Share

Masih Cemburu

Author: Indahsaira
last update Last Updated: 2022-10-03 12:15:54

“Karin! Pendek sekali rambut kamu Nak? Kamu nggak papa potong rambut jadi segitu pendek?” tanya Bu Riya yang terkejut saat melihat putrinya yang sudah pulang dari salon dekat rumah mereka. 

Mendengar neneknya berisik di depan teras. Azka yang tadinya sedang mewarnai, dan sesaat sempat mendengar bunyi motor ibunya, sontak bangun dan bergerak ke arah teras. Ia kaget sampai matanya membulat sempurna tidak berkedip melihat penampilan baru ibunya. “Lho, rambut ibu kemana?”

“Rambut ibu dipotong Sayang!” ucap Karina sambil menatap wajah putranya yang terlihat muram. 

“Dipotong! Kenapa?” tanya Azka, tampaknya pria kecil tersebut terlihat kecewa. Ia sedih melihat penampilan baru ibunya siang ini.

“Ehm ….” Kirana sedang mencari penjelasan tepat, rasanya sampai harus berhenti bernafas. Ia yang sudah turun dari motor, kemudian bergerak perlahan mendekati Azka.

“Nak, ibu harus potong rambut, biar ibu bisa menghemat pemakaian shampo di rumah kita! Ibu rasa sejak rambut Ibu panjang, shampo di rumah jadi cepat abis. Jadi, ibu ganti aja model rambut ibu!”

“Oh gitu!”

“Iya Sayang! Ya udah kita masuk rumah dulu yuk!” Kirana mengusap pucuk kepala Azka. 

Sayangnya, baik Azka dan juga Bu Riya masih belum bisa menerima alasan dari Karina. Ini mengejutkan karena sejak dulu hingga memiliki Azka, Kirana tidak pernah mengizinkan rambutnya dipotong pendek. Apalagi sependek itu. 

“Kamu mungkin bisa berbohong sama Azka. Tapi tidak sama Ibu!” ucap Bu Riya. Saat itu, dirinya tengah berdua saja di dapur dengan Karina pada malam harinya. 

Karina menegang, ada keringat dingin membasahi telapak tangan yang sengaja disembunyikan di bawah kolong meja makannya.

“Kenapa diam Karina? Kamu nggak lagi menyembunyikan sesuatu ‘kan?”

Karina coba tenang. Satu hal yang sejak tadi dilupakan adalah, kalau dirinya paling tidak bisa berbohong kepada ibunya. 

“Enggak kok Bu. Aku nggak menyembunyikan sesuatu. Cuma emang kalau lagi bahas rambut suka sedih aja. Ibu tau lah, kalau aku nggak pernah potong rambutku sependek ini. Soalnya si Jonathan ‘kan, suka kalau aku rambut panjang.”

Bu Riya memutar bola mata malas karena mendengar nama itu disebut. “Jo lagi! Ya udahlah, itung-itung potong rambut buat melupakan Jo. Ibu rasa itu keputusan baik!” Lantas Bu Riya kemudian berlalu pergi meninggalkan Karina. 

Karina bisa bernafas lega sekarang. Mungkin saat ini, dirinya masih bisa menyembunyikan perihal Jonathan yang ternyata jadi bosnya. Tapi, sampai kapan. Stres rasanya Karina. berpikir mengapa jalan hidu jadi begini.

“Kamu itu jodohku atau bukan sih Jo! kalau bukan jodoh, kenapa kita selalu dipertemukan.’ Karina berbicara dengan hatinya. Merasa kesal dengan jalan hidupnya saat ini. Sudah seperti benang layangan kusut.

Pagi pun menjelma dengan cahaya hangat yang menyilaukan mata. Karina telah siap. Ia sudah mengantar Azka ke sekolah, dan tinggal berangkat ke perusahaan tempatnya bekerja. 

Sepanjang perjalanan menuju tempat bekerja. Karina selalu berusaha berpikir baik. Sambil terus fokus berkendara dengan motornya, dirinya juga berdoa, agar pekerjaan hari ini lancar tanpa ada pertemuan dengan Jonathan.

Sampai di gedung produksi berlantai dua, Karina bergegas ke ruang ganti. Memakai seragam standar dan kembali mendengar obrolan mengenai Jonathan algibran dari teman-teman kerja yang kebetulan sedang menggunakan ruang ganti juga. 

