Share

Chapter 3 Siapa Wanita Itu?

Penulis: Tya Prajana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-30 14:06:09

Lucian mendorong keponakannya sebelum sesuatu yang lebih buruk terjadi. "Leanna, kau menganggap dirimu sudah dewasa, bukan?"

Wajah Leanna yang awalnya suram berubah cerah. "Ya. Paman. Apa kau sudah melihatku sebagai gadis dewasa? Jadi, ayo kita--"

"Jika kau adalah gadis dewasa maka kau harus tahu batasannya! Leanna, kau adalah keponakanku, tidak mungkin bagi kita untuk bersama!"

"Tapi, kita tidak punya hubungan darah!"

"Ya, tapi itu semua tidak mengubah kenyataan bahwa kau tetaplah bagian dari keluarga Gu. Leanna, jika keinginanmu untuk menikah denganku hanya karena ingin tinggal bersamaku dan mendapatkan perlindungan seperti saat kau masih kecil, selama aku jadi pamanmu kita bisa melakukannya. Kau mengerti sekarang?" Lucian memberikan penekanan yang tegas.

Leanna tidak mengatakan apapun untuk menanggapinya dan memilih kembali ke tempat duduk. Pandangannya menatap ke arah luar kaca mengubur dalam keramaian jalanan yang sibuk. .

Lucian merasa bersalah padanya, tetapi dia tidak tahu bagaimana membuat keponakannya ini mengerti tentang situasi mereka.

"Leanna, kau pasti akan bertemu dengan seorang pria yang pantas untuk kau nikahi. Setelah itu kau akan mengerti kenapa aku mengatakan ini."

"Bagaimana aku bisa bertemu dan menikahinya? Hanya Pama satu-satunya untukku. Aku sangat mencintaimu," ucap Leanna dengan suara pelan tanpa memandangi ke arah Lucian, tetapi jawaban itu masih bisa di dengar oleh Lucian.

Lucian menghela nafas dalam-dalam. "Leanna, kau mungkin salah paham dengan perasaanmu padaku. Jangan mengatakan perkataan yang tidak masuk akal itu lagi padaku!" Lucian memberikan peringatan tegas. "Setelah kau menemukan pria lain, kau pasti akan tahu perasaan cinta yang kau rasakan padaku itu berbeda dengan perasaan cinta yang menjadi dasar pernikahan."

Leanna hanya menunjukkan wajah cemberutnya. "Ok, aku akan mencari pria lain. Jika aku akhirnya mencintai pria itu, paman jangan menyesal!"

"Aku akan senang jika kau punya pasangan yang baik." Lucian mengulurkan tangan untuk menyentuh rambut hitam milik Leanna, tetapi wanita itu menghindari sentuhannya. Pandangan matanya tidak lagi tertuju padanya.

Lucian juga hanya diam saja. Suaranya di dalam mobil yang awalnya hangat telah berubah menjadi kekakuan. Supir yang ada di depan merasa tidak nyaman, tetapi harus tetap berkendara.

Tanpa ada suara apapun selama lebih dari satu jam, Lucian menoleh ke arah gadis yang bersandar di sisi kaca mobil, matanya terpejam. Kepala gadis itu hampir terbentur ke arah jendela mobil. Tangan Lucian bergerak cepat menahan kepalanya, meletakkan di bahunya.

Lucian memandang wajah tidur gadis yang terlihat resah. Keningnya berulang kali berkerut. Jari-jari Lucian yang besar mengusap lembut keningnya. "Jangan takut, apapun yang kau pikirkan saat ini. Aku akan melindungi mu dari hal buruk."

Tangannya yang lain mengenggam erat tangan lentik yang basah berharap dapat memberinya kehangatan. Tanpa sadar Lucian ikut tertidur.

***

Lucian membuka matanya perlahan. Wajah cantik bersemu merah di pipinya membuat Lucian terkejut, apalagi saat tangan gadis ini Menyentuh wajahnya. Bahkan duduk di pangkuannya. "Leanna, apa yang sedang kau lakukan? Tolong minggir sebentar!"

"Paman, aku hanya ingin membangunkanmu. Kita sudah sampai, Ayo turun!"

