Share

Chapter 4 Pergi dengan Marah

Penulis: Tya Prajana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-30 11:50:08

Wajah tampan Lucian hanya menujukkan ekspresi datar, matanya begitu tajam menatap wanita yang berusaha mempermalukannya itu. "Apa yang ingin kau beritahu pada keponakanku? Kau ingin mengarang cerita seperti kau melakukannya pada para pria yang menjadi targetmu?"

"Lucian, kali ini aku serius bahwa aku--" ucapan wanita itu tiba-tiba terpotong karena sebuah suara.

"Aku benar-benar hamil anakmu, Tuan Liam. Aku sungguh-sungguh. Jika perlu kita lakukan tes!" Suara rekaman yang sama persis seperti wanita itu terdengar dari speaker ponsel milik Lucian.

"Bagaiman kau bisa...." Wanita itu tidak bisa menahan keterkejutannya.

Seringai terukir di bibir Lucian. " Kau pasti tidak menyangka aku mendapatkan rekaman saat kau mengatakan hal yang sama pada Tuan Muda lain untuk menipunya agar mendapatkan uangnya?"

"Lucian, kau salah paham. Kali ini, aku benar-benar...."

"Cukup! Aku bukanlah orang yang bisa kau tipu dengan mudah. Lebih baik kau pergi atau aku bisa saja menanggung hukuman."

Wanita itu merasa takut, tapi dia masih tidak ingin kalah. "Baiklah. Aku mengaku bahwa aku menjebakmu. Namun, bukan berarti tidak akan ada wanita lain yang seperti ini, bukan? Haruskah aku memberitahu keponakanmu itu seperti apa kelakuan pamannya yang sebenarnya?"

"Kenapa kalian hanya diam saja? Cepat bungkam mulut wanita itu dan bawa dia pergi!" teriak Lucian dengan tegas berteriak memberi perintah pada para pegawainya.

Wanita itu langsung di bawa keluar. Lucian dengan cepat menarik Leanna masuk ke dalam rumah .

"Paman, apa yang wanita itu maksud? Apa paman sebenarnya memiliki anak yang lain walau bukan dengan wanita tadi?" tanya Leanna dengan menatap Lucian dengan rasa ingin tahu.

"Jangan dengarkan wanita itu!Aku bukan pria yang sembarangan memiliki anak dengan wanita random," bantah Lucian.

Leanna merasa ada sesuatu yang coba Lucian sembunyikan saat melihat ekspresi wajah datar itu.

"Kenapa kau menatapku? Apa Leanna tidak mempercayai Paman? Aku merasa sedih jika kau merindukanku!" ucap Lucian dengan ekspresi sedih.

Leanna dengan cepat membantah. "Tidak. Aku selalu percaya pada paman!"

"Duduklah, aku akan memeriksa kakimu. Bukankah kau tadi sempat terkilir karena dorongan wanita itu tadi?" Lucian memaksa tubuh Lyla untuk duduk.

"Tidak apa-apa, Paman. Ini akan sembuh dengan sendirinya! Aku tidak merasa sakit sama sekali," ucap Leanna mencoba untuk menyembuhkan rasa sakitnya. Dia merasa tidak nyaman karena Lucian kembali memperlakukannya seperti anak kecil.

"Kau bahkan berjalan dengan pincang, bagaimana bisa tidak sakit. Jangan menyembunyikan rasa sakit dari Pamanmu ini!" Lucian menoleh ke arah pelayan. "Ambilkan air es, perban dan salep!" Para pelayan dengan cepat memenuhi perintah Tuannya.

Lucian berjongkok secara perlahan dia membuat kakinya menjadikan topangan telapak kaki Leanna. Namun, gadis muda itu menarik kakinya. "Kakiku kotor, aku tidak ingin mengotorinya celana mahal paman Lucian."

"Aku bisa membeli celana yang baru jika memang kotor. Jangan banyak bergerak, aku tidak ingin kau merasa semakin sakit," Lucian berbicara dengan begitu lembut dan penuh perhatian.

"Paman, kenapa kau begitu baik padaku? Aku tidak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya, bahkan ketika kakiku terluka."