“Ah segitu populernya jadi duda kamu Jo. sayang aja aku nggak bisa ngaku sebagai jandamu!’ oceh karina dalam hati. Rasanya kesal, emosi, menyebalkan. menyesal mengapa hidup jadi begini. tapi, ya sudahlah, semua sudah berjalan sesuai ketentuan takdir.

“Karina, udah mau masuk proses?” tanya seorang temannya.

“Iya!’

“Eh jangan lupa isi perut dulu, biar kuat!”

“Iya, udah kok, porsi besar malah!” jawab Karina sambil tersenyum. 

karina pun keluar dari ruang ganti dan berjalan santai menuju tempat sanitasi. Melewati bagian depan ruang kesehatan, tempat para karyawan beristirahat jika terjadi sesuatu. Juga kalau sedang sakit dan butuh obat. Semua itu bisa dilakukan disana.

Namun, saat sedang fokus berjalan, tanpa sengaja, Karina melihat Jonathan sedang berdiri di samping sebuah tempat tidur. 

Dinding ruang kesehatan itu terbuat dari kaca. Sehingga, setiap orang yang lewat nisa melihat dari luar. Kecuali kalau tirainya ditutup dari dalam. 

“itu. itukan Jo! Dia ngapain disitu, apa dia lagi sakit. tai, dia kayaknya dia yang cemas.”Karena Penasaran, karina pun menggeser larah langkah kakinya. 

Bukannya semakin mendekat ke arah sanitasi. Akan tetapi, malah mendekat Ke arah ruang kesehatan. Sepasang matanya berpura-pura sedang membaca informasi di mading ruangan tersebut. 

Perlahan, Karina MengiNtip, memicingkan mata dan mulai mencari tahu apa yang terjadi. Ternyata Jonathan sedang memberikan perhatian pada staff wanitanya. Mungkin staffnya sedang sakit. 

‘Perasaan dulu Jonathan nggak pernah secemas itu kalau aku lagi sakit. Atau jangan-jangan dia emang begitu, Selama ini kan aku juga nggak pernah sakit kalau lagi sama dia. Tapi, kan ya jangan sok perhatian gitulah! Emang dia nggak takut kalau aku beneran jadi arwah terus menghantui dia. Karena saking cintanya. atau jangan-jangan Jo, emang lagi cari istri baru lagi! apa! Secepat itu!” mendendam hati Karina. Tapi, dirinya hanya  bisa bicara dalam hati, sambil menahan kesal. Karina pun dengan cepat mengcopy wajah perempuan yang sedang didampingi oleh Jonathan, akan dirinya ingat wajah itu dan mungkin mencari tahu namanya juga.

Bersamaan dengan itu, Bu Riska juga akan masuk ke dalam ruang proses. Ketua divisi termuda di PT Internusa itu men`coba mengenali Karina. 

‘Dia bukannya ….” Sesaat u Roak berikir du;u. Ia sedikit agak ragu untuk emnegur Karina. Karena rambut arina yang sudah sangat pendek.

“Karin, kamu Karina kan? Anak baru di divisi saya?”

Mengagetkan teguran dari Bu Riska untuk Karina barusan. “I-iya Bu!”

“Wah, kamu jadi semakin cantik ya ganti model rambut begini. Jadi pangling. Oh iya, kamu nggak mau masuk?”

“Iya Bu saya mau masuk!”

“Barengan sama saya yuk, kebetulan ada yang mau saya omongin sama kamu!”

Karina mengangguk dan berjalan mengikuti Bu Riska. Bersamaan dengan itu, Jonathan melihat ke arah luar. Tanpa sengaja, dirinya juga bisa melihat siapa saja yang berdiri di sekitar ruang kesehatan perusahaannya. 

Sekilas sempat melihat wajah Karina. Hanya sekilas, tapi hatinya sudah begitu penasaran.

Spontan kakinya berjalan mendekat ke arah dinding yang terbuat dari kaca itu. Mencoba melihat ke arah luar. “Mana cewek tadi?’ tanya Jo dalam hati.

Jonathan coba mengingat. Gadis tadi terlihat mirip Karina. Namun, Jo tadi melihatnya memiliki rambut yang terlihat pendek. 

‘Ya ampun Karin, mana mungkin itu kamu! Sampai kapan sih, kamu akan gentayangin aku begini!’ batin Jonathan.

***

Karina memang terlihat lebih menarik dalam bertutur kata dan pintar. Andai dulu tidak hamil dengan Jo. Mungkin masa depannya juga lebih baik. Tidak berada di pabrik dengan posisi hanya sebagai karyawan produksi.

