Share

Bab 04. Melanggar Pesan

"Tidak. Ini saja, Kak. Sungguh," tolak Jeta setelah menentukan satu pilihan dengan cepat. Sepasang baju modis dengan kerudung dan satu set baju dalam pun telah dikemaskan. Meski butik itu kecil, pegawainya sangat cekatan.

"Baiklah. Terima kasih. Semua ini akan dilunasi oleh Mr. Batam sebentar lagi," jelas wanita itu sambil mengulur paper bag berisi baju yang Jeta ingin.

Si gadis beorpamitan setelah mendapat pencerahan jika Mr. Batam adalah pengunjung tetap di penginapan yang datang dari Pulau Batam. Lelaki itu tidak pernah menyebut nama sesungguhnya dan hanya mengatakan dari mana asal datangnya.

Baju sopan yang dipilih tanpa tahu berapa berbandrol, sebab wanita itu juga tidak mau menyebut, tersemat pas menutup tubuh Jeta yang berlekuk indah dan sempurna.

Memandang lama diri di cermin, membuat bersyukur dengan satu kelebihan yang sudah Tuhan bekalkan sejak lahir. Merasa hanya perlu merawat dan menjaga sebaik mungkin. Tanpa perlu tambah permak atau memoles yang berlebihan. Apalagi dengan jalur operasi plastik.

Jeta membuka pintu dengan rasa ingin tahu. Namun, seseorang yang diduga di depan pintu, ternyata bukanlah orang itu. Bukan Mr. Batam!

"Nona, ini makan malam Anda. Silahkan dinikmati. Semoga Anda puas dengan menu sajian dari kami," ucap seorang pria yang ternyata seorang pegawai layanan kamar.

"Terima kasih, Bang," ucap Jeta saat akan menutup pintu kamar. Pegawai penginapan telah meletak baki sajian di atas meja dalam kamar.

Jeta melihat secarik kertas di atas baki makan. Terselip di bawah dua sumpit yang masih tersegel plastik tebal. Menu makan malam yang diantar adalah spaghetti dan steak. Serta irisan wortel sangat lebar dan sebiji pisang hijau yang panjang. Sebotol mineral dan segelas kecil jus apel pun menyertai di baki.

Selembar kertas berisi tulisan tangan yang rapi itu telah membentang di antara jemari Jeta yang lentik.

*Aku sedang ada urusan kerja dan sangat sibuk. Akan kembali lusa dan langsung membawamu pulang ke Batam. Ingat, jangan coba berkhianat!*

*Banyak spot menarik di belakang penginapan. Juga mushola yang bisa kamu singgahi. Tidak perlu keluyuran!*

*Penyelamatmu di Kinabalu*

Jeta meletak secarik kertas di meja tanpa perlu meremasnya. Entah, dalam hati meyakini jika lelaki itu cukup baik dan bertanggung jawab. Ketakutan akan kebenaran ancaman lelaki itu perlahan memudar. Merasa tidak mungkin dirinya akan dijahati oleh lelaki Mr. Batam. Meskipun dengan bebarapa rekaman video aib mengancam yang dibuat padanya.

Jeta menghabiskan waktu kurang lebih dua hari dengan kegiatan sepi sendirian. Juga terpaksa menerima tawaran wanita butik yang mendatangi kamarnya untuk menambah lagi pembelian set pakaian. Jeta menambah dua set baju lagi denganmenentukan dari katalog. Demi empatinya pada wanita butik yang mendatangi hingga ke kamar.

Sehari kemudian di saat siang. Jeta melanggar pesan dan keluar dari penginapan sebab sangat bosan ….

"Mas …!" Jeta memekik terkejut. Sungguh tak percaya jika lelaki yang berkuasa di kepala siang dan malam berada tepat di depannya.

"Jeta, kamu masih di sini? Dengan siapa? Kamu baik-baik saja?" Lelaki cerah rupawan itu juga berekspresi terkejut. Mereka sama-sama sedang mendatangi dan antri di etalase sajian pada sebuah rumah makan khas menu dari Indonesia. Agak jauh dari penginapan yang Jeta tempati.

"Aku … aku bersama orang yang menyelamatkanku di puncak. Semua dokumen dan ponselku tidak ada. Tertimbun dan hilang, aku ilegal sekarang, Mas." Jeta terlihat bingung dan sedih. Merasa tidak perlu menutupi dari Azrul, kekasihnya.

"Kenapa tidak segera kembali ke agensi travelmu? Atau melapor pada kedutaan dan imigrasi? Kupikir kamu sudah kembali ke Jawa. Bahkan aku baru melihat datamu sebagai korban selamat dan sudah berada aman di agensimu, Jeta," ucap lelaki dengan nama Azrul, terlihat bingung. Berasal dari keluarga besar pemilik pesantren ternama di Pulau Jawa.

"Apa tim rombonganku sudah dalam perjalanan pulang, Mas?" Jeta tercekat bertanya. Merasa diri jauh lebih kecil dan tidak bermakna tanpa selembar pun identitas dan dokumen.

"Sudah Jeta. Siapa tim penyelamatmu? Bagaimana bisa kamu tertinggal sendiri di negeri orang tanpa identitas? Sehebat apa tim penyelamatmu? Kenapa kamu tidak dicari? Negara Malaysia sangat ketat dalam urusan deportasi dan dokumentasi, Jeta."