Lucian yang awalnya menundukkan wajahnya, perlahan mendongak menatap gadis muda yang menunjukkan ekspresi sedih. "Apa tidak ada yang membalut kakimu saat terkilir?"

Leanna tidak menjawab. Gadis berambut panjang berwarna gelap justru mengalihkan pembicaraan. "Paman, apa masih ingat saat aku jatuh dan menangis begitu keras dan saat itu kau datang untuk menghibur dan mengobatiku. Apa Paman tahu bahwa aku menangis saat itu hanya untuk mendapatkan perhatianmu?"

"Lalu, kenapa kau tidak menangis sekarang ini? Aku yakin ini juga menyakitkan."

Leanna terdiam sejenak, wajahnya terlihat begitu sendu. "Karena aku tidak ingin dibenci dan dianggap pengganggu yang akan membuatmu merasa kesal. Bukankah Paman pergi saat itu karena merasa kesal dengan tingkahku."

"Siapa yang mengatakan itu padamu?"

Lagi-lagi Leanna kembali diam seribu bahasa. Lucian mencoba untuk memancingnya, "Apa mamamu yang mengatakannya?"

Leanna langsung bereaksi, mata bulatnya melebar, tubuhnya gemetar bahkan kakinya yang saat ini ada di pangkuan Lucian. Suara yang begitu pelan terdengar samar-samar, "Tidak. Mama, tidak!"

Namun, bagi Lucian itu sebagai sebuah jawaban yang terbalik dengan perkataan Leanna. "Aku tidak akan membencimu. Aku tidak akan pernah bisa membencimu."

"Bahkan walau aku membuat paman kesal, kau tidak akan membenciku?" Leanna bertanya dengan ragu.

"Bagaimana aku bisa merasa kesal melihat wajahmu yang seperti malaikat ini?"

Leanna tersenyum senang. "Paman, mendekatlah padaku!"

Lucian dengan patuh menurut. Mata pria itu melebar saat merasakan kehangatan di bibirnya. Dia dengan cepat mendorongnya dengan kasar.

"Leanna, kau!"

"Apa paman marah?"

Lucian menghela nafas berulang kali. "Aku harus pergi. Pelayan akan membantumu ke kamar."

Lucian langsung pergi begitu saja dengan wajah yang begitu merah. Leanna mencoba mengejarnya tanpa mempedulikan kakinya yang terbalut. "Paman, jangan tinggalkan aku! Paman bilang tidak akan marah padaku, tapi...."

"Leanna! Aku tidak ingin marah padamu. Tetaplah di rumah, aku memilki hal lain yang harus aku lakukan!"

Lucian meninggalkan Leanna setelah berhasil melepaskan genggaman tangan ramping itu dari tangannya yang kekar.

"Nona Leanna, ikut dengan saya. Saya akan membantu memapah Anda." Pelayan itu mengulurkan tangannya.

Dia membantu Leanna untuk naik ke tangga dengan perlahan. Namun, saat sampai di kamar, pelayan itu langsung mendorong Leanna.

"Dasar gadis tidak tahu diri. Kau sudah di tampung, tapi masih mencoba untuk merayu Tuan Muda kami. Keponakan yang memiliki pikiran kotor sepertimu tidak pantas ada!" Pelayan itu mengulurkan tangan untuk menampar Leanna.

Leanna menahan tangan wanita itu, tapi bagaimana tangannya yang kecil dan kurus itu dapat menahan pelayan bertubuh penuh lemak ini? Dia kalah dalam pertahanan diri dan menghadapi pukulan keras di wajahnya cantik gadis muda itu.

"Aku yakin pasti Tuan Muda akan segera mengusir mu. Nikmati saja tidur sebentar di kasur empuk ini. Besok, kau pasti akan diusir oleh Tuan Muda!" Pelayan itu mengejeknya.

Leanna hanya diam tertunduk. Dia baru saja bahagia karena terbebas dari siksaan dan akhirnya bersama dengan seseorang yang begitu perhatian padanya, tapi karena keserakahannya ini?

"Kenapa? Kenapa aku tidak bisa mendapatkan apa yang aku mau? Semua hal yang aku inginkan selalu saja tidak menginginkanku!" Leanna meluapkan kesedihannya.

