Share

Bab 269

Author: Rina Safitri
Orangnya sudah pergi, tapi Endah yang sejak tadi nahan amarah, ingin sekali melampiaskannya ke Puspa. Namun sebelum sempat lontarkan kata-kata pedas, Puspa sudah berbalik dan melangkah pergi.

Amarah yang sudah menggelegak itu akhirnya tertahan di tenggorokan. Mengingat situasi yang masih penuh orang, Endah terpaksa menelannya bulat-bulat.

Di halaman luar, Puspa keluarkan HP-nya dan coba telepon. Sambungan tersambung, tetapi nggak ada seorang pun yang angkat.

'Sudah cukup. Tugasku hanya sebatas ini. Kalau dia nggak bisa dihubungi dan nggak muncul, itu bukan lagi urusanku.'

“Puspa, adik kelasku.”

Baru saja ia simpan HP, suara yang kasar, sumbang, dan buat dia muak terdengar dari belakang.

Tubuh Puspa menegang. Ia berbalik, mendapati Bagas berjalan dengan langkah pongah, wajah penuh ejekan.

Tatapan menjijikkannya meluncur naik-turun di tubuh Puspa. Bibirnya melengkung sinis.

“Adik Puspa, sudah lama sekali kita nggak ketemu.”

Mendengar nama itu, pupil Puspa mengecil tajam, wajahnya seketik
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 270

    Bagas dan Hana memang cepat berpisah, tapi tetap saja tertangkap oleh mata Puspa yang baru masuk.Alisnya mengerut, sorot matanya penuh selidik. Orang itu Hana yang bawa masuk? Sejak kapan mereka saling kenal?Seketika ada sebuah benang yang menyambung di kepalanya. Ujung benang itu adalah Wulan.Apa ini ulahnya?Puspa nggak percaya kemunculan Bagas tanpa maksud apa-apa. Bahkan, nalurinya berkata, pria itu memang datang untuk targetin dia.Meski nggak bisa tebak langkah selanjutnya, Puspa putuskan satu hal, lebih baik potong masalah dari akarnya.Ia segera panggil petugas keamanan, berniat diam-diam singkirkan Bagas dari pesta. Namun rencananya belum sempat terlaksana, Hana sudah lebih dulu seret Endah datang, kacaukan segalanya.“Kenapa kamu usir temanku? Hari ini ulang tahun Nenek Zoraya. Apa kamu mau buat keributan?”Puspa belum sempat buka mulut, Endah sudah lebih dulu semburkan amarahnya.“Di rumah kamu boleh gila sesuka hati. Tapi di sini? Apa kamu kira tempat ini milikmu jadi bi

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 269

    Orangnya sudah pergi, tapi Endah yang sejak tadi nahan amarah, ingin sekali melampiaskannya ke Puspa. Namun sebelum sempat lontarkan kata-kata pedas, Puspa sudah berbalik dan melangkah pergi.Amarah yang sudah menggelegak itu akhirnya tertahan di tenggorokan. Mengingat situasi yang masih penuh orang, Endah terpaksa menelannya bulat-bulat.Di halaman luar, Puspa keluarkan HP-nya dan coba telepon. Sambungan tersambung, tetapi nggak ada seorang pun yang angkat.'Sudah cukup. Tugasku hanya sebatas ini. Kalau dia nggak bisa dihubungi dan nggak muncul, itu bukan lagi urusanku.'“Puspa, adik kelasku.”Baru saja ia simpan HP, suara yang kasar, sumbang, dan buat dia muak terdengar dari belakang.Tubuh Puspa menegang. Ia berbalik, mendapati Bagas berjalan dengan langkah pongah, wajah penuh ejekan.Tatapan menjijikkannya meluncur naik-turun di tubuh Puspa. Bibirnya melengkung sinis.“Adik Puspa, sudah lama sekali kita nggak ketemu.”Mendengar nama itu, pupil Puspa mengecil tajam, wajahnya seketik

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 268

    Rasa penasaran akhirnya mengalahkan Puspa. Ia nggak tahan lagi dan buka fitur pelacakan lokasi Indra di HP.Sekilas, ia nggak bisa tebak di negara mana suaminya sedang berada. Maka ia minta bantuan pada teman detektif Tania untuk lacak lebih rinci.Hasilnya segera datang. “Itu sebuah pulau di Polaris. Tempat itu pada dasarnya sebuah pulau pribadi.”Puspa menatap gambar satelit tanpa ekspresi. Namun dalam hati, ia merasa geli. Di pulau itu ada sebuah pemandangan yang sama persis dengan foto yang pernah dikirim Wulan ke dia.'Bagus sekali, Indra. Sampai repot-repot buat alasan palsu untuk nutupin ‘perjalanan dinas’-mu.'Teman baik saling memahami, Tania hanya perlu lihat wajah Puspa untuk tahu bahwa ia sudah temukan sesuatu. Maka Tania langsung tanya, “Kenapa dengan pulau itu?”Puspa nggak berusaha menutupinya. “Indra taruh Wulan di pulau itu.”Begitu dengar, ekspresi jijik langsung muncul di wajah Tania.Orang lain paling parah sembunyikan simpanan dalam rumah pribadi. Indra? Dia lebih

