Home / Romansa / Hasrat Cinta sang Mantan / Bab 10 Jangan khawatir!

Share

Bab 10 Jangan khawatir!

Author: Miss Luxy
last update Last Updated: 2025-10-13 20:09:30

"Iya, begitulah! Tahu sendiri kan bertemu dengan klien itu kita harus terlihat rapi, wangi dan tentunya bersih. Bukan, begitu?" sahut Helmi berbohong.

"Yap betul! Penampilan itu cukup penting supaya klien kita seneng dan tender kita lancar!" sambung Kenny.

"Nah iya betul sekali. Ya sudah, aku pergi dulu, tolong jangan bilang siapa-siapa kalau aku pergi. Emmm karena ini termasuk urusan yang aku sembunyikan dari papa, terutama Tasya, biar aku kasih kejutan untuk mereka jika nanti berhasil, kamu ngerti, kan?" kata Helmi meminta Kenny untuk tidak berbicara tentang kepergian nya malam ini.

"Oh, itu aman, Mas. Nggak usah khawatir!" sahut Kenny. Akhirnya, Helmi pun pergi malam itu juga tanpa menaruh curiga pada Kenny. Setelah kepergian Helmi, tak berselang lama Tasya sudah mengenakan tas selempang dan hendak pergi juga.

Kenny yang masih berada di sana, pria itu terkejut saat melihat Tasya hendak pergi terburu-buru.

"Tasya? Mau ke mana dia? Jangan-jangan dia mau mengikuti Mas Helmi pergi?" pikir Kenny. Pria itu segera mengejar Tasya untuk menanyakan kebenarannya.

"Kamu mau ke mana, Sya?" Kenny menahan tangan Tasya. Wanita itu spontan berhenti dan menoleh.

"Lepasin aku, Ken! Aku pergi ke mana itu bukan urusanmu!" jawab Tasya sambil menepis tangan Kenny.

"Oke fine, sorry! Tadi aku melihat suamimu pergi, apa kamu ingin membuntuti nya?" tanya Kenny yang langsung to the point. Tasya terlihat bingung namun ia harus segera mengejar suaminya.

"Iya!" jawabnya singkat.

"Sendirian malam-malam begini? Jangan nekad kamu, Sya! Bisa bahaya wanita malam-malam pergi sendirian. Gimana kalau aku yang antar?" tawar Kenny yang merasa tidak tega melihat Tasya pergi sendiri dengan mobilnya.

"Tapi...!"

"Sudahlah, tidak apa-apa. Aku akan mengantarmu, ayo! Kita naik mobilku aja!" Kenny segera mengajak Tasya naik ke mobil dan Tasya pun tidak bisa menolaknya. Karena ia tidak ingin kehilangan jejak mobil sang suami.

Keduanya pun menaiki mobil Kenny dan tidak ada yang tahu kepergian mereka. Semuanya sudah tertidur pulas kecuali satpam penjaga rumah.

Tasya sendiri merasa tidak enak karena sudah merepotkan Kenny.

"Sorry sudah merepotkanmu, Ken! Emmm apa Lisa nggak nyariin kamu?" kata Tasya saat berada di dalam mobil.

"Lisa tidak ada di rumah. Dia sedang pergi camping dengan teman-temannya!" jawab Kenny.

"Ohhh!" Tasya mengangguk sambil melihat lurus ke depan di mana mobil Helmi terlihat dari kejauhan.

"Ikuti terus, Ken!" pinta Tasya. Kenny pun menuruti perintah Tasya.

"Kalau boleh tahu, kenapa kamu harus mengikuti suamimu? Bukannya dia sedang pergi ke kantor? Ada urusan penting katanya, kalau nggak salah mau ketemu klien!" seru Kenny apa adanya yang ia ketahui dari Helmi.

"Ke kantor? Mas Helmi bilang itu ke kamu?" sahut Tasya tak habis pikir.

"Iya, tadi dia bilang gitu! Memangnya engga ya?"

Tasya menggelengkan kepalanya. Kenny pun makin terkejut saat mobil Helmi belok ke arah lain, bukan arah kantor.

