"Iya, begitulah! Tahu sendiri kan bertemu dengan klien itu kita harus terlihat rapi, wangi dan tentunya bersih. Bukan, begitu?" sahut Helmi berbohong.
"Yap betul! Penampilan itu cukup penting supaya klien kita seneng dan tender kita lancar!" sambung Kenny. "Nah iya betul sekali. Ya sudah, aku pergi dulu, tolong jangan bilang siapa-siapa kalau aku pergi. Emmm karena ini termasuk urusan yang aku sembunyikan dari papa, terutama Tasya, biar aku kasih kejutan untuk mereka jika nanti berhasil, kamu ngerti, kan?" kata Helmi meminta Kenny untuk tidak berbicara tentang kepergian nya malam ini. "Oh, itu aman, Mas. Nggak usah khawatir!" sahut Kenny. Akhirnya, Helmi pun pergi malam itu juga tanpa menaruh curiga pada Kenny. Setelah kepergian Helmi, tak berselang lama Tasya sudah mengenakan tas selempang dan hendak pergi juga. Kenny yang masih berada di sana, pria itu terkejut saat melihat Tasya hendak pergi terburu-buru. "Tasya? Mau ke mana dia? Jangan-jangan dia mau mengikuti Mas Helmi pergi?" pikir Kenny. Pria itu segera mengejar Tasya untuk menanyakan kebenarannya. "Kamu mau ke mana, Sya?" Kenny menahan tangan Tasya. Wanita itu spontan berhenti dan menoleh. "Lepasin aku, Ken! Aku pergi ke mana itu bukan urusanmu!" jawab Tasya sambil menepis tangan Kenny. "Oke fine, sorry! Tadi aku melihat suamimu pergi, apa kamu ingin membuntuti nya?" tanya Kenny yang langsung to the point. Tasya terlihat bingung namun ia harus segera mengejar suaminya. "Iya!" jawabnya singkat. "Sendirian malam-malam begini? Jangan nekad kamu, Sya! Bisa bahaya wanita malam-malam pergi sendirian. Gimana kalau aku yang antar?" tawar Kenny yang merasa tidak tega melihat Tasya pergi sendiri dengan mobilnya. "Tapi...!" "Sudahlah, tidak apa-apa. Aku akan mengantarmu, ayo! Kita naik mobilku aja!" Kenny segera mengajak Tasya naik ke mobil dan Tasya pun tidak bisa menolaknya. Karena ia tidak ingin kehilangan jejak mobil sang suami. Keduanya pun menaiki mobil Kenny dan tidak ada yang tahu kepergian mereka. Semuanya sudah tertidur pulas kecuali satpam penjaga rumah. Tasya sendiri merasa tidak enak karena sudah merepotkan Kenny. "Sorry sudah merepotkanmu, Ken! Emmm apa Lisa nggak nyariin kamu?" kata Tasya saat berada di dalam mobil. "Lisa tidak ada di rumah. Dia sedang pergi camping dengan teman-temannya!" jawab Kenny. "Ohhh!" Tasya mengangguk sambil melihat lurus ke depan di mana mobil Helmi terlihat dari kejauhan. "Ikuti terus, Ken!" pinta Tasya. Kenny pun menuruti perintah Tasya. "Kalau boleh tahu, kenapa kamu harus mengikuti suamimu? Bukannya dia sedang pergi ke kantor? Ada urusan penting katanya, kalau nggak salah mau ketemu klien!" seru Kenny apa adanya yang ia ketahui dari Helmi. "Ke kantor? Mas Helmi bilang itu ke kamu?" sahut Tasya tak habis pikir. "Iya, tadi dia bilang gitu! Memangnya engga ya?" Tasya menggelengkan kepalanya. Kenny pun makin terkejut saat mobil Helmi belok ke arah lain, bukan arah kantor. "Dia nggak ke arah kantor, eh dia belok ke arah jalan Cendrawasih, ini kan arah ke hotel Halimun!" ucap Kenny yang diiyakan langsung oleh Tasya. "Ya, mungkin mereka janjian di hotel itu!" sahut Tasya dengan suara lemah. "Maksudmu?" Kenny masih belum faham dengan ucapan Tasya. "Mas Helmi selingkuh dengan sekretarisnya!" ungkap Tasya dengan perasaan sesak. "Oh astaga! Oke, oke, aku mengerti sekarang. Tapi kamu tetap tenang, ya. Jangan emosi dulu, kita pastikan dulu jika mereka memang pergi ke hotel itu!" kata Kenny sambil melihat ke arah Tasya dengan tatapan kosongnya. Sesampainya Helmi di depan sebuah hotel, sebuah mobil sedan berhenti di sampingnya, tak lama kemudian seorang wanita cantik turun dari mobil dan langsung memeluk suami Tasya dengan mesra. "Hmmm akhirnya kamu datang juga, Mas! Ayo kita masuk, aku sudah pesan kamar untuk kita!" ucap Rina senang. "Tapi aku tidak bisa lama-lama," jawab Helmi. "Tidak apa-apa, dua jam saja sudah cukup bagiku!" kata Rina dengan senyum nakalnya. Lantas, keduanya masuk ke dalam kawasan hotel tersebut untuk cek