan begitu maksudku, Nad. Aku cuman—”“Sudahlah, Mas. Aku sudah cukup mendengar omongan menyakitkan darimu malam ini.” Nadira memotong ucapan suaminya dengan dingin. Lalu ia berdiri, menarik napas panjang untuk menahan air mata yang sudah mendesak di pelupuk.Nadira sedikit melangkah menjauh dan tatapannya tertuju lurus ke arah pintu. Tangannya sempat terangkat, mem

  • Harap Restu Seorang Menantu   Bab 32~Bicara Berdua~

    Suara tawa Paula perlahan mereda ketika ia dan Nadira akhirnya sampai di depan rumah sederhana itu. Di depan gerbang, sebuah mobil hitam sudah terparkir rapi.Aryan.Pria itu tampak berdiri menyender di kap mobil, kedua tangannya terlipat di dada, wajahnya sulit ditebak antara lega atau justru resah. Begitu melihat motor Paula mendekat, Aryan buru-buru menegakkan tubuhnya, sorot matanya langsung terarah pada Nadira yang duduk di jok belakang.Nadira terperangah, nyaris kehilangan kata. Jantungnya berdebar tak karuan, perasaan gugup tiba-tiba menyergap. Ia bahkan belum bersiap untuk menghadapi suaminya malam ini.“Mas Aryan ...” gumamnya pelan, nyaris tak terdengar.Paula yang ikut menangkap situasi itu seketika paham. Tanpa banyak basa-basi, ia segera turun dari motor dan berusaha mencairkan suasana. “Masuk dulu saja, ya. Jangan ngobrol di depan gerbang, nanti malah jadi tontonan tetangga.”Paula lekas membuka pintu gerbang rumahnya, lalu menoleh sekilas kepada Nadira dan Aryan. Senyu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status