"Dia nggak ke arah kantor, eh dia belok ke arah jalan Cendrawasih, ini kan arah ke hotel Halimun!" ucap Kenny yang diiyakan langsung oleh Tasya.

"Ya, mungkin mereka janjian di hotel itu!" sahut Tasya dengan suara lemah.

"Maksudmu?" Kenny masih belum faham dengan ucapan Tasya.

"Mas Helmi selingkuh dengan sekretarisnya!" ungkap Tasya dengan perasaan sesak.

"Oh astaga! Oke, oke, aku mengerti sekarang. Tapi kamu tetap tenang, ya. Jangan emosi dulu, kita pastikan dulu jika mereka memang pergi ke hotel itu!" kata Kenny sambil melihat ke arah Tasya dengan tatapan kosongnya.

Sesampainya Helmi di depan sebuah hotel, sebuah mobil sedan berhenti di sampingnya, tak lama kemudian seorang wanita cantik turun dari mobil dan langsung memeluk suami Tasya dengan mesra.

"Hmmm akhirnya kamu datang juga, Mas! Ayo kita masuk, aku sudah pesan kamar untuk kita!" ucap Rina senang.

"Tapi aku tidak bisa lama-lama," jawab Helmi.

"Tidak apa-apa, dua jam saja sudah cukup bagiku!" kata Rina dengan senyum nakalnya. Lantas, keduanya masuk ke dalam kawasan hotel tersebut untuk cek in.

Sementara itu, mobil Kenny yang terletak tidak jauh dari sana, dengan jelas Tasya memfoto dan merekam Helmi dan Rina yang sedang berpelukan. Setidaknya ia mendapatkan bukti yang cukup akurat untuk menggugat Helmi ke pengadilan untuk mempercepat proses perceraian mereka.

Namun tentu saja, diiringi air mata yang mengalir membasahi wajah Tasya kala dirinya melihat dengan mata kepala sendiri, sang suami sedang main gila dengan wanita lain.

"Kamu tidak apa-apa, Sya?" tanya Kenny khawatir sambil memberikan tisu untuk Tasya.

"Tidak apa-apa, ayo kita pulang, aku sudah muak berada di sini!" ajak wanita itu sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas. Kenny pun mengikuti perintah Tasya. Mereka pergi meninggalkan hotel tempat di mana Helmi dan Rina sedang cek in.

Mobil bergerak menuju ke rumah, Tasya masih bergeming, air matanya sudah kering untuk menangisi sesuatu yang sia-sia. Sampai akhirnya tiba-tiba ia meminta Kenny untuk menghentikan mobilnya.

"Stop!"

"Ada apa, Sya? Kenapa kamu minta berhenti di sini?" tanya Kenny sesaat setelah mobil itu berhenti. Tasya menatap pria itu lalu berkata.

"Apa kau ingin membantuku?"

"Apa?"

"Bantu aku membalas Mas Helmi, sebelum aku menceraikannya, aku ingin dia merasakan apa yang aku rasakan. Apa kamu bisa melakukannya? Aku benar-benar pusing, Ken!"

Sepertinya Tasya sudah sangat hancur, lelah dan pasrah, pikirannya benar-benar kalut dan ia pun nekat ingin membalas pengkhianatan sang suami, tapi ia masih bingung apa yang harus dilakukannya.

"Membalas Helmi? Kau yakin aku bisa membantumu?" Kenny nampak tersenyum hangat karena ini adalah salah satu cara untuk mendapatkan wanita yang dicintainya kembali padanya.

Tasya menoleh pasrah dan mengangguk, "Iya! Hanya kamu yang tahu permasalahanku! Jadi aku pikir cuma kamu yang bisa membantuku, aku ingin keluar dari masalah ini!"

"Well, aku akan membantumu dengan senang hati, Tasya. Jangan khawatir!" kata pria itu sembari meraih tangan Tasya lalu menggenggamnya erat.

