Lucian langsung mendekap Leanna dalam pelukannya, menyembunyikan wajah Leanna. Rambut panjang Leanna yang digerai menutupi sebagian dari wajahnya. "Apa yang kalian lakukan? Kalian membuatnya takut!" Lucian berteriak dengan marah. Para wartawan memilih untuk mundur. Lucian menoleh ke arah dua orang pria yang telah mengambil topi dan kacamata milik Leanna. "Berikan padaku atau kalian akan menyesalinya jika berani melawanku!" Dua orang pria itu memberikannya dengan tangan gemetar. Lucian mengambil dengan cepat dan memakaikannya ke Leanna. Lucian yang masih memeluk Leanna, berjalan masuk ke area hotel. Para wartawan tidak ada yang berani mengangkat kamera. Mereka justru mulai bergosip. "Apa kau melihatnya? Ini pertama kalinya aku melihat Tuan Lucian begitu menjaga identitas wanita itu tidak seperti sebelumnya." "Apa mungkin wanita itu akan menjadi calon istrinya?" *** Saat mereka sampai di dalam, Leanna melepaskan kacamata dan topinya. Seorang pria datang menyapa mereka.
"Kau sepetinya tahu begitu banyak tentang Tuan Lucian ya. Bahkan begitu bebas untuk mengungkap masa lalunya," cibir Leanna dengan ekspresi datar. "Aku tidak tahu kenapa kau harus mengatakan ini padaku." "Nona, aku hanya memberimu peringatan. Namun, jika kau hanya mengincar uang dari Tuan Lucian, tidak masalah jika kau mengabaikan peringatanku ini." "Tenaga saja, Tuan Lucian akan selamanya menjadi milikku!" Leanna mengucapkan dengan percaya diri. Nyonya Betty tersenyum mengejek. "Perkataan yang sama seperti para wanita itu." "Berhentilah membahas masa lalunya dan biarkan aku mencoba gaunnya. Kami tidak punya banyak waktu!" Leanna mengakhiri pembicaraan. Dia tidak ingin mendengar terlalu banyak tentang para wanita yang pernah berada di sisi Lucian. Leanna merasa tidak nyaman. Kenapa para wanita yang dikenal Lucian begitu sering menceritakan masa lalu dengan alasan memberikan peringatan. Leanna tahu mereka hanya ingin pamer karena mengenal Lucian lebih dulu. Seandainya L
"Pilihlah! Mana yang kau sukai?" Lucian dan Leanna berada di bagian etalase Snack. Leanna tidak terlalu antusias seperti sebelumnya dan hanya menjawabnya, "Aku akan menyukai apapun yang paman pilihkan." "Kau alergi bahan ini, jadi kita singkirkan yang ini. Aku akan pulih ini dan ini" Lucian mulai mengambil satu persatu dan tidak lupa mengecek setiap bahan yang tertera. Dia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya lagi. "Paman, wanita tadi--" "Abaikan saja wanita itu, anggap sebagai orang yang lewat." "Bagaimana aku bisa mengabaikannya. Kalian berdua terlihat akrab. Pasti dia memiliki hubungan khusus dengan paman. Aku membenci para wanita yang pernah memiliki paman." Leanna hanya bisa meluapkan semua keluhannya dalam pikirannya, tanpa bisa mengatakannya Langsung. "Tapi kalian terlihat dekat." "Kami tidak dekat. Dia hanya salah satu kenalan," jawab Lucian. "Lalu, apa Paman akan pergi ke acara reuni?" tanya Leanna. "Jika paman pergi, tolong bawa aku!" "Tidak. T
Leanna secara refleks mundur. "Aku tidak mau! Aku tidak ingin kembali bersama orang sepertimu." Wanita itu menarik rambut Leanna yang mencoba menjauh. "Apa kau mulai berani melawanku sekarang? Kau tidak akan bisa pergi dariku...putriku" "Mama, lepaskan aku!" Leanna berusaha untuk memberontak. "Paman Lucian, tolong aku!" Wanita yang tidak lain adalah ibu Leanna itu menariknya keluar. "Tidak perlu memanggilnya! Kau ada dalam cengkeramanku sekarang." Leanna menggunakan tangannya untuk memukul wajah ibunya dengan keras membuat cengkeraman ibunya akhirnya terlepas karena memegangi wajahnya. Leanna menatapnya dengan mata yang tanpa emosi, wajahnya juga datar. Nyonya Lucy semakin marah. "Kau!" Tangannya hendak memukul Leanna, tapi seseorang yang berdiri di belakangnya justru menahannya. Nyonya Lucy menoleh ke arahnya."Lucian? Lepaskan tanganmu dariku!" " Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti Leanna!" Lucian mendorong tubuh Nyonya Lucy yang membuatnya terjatuh ke lantai. N
"Leanna, apa yang kau katakan? Apa terjadi sesuatu padanya?" ucap Lucian mengerutkan keningnya. "Paman, apa kau sungguh tidak tahu? Paman tidak akan berbohong padaku, kan? Aku tidak ingin dibohongi orang yang paling aku percayai," ucap Leanna dengan ekspresi serius. Lucian menghela nafas. "Aku memang yang melakukannya. Leanna, jika aku tidak menyingkirkannya maka dia akan terus datang mengganggumu." "Jika paman ingin menyingkirkannya, kenapa harus menyebar skandal, bukankah itu terlalu mencolok, dia hilang saat kekacauan terjadi." "Bukankah itu saat yang tepat? Orang-orang akan menganggapnya melarikan diri dari masalah dan citranya akan rusak," ucap Lucian dengan ekspresi dingin. "Tapi, beberapa orang yang mengenal Luca meragukan hal itu," ucap Leanna dengan suara lirih. Lucian melirik ke arah Leanna. "Leanna, apa kau begitu peduli padanya?" Lucian menatap dengan tidak senang. "Tidak. Hanya saja--" "Aku tidak ingin membahas tentang dia. Lupakan saja pria itu dan an
"Tumben sekali Luca tidak datang. biasanya dia tidak pernah melewatkan kelas, tapi selama dua hari ini, aku tidak melihatnya." Leanna mendengar dua orang gadis yang duduk di belakangnya sedang bergosip. Leanna sebenarnya ingin mengabaikannya, tapi rasa penasarannya terlalu besar. "Apa kau tidak melihat forum kampus? Video itu sudah tersebar?" "Video tentang apa?" "Tontonlah ini! Video ini sudah beredar sejak kemarin." Leanna menunggu untuk mendengar suara dari video yang mereka tonton. Namun, dia tidak mendengar suara lain selain percakapan kedua orang wanita itu. "Ini sungguhan? Aku tidak menyangka dia akan melakukan hal seperti itu dengan dosen?" Suara wanita yang tadi bertanya, menujukkan keheranan. "Dan kau tahu apa yang lebih buruk? Luca menghilang dan tidak bisa dihubungi. Tidak ada yang tahu keberadaannya bahkan seorang mahasiswa yang tinggal di kawasan yang sama." "Apa? Apa dia melarikan diri ataukah...?." Leanna merasakan tatapan yang terarah padanya. L