Pov PutriSelesai membahas urusanku bersama Farid aku kemudian keluar kamar untuk makan siang. Tak lama setelah aku duduk di ruang makan, aku dikejutkan dengan kedatangan Mas Indra. Sepertinya dia tak kembali ke kantor lagi setelah pulang tadi."Aku sengaja tak pergi kantor lagi karena takut Tante Sarah akan kembali menyakitimu."Aku tak menanggapi ucapan suamiku. Akhir-akhir ini lelaki gila ini memang terlihat cari perhatianku. Setelah menyakitiku, dia pikir aku bisa kembali mencintainya seperti dulu. Aku bukan orang bodoh, seharusnya dia tahu hal itu mustahil."Dira bilang tadi Dewa sempat datang kesini? Ngapain?" tanya Mas Indra. Karena tak mau membuatnya salah paham, aku terpaksa mau menjawab pertanyaannya."Dompet kamu jatuh pas kamu di kamar mandi. Dia datang buat nganterin dompetnya.""Jatuh di kamar mandi? Kayaknya pas kita mau pulang aku masih mengantongi dompetnya." cerita suamiku sembari mengingat-ingat kejadian semalam. Aku hanya mengendikan kedua bahuku sebagai respon."S
"Kalian enggak biasanya akur. Lagi ngomongin apa?"Aku dan Dira langsung panik mendapat pertanyaan seperti itu dari Tante Sarah. Bukannya dia dan Mas Indra lagi sibuk bercinta kenapa malah ada disini sekarang?"Kami membahas soal--""Aku lagi enggak tanya kamu."Setelah memotong kalimat Dira, Tante Sarah menatap penuh benci ke arahku."Kamu dan Dira lagi enggak kerjasama ngerencanain sesuatu kan?" tanya Sinis Tante Sarah."Enggak, Tant. Kami cuma lagi mbahas soal masakan untuk makan malam nanti.""Kamu pikir aku percaya gitu aja ucapanmu? Hati-hati ya kalian berdua. Aku sudah mencium bau tak beres pada kalian."Tante Sarah pergi setelah melontarkan ancamannya."Dir, selama ada Tante Sarah di rumah ini. Mending kita jaga jarak sementara dulu. Lihat, dia sudah mencurigai kedekatan kita. Aku takut nanti kamu akan jadi terkena imbas kemarahannya." "Baik, Mbak. Saya akan jauhi Mbak jika ada Nyonya Sarah dan Tuan Indra. Kalau begitu saya permisi ya, Mbak!"Dira pamit masuk. Aku kembali fok
Pov PutriJam menunjukan pukul 2 malam namun aku tak bisa tidur. Suara Tante Sarah berisik sekali saat bercinta dengan suamiku. Dia pikir aku akan marah dan cemburu jadi terus-terusan dengan sengaja menunjukan kegilaannya bersama suamiku.Karena Tante Sarah dan Mas Indra tengah sibuk memadu kasih, aku kembali mengambil ponselku yang aku sembunyikan. Aku mengaktifkan ponselku dan mencoba menghubungi Ferdi tapi sayangnya Ferdi bilang hingga sampai sekarang belum menemukan jejak apapun tentang keberadaan kedua orangtuaku. Meski aku sudah menyuruhnya untuk mengeceknya disetiap rumah sakit tapi dia belum juga menemukannya.[Put, jam segini kamu online? Kamu belum tidur?]Aku terbelalak kaget tiba-tiba mendapatkan pesan dari Melly. Jam menunjukan 2 malam. Kok dia masih belum tidur.[Aku tidak bisa tidur. Kamu sendiri jam segini kenapa belum tidur?] balasku pada Melly.[Aku tidak bisa tidur karena masih penasaran dengan ceritamu beberapa jam lalu.]Ya ampun Melly, dia sampai tak bisa tidur k
"Indra, Putri. Apa yang sedang kalian lakukan disini?"Mati aku. Tante Sarah memergoki saat Mas Indra sedang menc*umku. Pasti aku lagi yang akan jadi sasaran kemarahannya. Tuhan, tolong selamatkan aku dari wanita gila ini.Mas Indra melepaskan cium*nnya lalu tubuhnya ia gunakan untuk menutupi tubuhku. Lelaki itu pasti sadar betul kalau sebentar lagi Tante Sarah akan menghajarku sebagai pelampiasan kemarahannya."Beraninya kalian berbuat seperti ini di belakangku!"Tante Sarah seperti kesetanan. Dia mengambil pisau yang berada tak jauh darinya."Minggir Indra. Perempuan ini harus ku habisi. Dia harus mati baru aku akan puas!"Tangan Tante Sarah terlihat gemetar. Dia terlihat sangat emosi."Tant, kalau tante mau bunuh. Bunuh saja aku. Putri tak melakukan apapun. Dia sudah menolakku tadi tapi aku yang memaksannya!"Aku yakin Tante Sarah takan berani menusuk Mas Indra. Wanita gila itu tak bisa hidup tanpa Mas Indra jadi tak mungkin berani mencelakai lelaki yang sangat dicintainya itu."A