Lucian mengerutkan keningnya melihat perubahan suasana hati Leanna. "Apa kau tidak marah lagi padaku?"

"Tidak. Paman sudah baik mau membawaku keluar dari rumah itu. Aku tidak mungkin marah padamu!" Leanna melangkah keluar. Dia mengucapkan sesuatu dengan suara pelan. "Aku juga sudah mendapatkan kompensasi yang aku inginkan, jadi tidak apa-apa."

Lucian yang baru saja turun hanya mendengar suaranya gumahan yang tidak jelas. "Leanna, kau bicara apa? Aku tidak bisa mendengarmu."

"Tidak. Ini bukan hal yang penting." Leanna dengan terbaru-buru melangkah menjauh. Lucian hanya mengerutkan keningnya. Dia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh gadis itu.

Lucian menoleh ke arah supirnya. "Apa yang Leanna lakukan tadi?"

"Nona hanya membangunkan Tuan," jawab supir itu. Lucian masih menatapnya cukup lama. Supir itu kembali menjawab. "Tuan, saya bersungguh-sungguh."

Lucian akhirnya membalikkan badan. Supir itu menghela nafas lega. Dia tidak menyangka akan menyembunyikan sesuatu dari Tuannya karena gadis malang itu.

Lucian mengejar Leanna. "Jangan terlalu cepat! Kenapa kau begitu bersemangat?"

"Baiklah. Aku akan mengenggam tangan Paman Lucian agar kau tidak tertinggal dariku!"

Lucian memandang Leanna. Meskipun ekspresi Lyla masih datar, tetapi dia tidak terlihat begitu sedih seperti sebelumnya. Seolah semua yang terjadi dan mimpi buruknya bukan sebuah masalah. Namun, melihat dia berusaha untuk ceria dengan menyembunyikan rasa sakit, itu membuat Lucian merasa semakin Bersalah.

"Lucian!"

Lucian mengerakkan mata ke arah seseorang yang memanggilnya itu. Ekspresi wajahnya menunjukkan keterkejutan. Seorang wanita dengan pakaian sexy tiba-tiba berlari dan melemparkan diri padanya. "Sayang, aku merindukanmu!"

Leanna menatapnya dengan alis terangkat. Kemarahan menyelimuti tubuhnya melihat seorang wanita

"Hei, kau siapa?" Leanna menatap tidak senang saat melihat wanita ini memeluk Lucian. Wanita itu bahkan berusaha untuk melihat ke arah Leanna.

Leanna menarik tubuh ramping wanita itu agar menjauh dari Lucian. "Menjauhkan dari Paman Lucian!"

Wanita yang memeluk Lucian itu merasa terganggu. "Dasar kutu kecil pengganggu!" Langsung wanita itu langsung menepis dengan kasar. Jika saja Lucian tidak mengenggam tangannya, mungkin Leanna sudah terjatuh.

Lucian menjauhkan tubuh wanita itu darinya. "Jangan bersikap kasar pada keponakanku! Minta maaf padanya!"

"Keponakan?" Wanita itu memandangi Leanna dari bawah ke atas. Pakaian yang Leanna kenakan begitu lusuh apalagi di tambahan lebam yang dia dapatkan. Senyum ejekan terukir di bibirnya. "Apa kau memungutnya seorang anak di jalanan lalu mengangkat menjadi keponakan? Lucian, kau sangatlah baik. Aku jadi semakin mencintaimu!"

Wanita itu hendak merangkul lengan Lucian, tetapi di tepis dengan kasar. "Beraninya kau menghina keponakanku! Pergilah! Aku tidak pernah mengizinkanmu untuk masuk ke rumah ini!"

"Lucian, maafkan aku. Aku hanya bercanda. Adik kecil, jangan memasukan ucapanku dalam hati ya!"

"Paman, aku sudah lelah! Ayo kita masuk saja." Leanna menyenderkan kepalanya di lengan Lucian dengan posesif.

Wanita itu mengikuti mereka. Lucian menghentikan langkahnya. "Apa yang kau lakukan? Aku sudah bilang tidak mengizinkanmu untuk memasuki rumahku!"

"Lu--"

"Apa aku mengizinkanmu untuk memanggil nama depanku?" Lucian menujukkan tatapan dingin.