BERSAMBUNG

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hasrat Cinta sang Mantan    Bab 94 kematian Lisa (Tamat)

    Lisa tak percaya jika dirinya bertemu dengan Tasya dan Kenny lagi setelah belasan tahun mereka berpisah. Wanita itu mendadak menangis tatkala sang Mama, Nyonya Ana menceritakan tentang pertemuan mereka.Lisa sudah tidak bisa bergerak, hanya kedua matanya yang masih hidup. Sekujur tubuhnya penuh luka bakar karena mobil itu terbakar habis, bahkan pria pasangan Lisa yang merupakan ayah Grace, meninggal dunia.Lisa masih bersyukur diberikan kesempatan untuk hidup dan bertemu dengan Kenny dan Tasya. Entah kenapa, wanita itu merasa jika pertemuan itu adalah pertemuan akhir mereka."Mas Kenny, Mbak Tasya...!" Suara Lisa terdengar lemah memanggil Kenny dan Tasya. Keduanya mendekat dan berusaha untuk memberikan semangat kepada Lisa untuk bertahan dan sembuh."Hai Lisa, jangan banyak bergerak dulu, kamu harus istirahat!" ucap Tasya sambil menatap wajah Lisa yang pucat dan menitikkan air matanya."Mbak Tasya...!" Lisa menyebut nama mantan kakak tirinya dengan suara gemetaran."Jangan bicara dulu

  • Hasrat Cinta sang Mantan    Bab 93 bertemu Tasya dan Kenny

    "Kenny dan Tasya orang tuamu, Nak?" tanya Nyonya Ana hampir tak percaya. Namun, wajah Evan yang sangat mirip dengan Kenny, membuat wanita itu tidak bisa memungkiri nya."Iya, mereka orang tua saya. Memangnya kenapa, Bu? Ibu kenal sama mereka?" balas Evan balik bertanya."Bukan cuma kenal, tapi sangat kenal!" jawab Nyonya Ana. Lalu, wanita itu menceritakan semuanya tentang Kenny dan Tasya kepada Evan. Kisah masa lalu yang rumit dan tentunya membuat wanita itu sangat menyesal.Evan menghela napas panjang, akhirnya terjawab sudah kenapa Nyonya Ana menganggap wajahnya mirip dengan Kenny. Memang benar, Kenny sang Papa adalah mantan suami mamanya Ziva."Begitulah, Nak. Itu artinya aku sedang bertemu dengan putra mereka, kamu benar-benar mirip sekali dengan Papamu... Oh ya Tuhan, mimpi apa aku semalam, engkau mempertemukan aku dengan putra mereka lewat Ziva!" kata Nyonya Ana yang nampak begitu terharu sekaligus malu. Malu karena dirinya sekarang seperti ini."Papa dan Mama pasti senang kalau

  • Hasrat Cinta sang Mantan    Bab 92 bukan ayahnya Ziva

    "Oh nggak apa-apa kok, Nek. Kalau begitu, Ziva pergi dulu ke kamar, mau mandi!" kata gadis itu. Nyonya Ana menganggukkan kepalanya dan membiarkan cucunya pergi. Wanita itu menghela napas, dirinya sudah banyak berubah sejak divonis sakit stroke. Terkadang, wanita itu merasa sangat berdosa kepada Tasya yang dulu sering ia sakiti.Dirinya juga merasa apa yang terjadi pada putrinya adalah karma dari perbuatannya yang sudah membuat Tasya menderita.Sementara itu, Ziva segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Gadis itu merasa sangat kotor dan jijik pada dirinya sendiri. Entah bagaimana nasibnya nanti. Hidupnya sudah hancur, kesuciannya sudah ternoda meskipun Evan berkata akan bertanggung jawab.Sedangkan di luar, setelah Evan melihat kepergian Lisa. Pemuda itu pun berinisiatif untuk menemui Ziva yang saat ini sudah berada di dalam rumah.Terdengar suara orang yang sedang mengetuk pintu. Nyonya Ana yang saat itu sedang berada di ruang tamu, ia pun segera membukakan pintunya de

