Share

Bab 111

Author: Rina Safitri
Maksud ucapan itu, siapa yang nggak paham? Lukman, si licik yang sudah makan asam garam dunia, paling tahu arahnya ke mana.

Seumur hidupnya, ia paling muak dengan tipe perempuan yang suka ikut campur urusan sana-sini. Selangkah diberi jalan, malah mau merajai semuanya. Bahkan ibu kandung mereka pun nggak pernah atur sampai sejauh itu, tapi Puspa benar-benar anggap dirinya “istri resmi”, seolah bisa gantikan ibu mereka dan bertindak sesuka hati.

Namun Indra hanya terus merokok, nggak tanggapi sedikit pun.

Lukman melanjutkan, suaranya penuh dorongan, “Menurutku, kamu seharusnya sudah campakkan Puspa sejak lama. Dia nggak punya apa-apa, nggak bisa kasih keuntungan apa pun untuk kariermu, malah sudah banyak diuntungkan olehmu. Kamu pun nggak pernah suka dia, tapi toh dia tetap bisa duduk manis di posisi Nyonya Wijaya.”

Ia terkekeh sambil menyesap minuman. “Kalau kamu ceraikan dia, meski nggak nikah dengan perempuan yang bisa bantu kamu dalam karier, setidaknya kamu bisa bawa pulang Wula
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
padmi Komeng
tumben baca novel yg penuh derita dari awal
goodnovel comment avatar
Berlimpah Berkah
bikin puspa lebih menderita dan bodoh
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 446

    Tania seorang diri nggak sanggup tahan Puspa yang sudah kehilangan kendali. Saat Wira datang, ia pun bergegas ikut bantu tahan Puspa.“Lepaskan aku! Cepat tolong nenekku! Nenekku masih di dalam!”Puspa berjuang sekuat tenaga ingin lari masuk ke kobaran api, matanya merah, suaranya parau bergetar.“Cepat selamatkan nenekku! Nenek! Keluarlah, Nek!”Lihat gudang yang telah sepenuhnya dilalap api, semua orang tahu, orang yang masih di dalam itu sudah nggak mungkin punya harapan untuk hidup. Tania peluk Puspa yang terus meronta dalam kegilaan. Matanya sendiri pun memerah, air mata jatuh tanpa bisa ia tahan. Ia nggak tahu harus gimana tenangkan gadis itu. Ia paham, dalam keadaan seperti ini, kata-kata penghiburan nggak punya arti apa-apa. Bahkan Wira yang selama ini dikenal berhati dingin, hanya bisa berdiri terpaku di tempat. Menatap pemandangan di depan mata, dadanya terasa sesak, seolah ada batu berat yang menindih.Mereka datang bersama tim penyelamat, dan begitu api mereda sedikit, pros

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 445

    Puspa sudah mengerahkan seluruh tenaganya, namun tetap saja semuanya sia-sia.Sampai akhir, yang bisa ia lakukan cuma menopang kepala neneknya agar nggak terbentur tanah. Suara berat tubuh yang jatuh menghantam lantai buat hati Puspa seolah hancur berkeping-keping. Dengan tangan gemetar dan mata memerah, ia berbisik parau, “Nenek.”Nenek Yanti berusaha keras memaksa suaranya keluar untuk menenangkan cucunya. Namun begitu ia buka mulut, yang keluar hanyalah darah segar. Semburan darah itu muncrat, mengenai wajah Puspa, buat matanya semakin merah hingga tampak seperti darah itu menetes dari matanya sendiri.Di belakang mereka, Wulan berdiri sambil tersenyum puas, menikmati hasil perbuatannya. Dengan sikap seolah berwibawa, ia berkata datar, “Puspa, aku ini orang yang tepatin janji. Setengah dari janji sudah kutepati. Sekarang, kamu boleh temani nenekmu baik-baik.”Selesai berkata demikian, Wulan berbalik dan pergi bersama orang-orangnya. Puspa sama sekali nggak dengar apa pun yang dikata