"Pergilah dari sini dan jangan pernah muncul di hadapanku lagi!"

"Tidak! Lucian, kenapa kau begitu tega padaku? Tunggu dulu, ada hal penting yang harus aku katakan padamu!"

"Aku tidak mau mendengar apapun. Penjaga, bawa wanita ini keluar dan jangan biarkan wanita ini masuk lagi!" perintah Lucian.

"Lucian, aku sedang hamil anakmu!" Wanita itu berbicara dengan lantang.

Leanna terkejut dengan apa yang di katakan oleh wanita itu bahkan tanpa sadar Leanna melepaskan genggamannya tangan Lucian. "Paman, siapa sebenarnya wanita itu? Kenapa dia bisa hamil anak paman?"

"Lucian, apa aku perlu memberitahu hubungan kita di depan keponakanmu itu?" ucap wanita itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 66 Wanita yang Menggila

    "Tuan Lucian, kenapa kau memperlakukanku sekejam ini? Kau memutuskan pertunangan saat hubungan kita baik-baik saja dan sekarang kau mengusirku saat aku ingin--" "Cukup! Aku sudah bilang padamu untuk membahas ini di luar," ucap Lucian menghentikan keluhan dari tamu yang tidak dia harapkan-Luna. "Kenapa kita tidak bisa membicarakan di sini? Apa kekasih barumu ada di sini?" Luna tiba-tiba saja menerobos masuk. Lucian mendorongnya keluar. "Jangan membuat keributan!" "Biarkan aku masuk! Aku harus bertemu dengan wanita yang tidak tahu malu itu." "Tidak ada gunanya kau marah padanya! Akulah yang memilihnya. Lebih baik kau pergi, mulai saat ini tidak adalagi yang perlu dibahas dari kita." "Apa yang terjadi?" Leanna tiba-tiba saja datang. Luna menerobos masuk ke dalam tanpa sempat dicegah oleh Lucian. Dia memegang kedua tangan Leanna. "Leanna, kau tahukan bagaimana baiknya aku padamu dan kau pasti tidak menerima Lucian punya pasangan baru yang akan merebut perhatiannya dari

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 65 Perintah Lucian

    "Anda ingin saya melakukannya? Kenapa Anda tiba-tiba ingin membatalkan pertunangan?" Asistennya terkejut dan menatapnya dengan tatapan curiga. "Kau tidak perlu tahu. Hanya lakukan saja apa yang aku perintahkan!" ucap Lucian dengan dingin. "Bos, bagaimana bisa kau mengatalkan acara yang hanya tinggal beberapa hari lagi? Apa kau sudah mendiskusikan ini dengan Nona Luna?"tanya Asistennya. Lucian melipat tangannya di depan dada. "Cepat lakukan sekarang dan kau yang akan bertanggung jawab urusan kantor selama 3 hari!" Asistennya hanya menghela nafas pasrah. Dia hendak pergi, tetapi berhenti saat melihat Leanna yang hanya menggunakan kemeja Lucian. Asistennya sebenarnya meragukan tentang pikirannya, tetapi saat dia melihat Leanna duduk di pangkuan Lucian dan mereka saling berciuman di bibir, semua menjadi lebih jelas. Asistennya memegang kepalanya yang merasa pusing karena memelihat kelakuan Bosnya. Lucian melihat keberadaan Asistennya. "Kenapa kau masih berada di sini? Cepat pe

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 64 Malam Tak Terlupakan

    Malam harinya, Leanna tidur dalam keadaan resah. Tubuhnya bergerak dengan tidak nyaman, keningnya berkeringat. Leanna membuka matanya, "Tidak!" Nafasnya masih tidak beraturan. Leanna melempar selimutnya dan langsung berlari keluar. Leanna menuju ke kamar Lucian. Saat pintu sedikit terbuka, Leanna mendengar suara Lucian yang sedang mengobrol dengan seseorang di telepon. "Jangan khawatir, lebih baik kau fokus saja urusanmu di sana, kau kirim saja ukuran dan model cincin yang kau inginkan, aku akan membelinya. " Leanna mengepalkan telapak tangannya. Dia teringat mimpi yang dia alami. Leanna yang mengalami penyiksaan seperti yang terjadi tadi siang, tetapi yang berbeda, Lucian justru memunggunginya dan meraih tangan wanita itu. "Tidak. Aku tidak boleh membiarkan mereka menikah. Aku harus melakukan apa yang telah aku rencanakan, tidak ada waktu untuk menundanya lagi. " Leanna masuk ke kamar Lucian. "Paman!" Lucian dengan cepat mengakhiri panggilan. Dia menoleh ke arah Leanna yang