in. Sementara itu, mobil Kenny yang terletak tidak jauh dari sana, dengan jelas Tasya memfoto dan merekam Helmi dan Rina yang sedang berpelukan. Setidaknya ia mendapatkan bukti yang cukup akurat untuk menggugat Helmi ke pengadilan untuk mempercepat proses perceraian mereka. Namun tentu saja, diiringi air mata yang mengalir membasahi wajah Tasya kala dirinya melihat dengan mata kepala sendiri, sang suami sedang main gila dengan wanita lain. "Kamu tidak apa-apa, Sya?" tanya Kenny khawatir sambil memberikan tisu untuk Tasya. "Tidak apa-apa, ayo kita pulang, aku sudah muak berada di sini!" ajak wanita itu sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas. Kenny pun mengikuti perintah Tasya. Mereka pergi meninggalkan hotel tempat di mana Helmi dan Rina sedang cek in. Mobil bergerak menuju ke rumah, Tasya masih bergeming, air matanya sudah kering untuk menangisi sesuatu yang sia-sia. Sampai akhirnya tiba-tiba ia meminta Kenny untuk menghentikan mobilnya. "Stop!" "Ada apa, Sya? Kenapa kamu minta berhenti di sini?" tanya Kenny sesaat setelah mobil itu berhenti. Tasya menatap pria itu lalu berkata. "Apa kau ingin membantuku?" "Apa?" "Bantu aku membalas Mas Helmi, sebelum aku menceraikannya, aku ingin dia merasakan apa yang aku rasakan. Apa kamu bisa melakukannya? Aku benar-benar pusing, Ken!" Sepertinya Tasya sudah sangat hancur, lelah dan pasrah, pikirannya benar-benar kalut dan ia pun nekat ingin membalas pengkhianatan sang suami, tapi ia masih bingung apa yang harus dilakukannya. "Membalas Helmi? Kau yakin aku bisa membantumu?" Kenny nampak tersenyum hangat karena ini adalah salah satu cara untuk mendapatkan wanita yang dicintainya kembali padanya. Tasya menoleh pasrah dan mengangguk, "Iya! Hanya kamu yang tahu permasalahanku! Jadi aku pikir cuma kamu yang bisa membantuku, aku ingin keluar dari masalah ini!" "Well, aku akan membantumu dengan senang hati, Tasya. Jangan khawatir!" kata pria itu sembari meraih tangan Tasya lalu menggenggamnya erat. BERSAMBUNGTak berhenti di situ, Tasya pun juga membalasnya dengan mengajak Helmi sekalian. "Oh ya, Mas! Aku juga mau ngajak kamu pergi ke Bali sekalian. Acaranya lima hari di Bali. Aku dan Kenny kan satu angkatan yang sama, Kenny aja ngajak Lisa, terus aku ngajak siapa dong kalau bukan kamu. Biar aku ada yang jagain, mau, ya? Pliss!" ucap Tasya kepada suaminya. Helmi pun tersenyum dan mengiyakan permintaan sang istri. Tidak ada salahnya ia ikut, daripada dirinya harus direpotkan dengan kehamilan Rina, lebih baik ia pergi berlibur bersama Tasya. "Lima hari di Bali? Hmmm biar nanti aku atur, aku usahakan, ya!" jawab Helmi. "Makasih ya, Mas!" "Sama-sama, di Bali kita pasti punya lebih banyak waktu untuk berdua, siapa tahu pulang dari Bali kamu segera hamil!" Ucapan Helmi, seketika membuat Kenny tak kuat untuk mendengarnya. Pria itu pun pamit pergi sebelum makan malam selesai. "Maaf, aku sudah kenyang, aku pergi dulu, permisi!" Kenny beranjak pergi keluar rumah. "Mas, kamu mau ke mana?" teria
Ekspresi Kenny masih datar, tak ada respon apa pun, Kenny tak merasakan sesuatu saat tangan Lisa mengusap-usap miliknya, bahkan Lisa sampai berusaha untuk membangkitkan gairah sang suami dengan memainkan lidahnya di bawah sana. Namun tetap saja, sesuai tuduhan Lisa kepada suaminya, milik Kenny tidak menegang sama sekali, justru benda itu nyaris tidur.Sangat berbeda jika dirinya dihadapkan dengan Tasya. Hanya dengan memandang tubuh wanita itu saja, hasrat Kenny langsung bangkit dan ingin sekali menerkamnya.Setelah beberapa saat Lisa bermain pada tongkat kesaktian suaminya. Mendadak wanita itu bertanya dengan nada menelisik."Mas, kamu habis klimaks, ya?"Kenny terkesiap mendengar pertanyaan istrinya. Sisa-sisa percintaan dirinya dengan Tasya masih sangat basah, sehingga membuat Lisa tahu bahwa Kenny baru saja melakukan aktivitas seksual atau mungkin mimpi basah, pria itu harus mencari alasan agar Lisa tidak curiga."Ohhh, iya tadi... Aku, aku mimpi basah, iya begitulah, aku belum sem