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 444

    “Gimana kamu tahu itu aku?”Wulan nggak merasa bersalah sedikit pun, justru wajahnya memerah bangga, seolah seorang perencana tengah menikmati momen kemenangannya.Setelah Tania sebut bahwa Yulia kenal dengan Wulan, ia hampir bisa tebak siapa dalang yang bawa neneknya pergi.Puspa nggak langsung jawab, ia malah bertanya dingin, “Mana nenekku?”Wulan nggak buru-buru turuti permintaan itu, ia malah mulai luapkan kata-katanya sendiri, seperti nikmati setiap luka yang ditorehkannya, “Kamu ini memang tolol, nggak tahu malu, sampai bisa sejauh ini. Aku sudah suruh kamu menjauh dari Indra, susah amat sih? Kenapa cari mati terus? Aku dah kasih kamu kesempatan, kamu malah nggak mau gunakan itu.”Ia menuduh, seakan semua kesalahan yang pernah dibuat Puspa adalah alasan sah untuk perlakuan kasar ini, “Kamu terus saja nantang aku! Kalau bukan karena itu, mana mungkin sampai sejauh ini!”Titik fokus Puspa sama sekali bukan sandiwara Wulan, ia menatap tajam dan menanyakan lagi, “Katakan, nenekku di

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 443

    “Kalau gitu kamu istirahat saja, aku pergi dulu.”Indra berkata datar, lalu segera berbalik pergi.Wulan juga nggak tahan dia, hanya menatap punggungnya sampai menghilang dari pandangan.Begitu keluar dari ruang rawat, Indra langsung telepon ke rumah.Bu Sekar menjawab, bilang kalau Puspa belum pulang dari rumah sakit.Belum sempat ia turunkan HP, panggilan lain masuk, kali ini dari Cakra.“Bos, kapan kamu balik? Perwakilan dari pihak Grup Fisman sudah datang, kita harus segera ke sana.”Indra mendengus dalam hati.‘Wulan itu benar-benar suka bikin masalah. Kalau memang tubuhnya lemah, harusnya diam di rumah, kenapa malah selalu cari-cari kesempatan untuk dekati aku? Bahkan setiap saat bisa pingsan, benar-benar buang waktuku saja.'Ia berkata tegas, “Aku segera ke sana. Untuk sementara, temani mereka dulu.”Cakra baru saja mengiyakan, tiba-tiba HP Indra bergetar sebentar lalu mati total, baterai habis.Ia nggak terlalu peduli, langsung setir kembali menuju perusahaan....Di lantai ata

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 442

    Dokter Yulia? Psikolog pribadi Puspa?Tania mendadak teringat. Wanita yang dulu ia lihat bersama Wulan di restoran, bukannya itu psikolog yang ia temui di Vila Asri?Wajah Tania langsung berubah drastis, napasnya menjadi terburu-buru.“Puspa!”Puspa dengar suaranya lewat earphone bluetooth, ia jawab pelan, “Kenapa?”Tania cepat tanya, “Kamu sekarang sedang di mobil psikologmu?”“Mm, iya.” Puspa mengiyakan.Nada Tania langsung melonjak panik.“Cepat turun! Puspa, segera turun dari mobil itu!”Nada teriakannya begitu mendesak sampai Puspa sempat membeku.Tania segera tambahkan cepat, “Psikologmu itu pernah ketemu diam-diam dengan Wulan!”Ia nggak bisa pastikan hilangnya Nenek Yanti ada hubungannya dengan Wulan.Namun kemunculan Yulia di saat sepenting itu benar-benar terlalu kebetulan. Hal itu buat insting profesionalnya berteriak. Ada yang nggak beres!Dengar itu, pupil Puspa menegang. Ia menoleh ke arah Yulia yang sedang nyetir. Wajah yang biasanya tampak akrab kini seolah tertutup ba

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 441

    Puspa tertegun. “Apa maksudmu hilang?”Perawat pendamping buru-buru jelaskan, “Aku cuma keluar sebentar untuk terima telepon. Begitu kembali, nenek sudah nggak ada. Aku sudah cari ke semua arah tapi tetap nggak ketemu, HP-nya juga tertinggal.”Hal pertama yang terlintas di kepala Puspa adalah, “Nenekku apa mungkin keluar sebentar untuk jalan-jalan?”Tapi perawat langsung membantah.“Bukan waktunya keluar ruangan, dan lagian sebentar lagi waktunya minum obat.”Nenek Yanti sudah seperti pasien tetap di rumah sakit ini, hampir semua perawat kenal dia. Tapi anehnya, nggak ada satu pun yang tahu kapan ia hilang.Bahkan ketika Puspa minta rekaman CCTV rumah sakit, hasilnya seperti orang itu lenyap begitu saja, benar-benar menguap tanpa jejak.Puspa panik. Sambil hubungi polisi, ia juga keliling rumah sakit mencari keberadaan neneknya. Saat itulah nada dering HP-nya tiba-tiba bunyi.Nomornya asing. Entah kenapa, naluri Puspa langsung berkata: telepon ini pasti ada hubungannya dengan nenek.“H

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status