Keresahan membawa keberuntungan, kalimat itu berlakuuntuk Era saat ini. Keresahan yang dia rasakan selama beberapa hari terakhir ini berakhir dengan mimpi indah.Bahkan hingga saat ini Era masih berpikir jika semuanya adalah mimpi. Keberadaan Renata di samping Aksa yang membuatnya nekat untuk menyatakan perasaannya yang sebenarnya. Jika tidak ada Renata, mungkin Era tidak akan menyadari perasaannya hingga saat ini. Bukan bodoh, tapi Era tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Hidupnya hanya dipenuhi dengan pendidikan dan adik-adiknya. Percintaan adalah nomor sekian yang akan ia pikirkan. Namun siapa sangka di usianya yang ke-18 ini Aksa hadir masuk ke dalam hidupnya. Seorang duda beranak satu yang mampu menggetarkan hatinya.
"Ra, kenapa lo senyum-senyum?" bisik Lala saat melihat Era mendengarkan materi dengan tersenyum.
"Orang kalo lagi pelajaran biasanya wajahnya kusut, lah ini malah ceria. Lo stres ya?" tanya Aldo yang ikut merasa bing
Perjalanan pulang menjadi momen paling menakutkan bagi Era. Entah kenapa kebahagiaan yang ia rasakan bersama Aksa langsung lenyap saat mendengar kabar dari Bu Asih. Era tidak lupa jika dia sempat bertengkar dengan Ezra di sekolah tadi dan sekarang pria itu datang bersama ayahnya. Apa yang sebenarnya Ezrainginkan?Keheningan di dalam mobil membuat Aksa menarik tangan kekasihnya danmenggenggamnyaerat,"Kamu kenapa?"Era menggeleng lemah,"Perasaan saya nggak enak, Pak."Aksa tidak menjawab. Jujur, dia merasakan hal yang sama tapi dia tidak ingin menunjukkannya. Aksa tidak ingin membuat Era semakin khawatir. Kabar tentang Ezra yang datang ke panti membuatnya kesal, tapi saat tahu jika Ezra tidak datang sendiri malah membuatnya bingung. Apa yang sebenarnya terjadi?Mobil berhenti tepat di halaman panti. Era bisa melihat ada mobil Ezra di sana. Perlahan dia menatap Aksa dan menggenggam tangannya erat. Bahkan rasa dingin dan basa
Dengan kantung mata yang menghitam, Aksa menatap pantulan dirinya di depan cermin. Kemeja rapi yangiapakai tidak membuat wajahnya terlihat segar.Hal itu karena dia kesulitantidur semalam. Pikirannya terus tertuju pada Era yang tidak bisa dihubungi hingga saat ini. Anggap saja Aksa berlebihan, tapi dia merindukan Era. Tidak bertemu dengangadis ituselama beberapa jam membuatnya tidak suka. Ditambah fakta dengan kedatangan Ezra semalam. Aksa penasaran, apa yang sebenarnya terjadi?Sambil merapikandasinya, Aksa kembali melirikponselnyauntuk yang kesekian kali, berharap jika ada nama Era yang muncul di notifikasiponselnya, tapi yang ada hanya email-email pekerjaan yangiadapat. Selesai dengan kegiatan paginya, Aksa bergegas untuk keluar. Dia memilih untuk berangkat pagi agar bisa mampir ke panti. Dia khawatirdenganEra yang mendadak menghilang."Sa!" panggil Bu Ratna semangat saat melihat anaknya,&nbs
Mengambil satu langkah ke depan untuk perubahan yang positif adalah sebuah keharusan.Era memilihkehidupanbaru dengan harapan jika semuanya akan menjadi lebih baik. Setelah menerima banyak nasihat dari orang-orangterdekatnya, akhirnya Era memilih untuk mencobanya.Dia bersedia untuk memberikan ayahnya kesempatan untuk hidup bersama.Era menatap rumah di depannya dengan pandangan menerawang. Sangat asri dengan sentuhan kayu yangindah. Seketika ingatannya tertuju pada adik-adiknya di panti yang suka bermain di atas rumput. Ezra memiliki rumah dengan halaman yangsangatluas."Ayo, masuk. Mama sama Ezra udah nunggu di dalem," ajak ayahnya sambil membawa tas ransel milik Era. Ya, hanya tas ransel karena Era masih ingin beradaptasi terlebih dahulu.Saat sudah berada di dalam rumah, aroma khas kayu mulai masuk ke inderapenciumannya.Eramengingatucapan Ezra tentang pekerjaan ayahnya yang merupakan seora