Semenjak kejadian kemarin, saat Karina dituduh mencuri waktu kerja dan berani melakukan pembelaan diri. Bu Riska menjadi begitu tertarik dengan Karina. Hingga bu Riska memberi kesempatan Karina untuk belajar sistem administrasi produksi.

"Tuh kan kamu pinter, masukin datanya. Abis ini tolong ke kantor atas ya. Kamu minta tanda tangan kepala bagian."

"Apa, kantor atas Bu."

"Iya! Kantor atas. Kalau semua kepala bagian masih meeting. Sebagai gantinya, kamu minta tanda tangannya Pak Jo yang kemarin sempet kesini itu juga bisa.”

“Hah …!” 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Harapan Cinta Sang Ceo   bab 61. Datang ke rumah sakit.

    Kenneth kembali mendapatkan mobilnya. Ia segera mendatangi kediaman rumah Karina sore ini untuk menceritakan apa yang sudah terjadi dengan Jonathan. “Hentikan! Karena apapun yang kamu katakan, nggak akan bisa membuat Karina dan Azka datang ke rumah itu. Sekalipun Jonathan sedang sekarat sekalipun,” ucap Bu Raya usai mendengar penjelasan dari Kenneth. “Bu! Jonathan itu papanya Azka Bu. Ibu nggak bisa ngomong begitu. Gimana juga penyebab perpisahan aku sama Jo itu bukan karena Jo, tapi karena kedua orang tuanya. Jadi, tolong bu! Jangan terlalu membenci Jonathan,” pinta Karina. Ia memelas bahkan lututnya ikut lemas ingin bersimpuh saja di depan sang ibu. “Karina, mau sampai kapan kamu membela suami nggak guna kamu itu.” Meninggi nada bicara bu Raya. “Mungkin selamanya, karena aku masih cinta sama dia!”Bu Raya tampak emosi. Amarahnya sudah mau meledak, tapi tiba-tiba di balik dinding pembatas ruang tengah dan ruang tamu, terlihat Azka yang sedang mengintip. “Hah, cucuku. Dia pasti

  • Harapan Cinta Sang Ceo   bab 60. Mempertaruhkan Nyawa

    Mama Kirana akhirnya datang ke kantor milik suaminya siang itu. Ia datang tanpa memberitahu. Kayren yang sedang meeting berusaha cepat menyelesaikan pekerjaannya. Ia cukup terkejut mengapa istrinya sampai datang ke kantor siang ini tanpa memberitahu dulu. “Apa! Kamu mau Kenneth dibebaskan. Kamu juga mau Karina dan siapa! Anak kecilnya dibawa ke kota ini untuk hidup bareng Jonathan. Kamu nggak salah minum obat kan Sayang?” Kayren terkejut setengah mati mendengar keinginan istrinya.“Enggak Pa, mama udah nyerah buat misahin Jo sama Karina. Mama nggak tega liat Jo menyiksa dirinya sendiri.” Nyonya Karina menatap lesu.Pak Kayren bangun dari kursinya lalu mendekat ke arah sang istri. Ia usap pundak istrinya dengan lembut, berharap hatinya bisa tenang dan mau mencari jalan lain untuk masalah ini. “Kamu tau, kita sudah berjuang keras untuk membuat Jo berpisah sama perempuan yang tidak selevel sama kita tu. Kenapa sekarang harus berhenti sih?”“Pa!” Mama Kirana menepuk punggung tangan su

  • Harapan Cinta Sang Ceo   bab 59. Mimpi buruk

    Karina akhirnya mampu membuat tubuhnya terlelap. Ia mulai mendengkur halus, terasa sekali kalau fisiknya sedang kelelahan.Namun, keadaan yang tenang itu hanya bertahan beberapa menit. Tiba-tiba Karina mendapat mimpi buruk. Saking takutnya. Ia sampai berkeringat padahal cuaca sedang dingin."Enggak! Enggak boleh!!” teriak Karina yang masih terpejam. Hingga beberapa detik kemudian kedua matanya terbuka dengan perasaan kaget yang luar biasa.Azka tidur di samping Karina, ia dengar suara ibunya yang mengigau. Azka pun langsung terbangun dan langsung memeriksa keadaan Karina. “Bu! Ada apa? Ibu nggak papa? Ibu mimpi buruk ya?” Azka langsung memberondong banyak pertanyaan dengan wajah penuh kecemasan.“Azka! Jadi, yang ibu alami cuma mimpi. Astaghfirullah!!!” Karina tidak peduli pertanyaan dari putranya, yang ada dia malah memeluk erat Azka. “Bu! Biar aku ambilkan minum, ibu kayaknya kaget banget!”“Karina!! Karina! Ada apa?” Bu Raya yang ikut mendengar jeritan Karina juga terkejut dan l

