Share

Bab 3

Penulis: Hargai
Semua pria yang ada di dokumen itu berpenampilan jelek, usia mereka sekitar empat puluh tahun. Kebanyakan dari mereka tidak memiliki pekerjaan yang layak!

Darius memelototi Wulan. "Bahkan ada yang usianya hampir menyamaiku! Wulan, bagaimana bisa kamu mengenalkan pria-pria tua seperti itu pada Pamela!"

Wulan terlihat canggung, jelas-jelas dia sudah menyuruh orang untuk mengedit foto dan riwayat pria-pria itu.

Tak disangka Pamela si gadis sialan ini memiliki kemampuan untuk memeriksa informasi asli pria-pria itu!

Wulan langsung menunjukkan wajah sedih dan berkata, "Darius, aku nggak tahu kenapa bisa begini. Pria-pria yang aku pilihkan untuk Pamela adalah pria terbaik. Pihak agen kencan buta pasti sudah berbohong tentang informasi mereka!"

Pamela merasa lucu. "Tante Wulan, kamu bahkan nggak memverifikasi keaslian informasi pria itu, sudah bilang kalau mereka pria terbaik? Karena aku bukan putri kandungmu, jadi kamu nggak serius mengurus masalah pernikahanku? Ayah, kalau aku benar-benar menikah dengan pria tua seperti itu, apa ayah akan merasa bangga?"

Wulan segera menyusun kata-kata untuk menjelaskan, "Nggak, bukan begitu ...."

Namun, Darius tidak mau mendengarnya, dia melemparkan dokumen itu ke wajah Wulan dengan kecewa.

"Cukup! Mulai sekarang, pernikahan Pamela nggak perlu diurus kamu! Kartu kreditmu akan dihentikan dari bulan ini. Jangan sering keluar dan buang-buang uang. Tinggallah di rumah dan renungkan kesalahanmu!"

Wajah Wulan memucat. Dia segera berkata, "Darius, kamu benar-benar salah paham denganku ...."

Darius tidak lagi peduli padanya, dia menatap putri bungsunya dan berkata dengan rasa bersalah, "Pamela, akhir-akhir ini, kamu pasti sangat menderita karena bertemu banyak pria tua. Kelak , kamu nggak perlu pergi kencan buta."

Pamela tersenyum. "Terima kasih, ayah."

Setelah Darius naik ke lantai atas, Wulan memasang tampang galak dan menatap tajam ke arah Pamela!

Setelah Pamela merasakan tatapan marah Wulan, Pamela tetap berkata dengan tenang, "Oh ya, Tante Wulan, aku lupa bilang. Menurutku pria-pria terbaik yang tante pilih secara pribadi pasti akan jadi menantu yang tante sukai. Jadi, aku memberikan nomor pribadi Kak Jovita kepada pria-pria yang tante bilang terbaik itu. Semoga Kak Jovita bisa menjalin hubungan bahagia dengan mereka!"

Wulan mengertakkan gigi dan berkata dengan marah, "Apa? Ber ... beraninya kamu berbuat seperti itu?!"

Jovita adalah aktris populer. Mana mungkin pria rendahan itu pantas menghubungi Jovita!

Pamela tidak peduli lagi dengan Wulan. Dia menguap sambil naik ke lantai atas untuk tidur.

Wulan memaki Pamela dalam hati. Dia ingin kembali ke kamarnya untuk membujuk Darius agar tidak menghentikan kartu kreditnya, tetapi bel pintu malah berbunyi!

Siapa yang datang di waktu selarut ini?

Ketika membuka pintu, Wulan melihat seorang pria yang mengenakan jas, juga ada banyak pria berpakaian hitam di belakangnya. Mereka datang membawa banyak barang dengan berbondong-bondong.

Ketika ada banyak orang asing tiba-tiba datang di waktu selarut ini, Wulan menjadi waspada. Dia berkata, "Si ... siapa yang kalian cari?"

Ervin berkata, "Halo, Nyonya Alister. Kami kemari untuk mengantarkan mahar pada Nona Alister atas perintah tuan muda!"

"Mahar? Mahar apaan? Siapa tuan muda yang kalian maksud?"

"Tuan muda kami bernama Agam Dirgantara."

Mata Wulan terbelalak ketika pengunjung itu menyebutkan nama tuan mudanya dengan jelas.

"Agam ... Agam Dirgantara? Apa yang kalian maksud adalah Tuan Agam dari keluarga kelas satu Keluarga Dirgantara?"

Ervin menjawab, "Benar."

Wulan bertanya, "Maksud kalian, Tuan Agam tertarik dengan putriku?"

Ervin memasang raut wajah rumit. Setelah ragu-ragu sejenak, dia berkata, "Nggak masalah kalau nyonya ingin mengartikannya seperti itu."

Wulan berpikir bahwa putrinya, Jovita Alister adalah seorang aktris yang populer, cantik dan manis. Wajar saja jika seorang tuan muda dari keluarga yang berkuasa suka padanya.

Namun, identitas pelamar yang ingin melamar putrinya terlalu besar. Mereka bahkan datang dengan membawa mahar. Bukankah ini terlalu mendadak!

Melihat Wulan tidak memberikan jawaban dalam waktu yang lama, Ervin bertanya, "Apa Nyonya Alister nggak setuju dengan pernikahan ini?"

Wulan baru sadar dari lamunannya dan langsung menggelengkan kepalanya. Dia menjawab, "Bukan begitu. Hanya saja, sekarang putriku sedang nggak di rumah. Untuk hal sebesar ini, lebih baik menunggunya kembali sebelum ...."