"Paman, kenapa paman membawaku jika akhirnya hanya akan meninggalkanku ketika aku berharap banyak padamu? Semua orang sama saja. Tidak ada yang menginginkanku. Apa gunanya, aku hidup?"

Leanna melihat sekeliling ruangan, dia terlihat mencari sesuatu. Leanna mendekat ke arah cermin. Leanna terus memukul cermin itu dengan penuh emosi, meluapkan kekecewaan dan kesedihannya. Serpihan-serpihan kaca hancur berserakan di lantai, mencerminkan keadaan hatinya yang terluka.

Leanna mengambil serpihan kaca yang berserakan di lantai itu. Dia menatap dengan pandangan kosong.

"Kau! Apa yang kau lakukan?" Seseorang tiba-tiba saja datang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 66 Wanita yang Menggila

    "Tuan Lucian, kenapa kau memperlakukanku sekejam ini? Kau memutuskan pertunangan saat hubungan kita baik-baik saja dan sekarang kau mengusirku saat aku ingin--" "Cukup! Aku sudah bilang padamu untuk membahas ini di luar," ucap Lucian menghentikan keluhan dari tamu yang tidak dia harapkan-Luna. "Kenapa kita tidak bisa membicarakan di sini? Apa kekasih barumu ada di sini?" Luna tiba-tiba saja menerobos masuk. Lucian mendorongnya keluar. "Jangan membuat keributan!" "Biarkan aku masuk! Aku harus bertemu dengan wanita yang tidak tahu malu itu." "Tidak ada gunanya kau marah padanya! Akulah yang memilihnya. Lebih baik kau pergi, mulai saat ini tidak adalagi yang perlu dibahas dari kita." "Apa yang terjadi?" Leanna tiba-tiba saja datang. Luna menerobos masuk ke dalam tanpa sempat dicegah oleh Lucian. Dia memegang kedua tangan Leanna. "Leanna, kau tahukan bagaimana baiknya aku padamu dan kau pasti tidak menerima Lucian punya pasangan baru yang akan merebut perhatiannya dari

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 65 Perintah Lucian

    "Anda ingin saya melakukannya? Kenapa Anda tiba-tiba ingin membatalkan pertunangan?" Asistennya terkejut dan menatapnya dengan tatapan curiga. "Kau tidak perlu tahu. Hanya lakukan saja apa yang aku perintahkan!" ucap Lucian dengan dingin. "Bos, bagaimana bisa kau mengatalkan acara yang hanya tinggal beberapa hari lagi? Apa kau sudah mendiskusikan ini dengan Nona Luna?"tanya Asistennya. Lucian melipat tangannya di depan dada. "Cepat lakukan sekarang dan kau yang akan bertanggung jawab urusan kantor selama 3 hari!" Asistennya hanya menghela nafas pasrah. Dia hendak pergi, tetapi berhenti saat melihat Leanna yang hanya menggunakan kemeja Lucian. Asistennya sebenarnya meragukan tentang pikirannya, tetapi saat dia melihat Leanna duduk di pangkuan Lucian dan mereka saling berciuman di bibir, semua menjadi lebih jelas. Asistennya memegang kepalanya yang merasa pusing karena memelihat kelakuan Bosnya. Lucian melihat keberadaan Asistennya. "Kenapa kau masih berada di sini? Cepat pe

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 64 Malam Tak Terlupakan

    Malam harinya, Leanna tidur dalam keadaan resah. Tubuhnya bergerak dengan tidak nyaman, keningnya berkeringat. Leanna membuka matanya, "Tidak!" Nafasnya masih tidak beraturan. Leanna melempar selimutnya dan langsung berlari keluar. Leanna menuju ke kamar Lucian. Saat pintu sedikit terbuka, Leanna mendengar suara Lucian yang sedang mengobrol dengan seseorang di telepon. "Jangan khawatir, lebih baik kau fokus saja urusanmu di sana, kau kirim saja ukuran dan model cincin yang kau inginkan, aku akan membelinya. " Leanna mengepalkan telapak tangannya. Dia teringat mimpi yang dia alami. Leanna yang mengalami penyiksaan seperti yang terjadi tadi siang, tetapi yang berbeda, Lucian justru memunggunginya dan meraih tangan wanita itu. "Tidak. Aku tidak boleh membiarkan mereka menikah. Aku harus melakukan apa yang telah aku rencanakan, tidak ada waktu untuk menundanya lagi. " Leanna masuk ke kamar Lucian. "Paman!" Lucian dengan cepat mengakhiri panggilan. Dia menoleh ke arah Leanna yang