Kebahagiaan adalah hal yang diinginkan oleh semua orang. Setelah diterpa oleh badai besar, langit cerah adalah momen yang paling ditunggu. Begitu juga Aksa, setelah beberapa tahun hidup menyedihkan tanpa kasih sayang, akhirnya dia dapat kembali merasakan kebahagiaan yang dia inginkan, yaitu dengan hadirnya seorang wanita di hidupnya.Sedari tadi Aksa tidak berhenti tersenyum di depanponselnya.Sudah banyak foto dirinya yang ia ambil. Aksa ingin mengirimkan gambar itu pada Era.Diayakin jikagadisnyaakansenang melihat wajahtampannyapagi ini. Aksa kembali tersenyum setelah berhasil mengirim foto yang menurutnya paling tampan. Padahal semua foto yang dia ambil memiliki gaya yang sama. Pria memang begitu bukan?Sambil menunggu balasan dari Era, Aksa mengambil dasi dan memakainya. Entah kenapa dia terlihat lebih segar pagi ini. Mungkin karena efek berbincang dengan Eravia teleponsemalaman.Ponsel Aksa berbunyi mena
Bagi sebagian orang, mungkin terasa aneh saat melihat remaja memiliki hubungan dengan seorang duda. Banyak yang akan menyayangkan hal tersebut. Namun bagi Era, meskipun duda, Aksa adalah pria yang paling baik di dunia. Terlepas dari masa lalu yang kelam, Aksa adalah pria dewasa yang sangat mengerti dirinya.Saat Era dibingungkan dengan dua pilihan, ada Aksa yang membantunya. Pria itu selalu memiliki jawabanyangmasuk akaldantidak pernah membuatnya kecewa. Aksa dan logikanya membuat Era semakin jatuh cinta. Untuk pertama kalinya dia merasa seperti ini pada seorang pria. Sepertisekarang, Era berdiri di depan panti dengan senyuman lebar. Apalagi saat melihat mobil Aksa yang datang dari kejauhan. Hatinya seketika berbunga-bunga. Seperti rencana yang sudahmereka buat, Era dan Aksaakan mengunjungi panti bersama. Namun karena pekerjaan yang padat, Aksa terpaksa lembur dan meminta Era untuk datang terlebih dulu.Di dalam mobil, Aksa terse
Ciri menjadi dewasa adalah mampu mengambil keputusan dan mampu bertanggung jawab dengan keputusan yang diambil. Berat memang, tapi itu akan terjadi pada semua orang. Jika bisa, Era tidak ingin merasakan hal itu. Dia dilema di antara dua pilihan. Antara Aksa atau keluarganya?Era tersenyum saat melihat wajah Aksa diponselnya. Pria itu tampak serius dengan laptop di depannya.Pria itusudah berada di Singapura sekarang."Kamu kenapa?"tanya Aksa pada Era yang memilih untuk diam. Tidak biasanya gadis itu seperti ini."Nggak papa," jawab Era dengan tersenyum.Aksa melirik jam diruangannyadan kembali menatap Era, "Udah jam 10, kamu harus tidur."Era berdecak dan menggeleng, "Nggak mau.""Besok kamuujian, Ra."Era kembali menggeleng, "Nggak mau," ucapnya lirih. Mungkin hanya dirinya sendiri yang bisa mendengar suaranya."Kamu kenapa, hm?""Kak Aksa cintanggaksama aku?" tanya E
Dengan langkah pelan, Era mulai memasuki panti. Hari terakhirujiandiamemutuskan untuk datang ke tempat ini, tempat di mana dia habiskan seluruh masa kecilnya dengan limpahan kasih sayang dari Bu Asih. Kedatangan Era disambut bahagia oleh adik-adiknya. Dia tersenyum tapi tidak dengan hatinya, seolah banyak beban yang ia tanggung dan memaksa untuk segera dikeluarkan."Loh, kamudateng, Ra? Kok nggak kabarin Ibuk?" Bu Asih keluar dari dapur saat mendengar teriakan heboh dari anak-anakasuhnya."Ibuk," ucap Era sambil merentangkan kedua tangannya. Tanpa bisa dicegah air mata itumulaimengalir. Bu Asih yang bingung hanya bisa pasrah saat Era memeluknya erat. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada Era."Kamu kenapa? Ada masalah di rumah?" tanya Bu Asih khawatir.Era menggeleng dan mulai menghapus air matanya. Dia memilih untuk duduk di sofauntukmenenangkan diri. Era butuh pencerahan sekarang. Dia tidak bisa
Waktu berlalu begitu cepat. Semua persiapan sudah Era lalukan sebelum pergi. Ini pertama kalinya dia keluar negeri dan bersyukur keluarganya mau membantunya. Tidak banyak barang yang dia bawa, mengingat jika di sana pun Era akan mengenakan pakaian baru. Hal itu dikarenakan musim yang berbeda.Selama beberapa hari menjelangkeberangkatannya, Era sering menghabiskan waktu bersama Aksa. Bukan hanya pria itu, tapi jugaBian. Era akan merindukan anak itunantinya.Bianterlihat sedih saat mendengar keputusannya, tapi saat Aksa menjelaskan tujuan Era,Bianmau menerimanya. Dia malah meminta Era untuk menjadi guru pribadinya nanti jika sudah kembali ke Indonesia.Bianmasih memeluk Era erat. Bibirnya yang maju membuktikan jikadiasedang kesal sekarang. Bahkan ucapan ayahnya ia abaikan. Telinganya seolah tertutup rapat dengan segala bentuk alasan."Bian,dengerinPapa."Bianmenutup telinganya dengan kedua