  • Harapan Cinta Sang Ceo   bab 58. Mengakhiri Hidup

    Suasana menjadi begitu tegang bagi Karina. Ia bisa melihat sorot mata sang ibu yang masih belum ikhlas untuk memaafkan.Entah apa yang diinginkan Bu Raya terhadap dirinya sekarang. Karina merasa takut menghadapi kenyataan. “Ibu ingin, kamu keluar dari Internusa, dan kita pindah. Nggak tinggal di sini lagi!” tercetus juga syarat dari Bu Raya untuk Karina.“Apa!” Mata Karina menatap tak percaya. “Pindah lagi? Tapi Bu."“Kalau kamu nggak mau. Ya udah!" jawab bu Raya tegas. "Kamu tau kan. Ibu akan pergi dari sini dan Azka ibu yang bawa. Ini demi kebaikan dia. Ibu nggak bisa bayangkan kalau Azka sampai ketahuan Kayren. Hidupnya akan menjadi semakin berantakan."Karina ingin menggelengkan kepala tanda tidak setuju. Namun, mengingat nama Kayren, apa yang dibilang ibunya ada benarnya.“Tapi!” Karina merasa bimbang. Hatinya merasa berat sebenarnya pergi dari sini. Jujur, ia masih ingin bisa bersatu dengan Jonathan. Sementara itu, Azka yang berada di ruang tengah, sedang asyik menonton tv. Mes

  • Harapan Cinta Sang Ceo   bab 57. Kenyataan

    Entah mengapa suhu di dalam mobil jadi semakin dingin. Arga masih memasang wajah yang syok, lidahnya keluh. mana mungkin Karina yang dimaksud adalah Karina karyawan di Internusa.“Kamu kenal dia Arga. jangan pura-pura kaget! Apa kamu berharap Karina yang aku maksud adalah Karina yang lain?” Jonathan menatap sekilas pada Arga. “Apa, jadi, Karina yang itu? Kok bisa! Jadi selama ini kamu …!”“Aku sendiri bingung sama diriku sendiri. Aku ini suami macam apa yang bertahun-tahun nggak pernah bisa jagain istri dan anaknya.”Muka Arga sudah seperti orang kebingungan. “Jadi, anak itu. Anak yang ada di rumahnya Karina adalah anak kamu?”Jonathan mengangguk kecil.Arga tak mampu berkata apa-apa. Rasanya dramatis sekali kisah hidup di dunia ini, tidak masuk akal tapi ada. Ia yang merasa sudah begitu jatuh cinta pada Karina pada akhirnya harus ditampar kenyataan kalau Karina adalah istri orang. “Kalau begitu, sebagai seorang laki-laki. perjuangin Karina dong! Kamu masih cinta sama dia kan?”“

  • Harapan Cinta Sang Ceo   56. Kemarahan Seorang Mertua

    “Hentikan Jo! Jangan lakukan ini! Semua perbutan kamu buat aku kacau Jo! Pergi!”Jonathan masih menunduk, ia mulai menggelengkan kepalanya menolak keinginan Karina. Lantas tangannya menyentuh kedua kaki Karina. “Aku akan perjuangin kamu Karin, karena aku butuh kamu dan Azka dalam hidupku!”Karina mengusap air matanya yang lolos. Ia angkat wajahnya ke langit supaya tidak terlalu menangis dengan keadaan yang saat ini terjadi.“Baik, aku akan ceritakan semuanya. Dimulai dari perginya aku saat kita mau menikah, dimana mama kamu nyogok aku buat menggugurkan kandunganku, dan saat kita berhasil ketemu lagi, juga kecelakaan yang membuat kita celaka. Itu semua adalah skenario dari Tuan Kayren. Makam palsu itu juga! Dan asal kamu tau, nggak secuil uang pun aku dapat dari keluarga kamu yang super duper kaya itu untuk gedein Azka. Semuanya aku perjuangkan sendiri Jo. Sendiri!” Sementara itu, di rumah Karina, bu Raya sedang menyiapkan makanan kesukaan Azka. Tiba-tiba saja piring yang mau dipakai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status