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 63 Kembali Tersiksa

    Lucian masuk ke dalam mobil, diikuti dengan Luna diam-diam tersenyum. "Semoga gadis itu tidak pernah muncul lagi dalam hidup Lucian," ucapnya dalam hati. Lucian melajukan mobilnya melewati Leanna. Cengkeraman tangannya pada kemudi begitu erat saat meliriknya dari kaca mobil. "Lucian, jangan khawatir. Bukankah kau bilang dia akan kembali ke apartemen?" Lucian tidak mengatakan apapun. Pandangannya fokus me depan dengan tatapan dingin. *** Leanna menatap mobil yang semakin menjauh dari pandangnya. Dia tidak menyangka bahwa Lucian akan benar-benar meninggalkannya seperti ini. Leanna menatap dengan sedih Dia menghadang taksi dan masuk ke dalam. "Nona, kemana kita akan pergi." Leanna terdiam sejenak. Dia merogoh tas kecilnya dan melihat uang yang ada disana. Leanna dengan terpaksa menyebutkan alamat rumah besar keluarganya. Taksi itu melaju menyusuri jalanan. Leanna hanya diam sepanjang jalan. Jujur, dia merasa takut bertemu orang-orang itu lagi, khususnya jika ibunya

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 62 Dia Hanya Mengancam

    "Jadi, kau sebenarnya sengaja terus menerus untuk berpihak pada Nona Luna untuk membuat keponakanmu menyerah pada perasaannya padamu, tapi kau takut dia akan membencimu?" ucap Asistennya setelah mendengar curhatan Lucian. "Menurutku kau harus segera menikahi Nona Luna atau setidaknya mengatur pertunangan lebih dulu." "Saranmu sungguh tidak membantu. Aku mulai ragu untuk memilihnya sebagai pasangan." "Bos, tidak mudah menemukan orang yang bisa mengendalikan keponakanmu itu. Selain itu, jika kau memilih yang lain maka keponakanmu pasti akan bertentangan dengannya juga karena dia ingin memilikimu. Bukankah sama saja?" Lucian mulai memikirkan apa yang dikatakan oleh asistennya. "Jika kau mempercepat peresmian hubungan dengan ikatan yang kuat dengan Nona Luna, maka dia pasti akan menyerah, dan jika kau tidak puas setelah menikah dengan Nona Luna maka kau bisa berpisah dengannya di saat keponakanmu sudah move on darimu." Asisten itu kembali memberikan penjelasan. "Selain itu, Tuan

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 61 Penyelamat

    Lucian melajukan mobilnya dengan cepat. Melalui jarak Mobilnya berhenti di tempat parkir sebuah rumah sakit. Lucian masuk ke dalam dengan terburu-buru. Dia masuk ke dalam sebuah bangsal, dia melihat Luna berada di sana. "Bagaimana kondisi Leanna?" "Dia sedang tertidur setelah mendapatkan suntikan." Lucian hendak masuk ke ruangan. Namun, Luna menghentikannya. "Lucian, maafkan aku. Seandainya aku tetap memaksa Leanna sebelumnya, ini pasti tidak akan terjadi." "Tidak apa-apa. Bukankah kau juga telah bertanggung jawab dengan membawanya ke rumah sakit ini? Leanna pasti akan mengerti." Lucian melepaskan tangan Luna. "Aku akan melihat Leanna." "Lucian, aku akan masuk bersamamu." Lucian membuka pintu. Saat itu, Leanna sudah bangun. "Paman, kenapa kau membawa wanita itu?" "Leanna, jangan seperti itu. Luna telah menolongmu saat pingsan," ucap Lucian. "Menolongku? Meskipun kesadaranku sedikit memudar, tapi aku yakin bukan dia yang menolongku! Paman, kau telah diberdaya olehny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status