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 267

    Keluarga Wijaya selalu menganggap penting hari ulang tahun.Di akhir bulan, tepatnya pada perayaan ulang tahun ke-80 Nenek Zoraya, Keluarga Wijaya menyiapkan perayaan besar-besaran. Waktu berjalan cepat, tiga hari menjelang pesta itu pun tiba.Saat makan malam, HP Indra berdering tanpa henti. Ia abaikan semua panggilan sampai akhirnya sebuah pesan singkat masuk, buat wajahnya berubah sedikit serius.Nggak lama kemudian, ia berkata tenang, “Aku harus keluar kota dua hari.”Puspa nggak tunjukkan reaksi apa pun.Indra menatapnya, sedikit heran dengan ketidakpeduliannya. Tanpa sadar ia tanya, “Kamu nggak ingin bilang sesuatu?”Puspa angkat wajahnya, tatapan datar. Lalu ia panggil, “Bu Sekar.”Bu Sekar keluar dari dapur. “Ya, Nyonya?”“Tolong siapkan koper untuk perjalanan dinas Indra,” kata Puspa datar.Bu Sekar mengangguk. “Baik.”“Nggak perlu. Ingat, kamu ini istriku, bukan kayu mati.” Indra tetap menatap Puspa, matanya menyiratkan sedikit ketidaksenangan.Puspa hanya menatapnya tanpa be

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 266

    “Puspa, kamu punya jalan lain, hidup yang jauh lebih baik dari sekarang ini.”Wilson bisa baca kompromi yang tersembunyi di balik wajahnya.Bukan karena ia nggak ingin pergi, tapi karena ia memang nggak punya jalan keluar. Indra sudah tutup rapat semua kemungkinan.Tepat saat itu, sebuah mobil berhenti di pinggir jalan.“Nyonya, Pak Indra suruh aku jemput kamu pulang.”Yang datang adalah Cakra.Puspa tersenyum tipis ke Wilson. “Kak Wilson, aku pulang dulu.”Begitu masuk mobil dan mesin menyala, pemandangan jalan bersama sosok Wilson perlahan menjauh dari pandangan. Senyum di wajah Puspa pun ikut sirna.Ia menegang, wajahnya dingin. “Indra gimana dia bisa tahu aku ada di sini?”Cakra terkejut. Nada itu jelas bukan seperti istri yang laporkan keberadaannya ke suami.“Dia suruh orang ikutin aku?” Puspa menatapnya.Cakra buru-buru jelaskan, “Nggak.”Kalau pun ada yang ditugaskan untuk itu, seharusnya dia yang terima instruksi itu.Pikiran Puspa berputar cepat. Ia segera meraba tubuhnya, ca

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 265

    Guru Zean mendengus. “Aku belum mati, jadi kenapa wajahmu selalu seperti kayak orang berkabung?”Puspa menahan napas. “Mana ada orang yang mengutuk dirinya sendiri kayak gitu?”“Bukannya aku mau, tapi tiap hari kamu pasang wajah berduka kayak gitu, aku mesti gimana dong?” lanjut Guru Zean dengan tajam.“Aku nggak gitu kok.” Puspa buru-buru membantah.Guru Zean menatapnya dari ujung mata, penuh sindiran. “Mau lihat cermin dulu biar yakin?”Ia terdiam. Memang akhir-akhir ini suasana hatinya buruk, tapi nggak separah yang Guru Zean katakan.“Aku cuma kurang tidur belakangan ini,” kata Puspa.Guru Zean nggak bisa tahan lidahnya, ucapannya makin menusuk. “Kalau tidur di tumpukan sampah tiap hari, jangankan belakangan ini, seumur hidup pun kamu nggak akan bisa tidur nyenyak. Kalau terus seperti itu, seluruh wajahmu bisa rusak.”Puspa hanya terdiam.Terlalu pedas, nggak perlu sebegitunya.“Pulang aja, tekuni lagi bidangmu. Habis menikah kok tambah jadi kayak gini. Dengan kemampuanmu sekarang,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status