Azrul menatap Jeta yang berwajah cemas dan bingung. Ada senyum samar di wajah tampannya yang cerah dan bersih.

"Sebaiknya ikut saja denganku, Jeta. Akan kubawa kamu melapor di bagian imigrasi. Bukankah kita sama-sama jadi korban pengunjung wisata mancanegara? Ini tidak akan menyulitkan." Azrul berkata tergesa. Berharap Jeta segera mau mengikutinya. Merasa risau dengan ekspresi gadisnya kerapkali tampak bingung.

"Iya, itu memang benar, Mas Azrul. Tapi …," ucap Jeta menggantung. Ancaman lelaki aneh itu akan menyebar video aib mereka kembali tergaung.

"Ada apa, Jeta?" Azul bertaut alis akan keraguan si gadis.

"Sebenarnya ... pria yang menyelamatkanku sedang mengurusi dokumenku sekarang. Dia menyewakan penginapan dan melarangku pergi sebelum dia datang. Kurasa dia sambil membawakan dokumen baru saat datang. Daripada mubadzir, lebih baik menunggu dia saja. Maaf, Mas," ucap Jeta berkesimpulan sendiri tiba-tiba. Ancaman lelaki itu masih sangat membimbangkan. Takut dan tidak tega membuat aib bagi lelaki terhormat di depannya.

"Begitukah? Apa kamu tidak curiga pada lelaki itu, Jeta? Bagaimana jika berkunjung ke penginapanku dahulu?" Azrul bertanya lembut penuh harap.

"Tetapi akan hujan, Mas …." Jeta menjawab bimbang. Resah jika terjebak hujan dan terhalang untuk kembali ke penginapan.

"Ada payung lebar yang akan kupakai untuk mengantarmu kembali ke penginapanmu. Ayolah, Jeta. Sebenarnya kamu lebih aman denganku. Aku ini siapamu, kan? Kelak kita akan menikah, Jeta." Azrul membujuk dengan wajah yang cerah.

"Tapi …," ucap Jeta kian bingung.

Menatap Azrul yang terlihat tenang dan meyakinkan. Gadis yang sedang penuh rasa cinta itu pun akhirnya luluh dan setuju mengikuti. Menimbang jika Azrul adalah lelaki pilihan dan terbaik setahun belakangan. Sedang lelaki asing itu adalah pengancam yang datang tiba-tiba, meresahkan dan pasti merugikan.

Azrul pergi bersama beberapa orang anggota keluarga besar pesantren menggunakan tiga mobil besar yang mampu mengangkut dari Indonesia menuju Gunung Kinabalu di Malaysia. Tentu saja dengan berbekal dokumen lengkap serta uang saku sangat cukup.

Azrul dari keluarga besar yang terhormat dan terpandang. Itulah sebab Jeta sangat segan dan menjaga apa pun demi nama baiknya tetap terjaga dan bersih. Mereka pergi ke Kinabalu pun bukan demi melancong melulu, melainkan karena misi dakwah dan undangan.

Sedang Jeta, melewati agensi dan travel bersama teman-teman. Namun, gadis itu tidak tahu jika agensi yang mengurus pelancongannya adalah kepunyaan Mr. Batam!

Jeta yang mengikuti Azrul ke penginapan miliknya, resah sebab tiba-tiba mendung kian tebal dan hembus angin sangat dingin. Juga gelisah andai lelaki asing penyelamat mendadak kembali ke penginapan dan mencarinya. Jeta bimbang, benarkah dia sungguh-sungguh dengan ancamannya saat marah?

"Mas, sebaiknya aku pulang sekarang. Sudah lewat Ashar. Sudah akan turun hujan." Jeta berdiri dari kursi. Mereka sedang makan di teras kamar tempat Azrul menginap.

"Nah, benar, Mas! Hujan! Antar aku sekarang, Mas …!" Jeta merasa panik. Hujan telah mengguyur bumi tiba-tiba yang kian lama semakin deras. Azrul terlihat tenang dan terus menghabiskan makannannya.

"Masuk ke dalam saja Jeta. Di sini air hujan bisa masuk. Kamu akan masuk angin," ucap Azrul berekspresi abai dan menolak. Bersama hembus angin yang datang sangat kencang.

"Aku takut, Mas. Nanti keluarga besar dan tim kamu melihat. Akan jadi fitnah yang parah!" Jeta keras menolak.

"Tenang, Jeta. Mereka semua mendapat kamar yang jauh dari sini. Kita tidak akan terlihat siapa pun dan orang-orangku," bujuk Azrul. Juga berdiri dari kursi teras kamar dan mendekati Jeta yang gundah.

"Ayo, ikut ke dalam saja, Jeta," ucap Azrul seraya menarik lembut tangan Jeta.

"Kita di sini saja, Mas."

Jeta menolak meski dadanya berdebar. Tentu saja, sebab Azrul adalah kekasih pilihan hati yang kini dicinta sepenuh jiwa. Bahkan lelaki bersahaja itulah yang pertama menyentuhnya, meski sebatas di bibir dan di pipi.

Dadanya kian bertalu saat Azrul terus menarik dan sedang membuka pintu kamar. Jeta merasa susah menolak pesona paten seorang Gus Pes**tren bernama Azrul Farhan!

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Dina0505
jeta kyknya suka sm Gus Azrul
goodnovel comment avatar
MyMelody
waduh, siapa lagi tuh gus pesantren? tambah seru nih
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status