  • Hasrat Cinta sang Mantan    Bab 91 bukan anak haram

    "Ziva, ya Tuhan. Tolong lindungi dia!" Evan masih mondar-mandir di depan rumah Ziva, pemuda itu sungguh tidak bisa meninggalkan Ziva dalam kondisi seperti itu. Gadis itu pasti sangat tersiksa. Baru saja ia kehilangan keperawanannya, kini ia harus mendapatkan siksaan dari ibu kandungnya. Di sisi lain, Nyonya Ana, yang sekarang sudah sedikit membaik kondisinya meskipun masih berada di kursi roda. Wanita itu muncul dari dalam rumah saat mendengar suara teriakan sang cucu. Wanita itu sangat menyayangi cucunya dan tidak suka jika Lisa terlalu berat menghukum gadis itu. "Lisa, berhenti!" Suara tegas Nyonya Ana seketika membuat Lisa menoleh dan menghentikan penyiksaannya kepada sang anak. "Kamu ini kenapa sihh? Ziva ini anakmu, kamu siksa dia seperti tawanan saja!" kata Nyonya Ana yang tak tega melihat sang cucu, ia pun memanggil gadis itu untuk memeluknya. "Ziva, sini, Nak!" Ziva yang semula meringkuk, pasrah dengan hukuman dari sang ibu, gadis itu pun segera menghampiri sang nenek ya

  • Hasrat Cinta sang Mantan    Bab 90 Dicambuk

    Lisa benar-benar melihat wajah Evan yang begitu mirip dengan Kenny. Ya, bak pinang dibelah dua. Sementara itu Evan, pemuda itu segera mengantar Ziva untuk bertemu dengan keluarganya dan tentunya pemuda itu memberanikan diri untuk mengatakan bahwa dirinya akan melamar Ziva. Ziva sendiri nampak takut saat akan menemui sang ibu. Ia tahu bahwa ibunya tidak akan mengampuninya. "Ayo, Va!" kata Evan saat melihat Ziva yang terdiam dan tidak mau melangkah. Sangat jelas terlihat di wajah gadis itu jika ia sangat ketakutan. "Lo jangan takut, ada gue di sini, semuanya pasti baik-baik saja, oke!" Evan berusaha untuk meyakinkan gadis itu. Ziva diantar oleh pemuda itu untuk menghadap Lisa yang nyatanya wanita itu memang sangat marah. Lisa menatap tajam ke arah keduanya, apalagi saat ia melihat putrinya yang ketakutan. Semakin ingin ia menghajar gadis itu. Di sisi lain, Ziva harus bersiap-siap untuk menerima hukuman dari ibunya. Meskipun ia sudah terbiasa mendapatkan hukuman dari Lisa,

  • Hasrat Cinta sang Mantan    Bab 89 mirip wajah Kenny

    Ziva langsung menjauh dari pemuda itu sambil meraih apa pun di sekitarnya untuk menutupi seluruh tubuhnya. Gadis itu spontan menangis dengan apa yang baru saja terjadi padanya. "Lo jahat, Van! Kenapa Lo lakuin ini ke gue!" rintih Ziva sambil menangis tersedu-sedu. Evan sendiri juga panik sekaligus bingung. Sejatinya ia tak ada niatan untuk melakukan hal itu. Tapi dorongan dari Ziva sendiri yang membuat pemuda itu khilaf. Pemuda itu juga merutuki perbuatannya yang sudah kelewatan. Bagaimana bisa ia tergoda untuk melakukan hal terlarang itu kepada teman sekolahan. "Oke, gu-gue minta maaf. Gue udah khilaf! Gue pasti tanggung jawab, gue janji!" jawab Evan dengan serius. Ziva masih menangis. Ia merasa kotor dengan dirinya sendiri. "Gue udah hancur, masa depan gue udah nggak berguna lagi!" kata Ziva yang begitu menyayat hati. "Enggak, Lo nggak bakalan hancur, Va. Gue pasti tanggung jawab, suer! Gue akan nikahin Lo, gue janji!" kata Evan makin serius. Ziva sendiri bingung harus

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status