Ervin menyela, "Nyonya Alister, putri nyonya sudah menerima cincin pertunangan dari tuan muda. Sekarang, nyonya hanya perlu menerima maharnya."

Apa?

Jovita sudah menerima cincin dari Tuan Agam? Kalau begitu, apa Wulan bisa mengartikan mereka berdua sudah menjalin hubungan yang lama?

Jovita ini benar-benar nakal, bisa-bisanya tidak memberi tahu mereka kalau dia mendapatkan pacar sebaik Tuan Agam!

Wulan tidak berani mengabaikan tamu terhormat ini, jadi dia buru-buru mempersilakan Ervin masuk.

Ervin tidak masuk, hanya memberi isyarat kepada anak buahnya untuk membawa masuk mahar ke dalam rumah.

"Tiga hari lagi, tuan muda akan datang untuk menikahi Nona Alister."

Wulan terkejut. "Hah? Tiga hari lagi? Bu ... bukankah itu terlalu terburu-buru?"

Ervin berkata, "Nyonya Alister, jangan khawatir. Tuan muda sudah menyiapkan semua yang dibutuhkan untuk pernikahan. Semuanya akan diadakan secara mewah. Nona Alister nggak akan dirugikan."

Semuanya serba mewah?

Tuan Agam benar-benar sangat royal kepada Jovita!

Ketika Jovita menikah dengan Agam, dia akan menjadi ibu mertua Tuan Agam. Dia tidak perlu khawatir tentang kekayaan dan kehormatannya.

Siapa pun yang bertemu dengannya akan bersikap hormat kepadanya.

Memikirkan hal ini sudah membuat hati Wulan sangat gembira.

"Baik! Tiga hari lagi, keluarga kami akan siap untuk mengantarkan putri kami untuk menikah!"

Ervin menganggukkan kepala, lalu pamit, "Kalau begitu aku pamit dulu. Sampai jumpa."

Darius keluar ketika mendengar keributan di luar. Dia bertanya, "Siapa? Apa ... apa-apaan ini?"

Hati Wulan berdebar-debar ketika dia menyentuh mahar mahal ini dan sangat menghargai semua mahar ini.

"Darius, ada kabar gembira. Tuan Agam dari Keluarga Dirgantara menyukai Jovita. Ini semua mahar dari Keluarga Dirgantara yang diberikan kepada Jovita. Semuanya sangat mahal!"

Darius menatap kosong ke arahnya, lalu bertanya, "Apa? Agam? Maksudmu Agam Dirgantara yang baru kembali dari luar negeri? Agam pimpinan Perusahaan Dirgantara?"

Wulan mengangguk berkali-kali, lalu menjawab, "Ya! Dia!"

Darius menutupi dadanya karena takut terkena serangan jantung akibat kaget.

"Astaga! Nggak disangka Jovita bisa disukai Tuan Agam!"

Wulan menjawab dan tidak bisa menyembunyikan rasa bangganya, "Lihat dulu Jovita anak siapa!"

"Wulan, kamu melahirkan anak yang punya masa depan cerah!"

"Cih, sekarang kamu memujiku? Barusan kamu bilang mau membekukan kartu kreditku!"

"Hei, itu karena barusan aku marah padamu. Pamela memang bukan putri kandungmu, tapi kamu nggak bisa minta dia pergi kencan buta dengan pria tua seperti itu!"

"Aku nggak sengaja. Pamela dibesarkan di pedesaan, jadi punya sifat liar dan temperamen yang buruk. Aku cuma mencarikan pasangan yang lebih tua darinya biar bisa mentolerirnya. Tapi, orang agen kencan buta malah membohongiku tentang informasi itu!"

"Wulan, aku yang salah. Aku yang salah karena sudah salah paham padamu!"

Setelah berhasil membujuk Darius dengan beberapa kalimat, Wulan menjadi sangat gembira.

Pamela si gadis tengik itu ingin bertarung dengannya?

Dia masih terlalu muda untuk bisa menang darinya!

Namun, Jovita akan segera menikah dengan Agam Dirgantara. Masa-masa indah mereka berdua akan segera tiba!

Siapa yang punya waktu untuk meladeni Pamela!

Keesokan paginya, Wulan menelepon putri kesayangannya, Jovita dan menyuruhnya untuk segera pulang.

Jovita menggerutu dengan tidak senang begitu memasuki rumah, "Bu, kenapa minta aku pulang cepat-cepat? Nanti sore, aku masih harus syuting!"

"Tentu saja ini tentang pernikahanmu dengan tuan muda Keluarga Dirgantara!"

"Pernikahan? Pernikahan apa? Aku nggak kenal tuan muda Keluarga Dirgantara!"

Melihat putrinya yang terlihat seperti tidak tahu tentang hal itu, hati Wulan menjadi dingin. Dia langsung menceritakan semua kejadian tentang ada banyak orang datang ke rumah dan ingin melamar putrinya.

"Jovita, bagaimana mungkin kamu nggak kenal tuan muda Keluarga Dirgantara? Bukankah kamu sudah menerima cincin pertunangan yang diberikan oleh tuan muda Keluarga Dirgantara?"
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Apeng Suparman
nenek sihir ............
goodnovel comment avatar
Lia Pulungan
si wulan jovita kegeeran
goodnovel comment avatar
Just Rara
hahaha malah salah paham si wulan,padahal yg dilamar dan mau dinikahi adalah si pamela
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2938

    Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2937

    "Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2936

    Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2935

    Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2934

    Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2933

    Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status