"Dira...Dira...!"Samar ku dengar teriakan Tante Sarah berteriak memanggil-manggil nama Dira. Rasa sakit karena pukulan demi pukulan yang Mas Indra berikan membuat kesedaranku perlahan hilang."Mbak Putri sadar Mbak...!"Mataku kembali terbuka. Ku lihat sekeliling. Ternyata aku berada dalam kamar Dira sekarang."Syukurlah Mbak sudah sadar. Aku sangat khawatir melihat Mbak tak sadarkan diri barusan!"Dira menangis, aku lihat dia benar-benar mengkhawatirkan keadaanku. Bukan hanya bersandiwara seperti yang kupikirkan selama ini."Mbak, mulai hari ini Nyonya Sarah menyuruhku mengawasi Mbak. Kita akan tinggal satu kamar. Mbak jangan marah sama aku ya. Aku cuma menjalankan tugas dari Nyonya Sarah!"Aku tersenyum dan mengangguk. Dira tak salah jadi aku tak boleh membencinya. Dia juga korban sama sepertiku."Mbak, aku kompres lukanya ya, Mbak."Dira mulai mengompres satu persatu lukaku. Aku diam tak banyak bergerak. Badanku terasa sangat sakit sekali jika sedikit saja bergerak."Aku berdoa se
"Kita tinggalkan negara ini bersama-sama. Dengan begitu Tante Sarah takan bisa menemukan kita!"Aku diam tak bersuara. Masih bingung dengan tawaran yang suamiku berikan. Haruskah aku menerima tawarannya?"Put, kita tak punya banyak waktu. Jangan banyak berpikir. Kamu mau ya memaafkan aku. Dengan begitu kita akan hidup bahagia tanpa Tante Sarah."Hidup bahagia?"Aku tertawa menahan perih."Kamu pikir semudah itu, Mas. Setelah semua yang kau lakukan padaku selama ini kamu pikir aku bisa bahagia hidup dengan orang yang jelas-jelas sudah menyakiti dan mengkhianatiku?""Put, aku salah aku minta maaf. Dari awal aku tak berani melawan Tante Sarah. Dia sangat kejam. Bahkan dia berencana membunuh Ayahku!""Apa?"Aku terkejut mendengar ucapan suamiku."Ya, dia belum lama ini bilang ingin menyingkirkan Ayahku. Aku tidak bisa terus-terusan hidup dengan wanita mengerikan itu!""Kalau kita pergi, gimana dengan nasib Ayahmu Mas?"Ayah mertuaku sangat baik, tidak mungkin aku mengabaikan keselamatanny
Pov Author"Sayang, kepalaku kenapa sakit sekali?" tanya Sarah saat terbangun. Indra semalam memberinya obat tidur dengan dosis agak tinggi jadi ketika dia bangun kepalanya terasa sakit."Kemaren Tante banyak nangis jadi wajar kalau Tante sekarang sakit kepala!"Sarah tersenyum senang saat menyadari Indra tak lagi mendiamkannya."Ka--kamu udah enggak marah sama aku?" tanya Sarah dengan raut wajah sangat senang.Indra menghela nafas panjang mendengar pertanyaan dari Sarah."Jujur aku masih sangat marah dengan perlakuan Tante pada Putri. Tapi aku berpikir enggak ada gunanya lama-lama marah sama Tante!"Sarah yang merasa sangat senang langsung memeluk Indra yang tengah memakai dasinya."Makasih sayang. Aku tahu kamu enggak mungkin bisa lama-lama marah sama aku.""Jangan seneng dulu, Tant. Aku ngelakuin ini agar Tante bersikap baik pada Putri. Kalau aku denger Tante melukai Putri sedikit saja, aku takan segan-segan meninggalkan Tante."Bukan tak marah dan kecewa saat Indra mengancam Sarah
Pov Author"Kamu sendiri ngapain kesini, Wa. Restoran ini cukup jauh dari perusahaan kamu. Tapi kamu bisa ada disini?" tanya Indra kemudian."Tadi janji ketemuan sama klien di area sini. Pas lewat restoran ini pengin mampir!" jawab santai Dewa."Bisa kebetulan banget, ya. Kamu bukan sengaja ngikutin aku dan Indra kesini, kan?"Sarah mulai berbicara sembarangan. Indra memegang kepalanya, frustasi dengan sikap gegabah Sarah. Pertanyaan Sarah justru bisa membuat Dewa curiga tentang hubungan keduanya."Mengikuti kalian? Apa untungnya?" Dewa terkekeh geli."Ya bisa saja kan Papah kamu yang--""Tant, cukup. Enggak usah mulai lagi nuduh-nuduh orang sembarangan, dech!" kesal Indra. Indra menjadi tak enak dengan Dewa karena tuduhan Sarah. Beberapa saat kemudian seorang pramusaji datang membawa beberapa bungkus makanan pesanan Dewa."Tante Sarah. Aku ke restoran ini karena beli makanan untuk temen-temen aku yang tinggal di area sini. Dulu kami sering nongkrong bareng disini pas SMA. Mumpung dis