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 63 Kembali Tersiksa

    Lucian masuk ke dalam mobil, diikuti dengan Luna diam-diam tersenyum. "Semoga gadis itu tidak pernah muncul lagi dalam hidup Lucian," ucapnya dalam hati. Lucian melajukan mobilnya melewati Leanna. Cengkeraman tangannya pada kemudi begitu erat saat meliriknya dari kaca mobil. "Lucian, jangan khawatir. Bukankah kau bilang dia akan kembali ke apartemen?" Lucian tidak mengatakan apapun. Pandangannya fokus me depan dengan tatapan dingin. *** Leanna menatap mobil yang semakin menjauh dari pandangnya. Dia tidak menyangka bahwa Lucian akan benar-benar meninggalkannya seperti ini. Leanna menatap dengan sedih Dia menghadang taksi dan masuk ke dalam. "Nona, kemana kita akan pergi." Leanna terdiam sejenak. Dia merogoh tas kecilnya dan melihat uang yang ada disana. Leanna dengan terpaksa menyebutkan alamat rumah besar keluarganya. Taksi itu melaju menyusuri jalanan. Leanna hanya diam sepanjang jalan. Jujur, dia merasa takut bertemu orang-orang itu lagi, khususnya jika ibunya

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 62 Dia Hanya Mengancam

    "Jadi, kau sebenarnya sengaja terus menerus untuk berpihak pada Nona Luna untuk membuat keponakanmu menyerah pada perasaannya padamu, tapi kau takut dia akan membencimu?" ucap Asistennya setelah mendengar curhatan Lucian. "Menurutku kau harus segera menikahi Nona Luna atau setidaknya mengatur pertunangan lebih dulu." "Saranmu sungguh tidak membantu. Aku mulai ragu untuk memilihnya sebagai pasangan." "Bos, tidak mudah menemukan orang yang bisa mengendalikan keponakanmu itu. Selain itu, jika kau memilih yang lain maka keponakanmu pasti akan bertentangan dengannya juga karena dia ingin memilikimu. Bukankah sama saja?" Lucian mulai memikirkan apa yang dikatakan oleh asistennya. "Jika kau mempercepat peresmian hubungan dengan ikatan yang kuat dengan Nona Luna, maka dia pasti akan menyerah, dan jika kau tidak puas setelah menikah dengan Nona Luna maka kau bisa berpisah dengannya di saat keponakanmu sudah move on darimu." Asisten itu kembali memberikan penjelasan. "Selain itu, Tuan

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 61 Penyelamat

    Lucian melajukan mobilnya dengan cepat. Melalui jarak Mobilnya berhenti di tempat parkir sebuah rumah sakit. Lucian masuk ke dalam dengan terburu-buru. Dia masuk ke dalam sebuah bangsal, dia melihat Luna berada di sana. "Bagaimana kondisi Leanna?" "Dia sedang tertidur setelah mendapatkan suntikan." Lucian hendak masuk ke ruangan. Namun, Luna menghentikannya. "Lucian, maafkan aku. Seandainya aku tetap memaksa Leanna sebelumnya, ini pasti tidak akan terjadi." "Tidak apa-apa. Bukankah kau juga telah bertanggung jawab dengan membawanya ke rumah sakit ini? Leanna pasti akan mengerti." Lucian melepaskan tangan Luna. "Aku akan melihat Leanna." "Lucian, aku akan masuk bersamamu." Lucian membuka pintu. Saat itu, Leanna sudah bangun. "Paman, kenapa kau membawa wanita itu?" "Leanna, jangan seperti itu. Luna telah menolongmu saat pingsan," ucap Lucian. "Menolongku? Meskipun kesadaranku sedikit memudar, tapi aku yakin bukan dia yang menolongku! Paman, kau telah diberdaya olehny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status