Lisa telah sampai di lantai atas, wanita itu hendak berjalan menuju ke kamarnya. Namun ketika ia hendak membuka handle pintu, Lisa kembali berputar arah, ia lupa salah satu belanjaan tertinggal di dalam mobil. "Astaga! Bisa-bisanya aku lupa!" Akhirnya, wanita itu kembali turun untuk mengambil tas belanjaan yang ada di dalam mobil. Di sisi lain, setelah menikmati hangatnya cinta yang membara itu, Tasya segera memakai lagi pakaiannya. Wanita itu harus buru-buru agar sang suami tidak curiga dan bertanya-tanya. Sedangkan Kenny, pria itu masih berada di atas tempat tidur sambil tersenyum memperhatikan kakak iparnya yang sedang memakai pakaian. "Aku harus pergi! Semoga saja Mas Helmi tidak tanya macam-macam!" ucap wanita itu sambil melirik wajah Kenny yang sedang menatapnya penuh cinta. "Biarin saja dia nyariin kamu. Aku adalah Rahwana yang sedang mencuri Dewi Shinta dari tangan Helmi. Tapi sayangnya, Helmi bukan seorang Rama. Tapi dia itu lebih buruk dari seorang Rahwana. Dan sekarang,
"Kamu itu gimana sih, ceroboh sekali. Gimana ceritanya remote bisa kamu tindihin, hati-hati dong! Jangan sering ngerusak barang-barang di rumah ini. Aku belinya susah payah dengan uangku, kamu tinggal lihat TV aja pakai nindih remot nya, dasar ceroboh!" sungut Helmi."Iya aku minta maaf, lagipula remot nya nggak rusak kok, baiklah kalau begitu aku matikan saja TV nya!" Tasya langsung mematikan televisi tersebut dan wanita itu segera pergi meninggalkan Helmi di sana.Tasya pergi ke kamarnya setelah dimarahi oleh suaminya. Wanita itu pun merutuki dirinya sendiri karena sudah ceroboh menindih remote tersebut saat permainan panas mereka."Hihhh bodoh! Bisa-bisanya ketindihan tuh remote, untung aja nggak ketahuan!" gerutu Tasya sambil berjalan menuju ke kamarnya. Di saat wanita itu hendak sampai di kamarnya, tiba-tiba saja Kenny menarik tangan wanita itu dari arah kamarnya yang tidak jauh dari kamar Tasya dan Helmi."Hah!" Tasya sangat terkejut ketika Kenny membawanya masuk ke dalam kamar
Pria itu berdiri setelah melihat Helmi yang sedang keluar membeli sesuatu. Kenny berjalan mengendap-endap menuju ke tempat sofa di mana Tasya berada. Pria itu tersenyum miring sembari melihat situasi, kebetulan para pelayan juga libur, hanya satpam penjaga dan tukang kebun yang ada di luar rumah sehingga tidak mungkin mereka mengetahui kejadian di dalam rumah. Setelah dirasa aman, Kenny mulai mengejutkan Tasya yang saat itu sedang dalam posisi tiduran. Pria itu tiba-tiba mengecup kening Kakak iparnya dari atas. Tasya langsung terbangun dan melihat wajah Kenny yang sedang tersenyum. "Kenny, sedang apa kamu di sini? Nanti ada yang lihat!" kata Tasya panik. Wanita itu memperhatikan sekeliling bila saja ada orang yang melihat mereka sedang berdua. "Nggak bakalan ada yang lihat. Suamimu sudah pergi pakai mobil, di rumah ini cuma kita berdua saja, hanya kita!" balas Kenny sembari duduk di samping Tasya dan langsung menciumi leher wanita itu. "Ah Ken, jangan sekarang, aku takut!" Tasya b
"Apa? Ka-kamu hamil! Kok bisa? Aku selalu memakai kondom pas kita bermain, mana bisa hamil!" sahut Helmi tak percaya dengan wajah cemas, sesekali ia menoleh ke arah sang istri, khawatir jika Tasya mendengarkannya. "Ya bisa lah, Mas! Kita kan sering melakukannya, dan kondom itu bisa aja kan bocor, gimana sihh! Ayo buruan nikahin aku, Mas! Dan ceraikan istri kamu! Udah kubilang kan, istri kamu itu mandul nggak bisa ngasih kamu anak!" desak Rina. "Shit! Ya nggak bisa gitu dong, Rin! Aku nggak bisa nikahin kamu untuk saat ini!" kata Helmi menolak. "Kalau kamu nggak mau nikahin aku, terus gimana dengan nasib anak ini!" desak Rina lagi. "Gugurkan! Aku kasih cek sekarang juga dan gugurkan kandunganmu!" kata Helmi dengan serius. "Hah, kamu sudah gila, Mas! Aku nggak mau gugurin kandungan ini. Aku tetap minta pertanggungjawaban kamu, kalau kamu nggak mau nikahin aku, aku bakalan datang ke rumah kamu dan bilang ke semua orang bahwa aku sedang hamil darah dagingmu!" ancam Rina, setelah itu i