Share

Rahasia Malam Itu

Author: Mommykai22
last update Huling Na-update: 2025-06-14 12:14:34

"Aku tidak melihat alasan untuk menolaknya, Laura." 

Jawaban Darren seketika membuat suasana hening. Semua mata tertuju padanya dengan tidak percaya, termasuk Laura yang membelalak lebar. 

Laura pikir Darren ada di pihaknya. Ia pikir Darren bukan hanya akan menolak, bahkan menertawakan isi wasiat itu, tapi mengapa pria itu malah menerimanya?

"Ini gila!" Wanda meradang. "Anda tidak mungkin menerimanya begitu saja, Pak Darren! Dan juga, pasti ada kesalahan di sini, Pak Pengacara! Tidak mungkin Laura harus dinikahi Pak Darren!"

"Benar!" sahut Darwis, kakak Yusak. "Laura baru saja menjadi janda, tidak mungkin dia menikah lagi! Selain itu, Laura juga adalah tanggung jawab kami sebagai keluarga suaminya!" 

Wanda yang mendengarnya kembali membelalak tidak terima. "Siapa yang mau bertanggung jawab atas dia, jangan gila kau, Darwis! Tapi tidak diberikan pada Pak Darren juga! Laura lebih pantas menjadi pelayannya daripada menjadi istrinya!" cecar Wanda lagi. 

Seketika suasana riuh. Wanda dan Darwis berdebat tidak setuju Laura diberikan pada Darren, begitu juga dengan Laura sendiri yang tidak mau menikah dengan pria itu. 

Namun, Darren tetap pada keputusannya. 

"Aku yang memutuskan pantas atau tidak untukku, Bu Wanda! Aku menghormati wasiat Yusak dan aku siap untuk menikahi Laura," tegas Darren yang membuat Laura lemas seketika. 

*

Rasanya masih seperti mimpi buruk saat akhirnya Laura resmi menjadi istri Darren hanya selang dua hari sejak suaminya meninggal. 

Sungguh gila dan tidak bermoral. Entah pernikahan ini sah atau tidak.

Laura yang sudah diusir oleh Wanda pun akhirnya dibawa tinggal di rumah pria itu. Rumah besar itu berdiri megah di kawasan elit, tapi Laura merasa kecil dan kesepian di dalamnya. 

Air mata Laura mengalir. Ia duduk di sudut ranjang, memeluk tubuhnya sambil menatap langit-langit, seolah ia sedang berbicara dengan suaminya di sana. 

"Yusak ... apa ini yang kau inginkan?" bisiknya lirih. "Mengapa kau harus memberikan aku pada pria lain dan mengapa harus dia?" 

Selama dua tahun menjadi istri Yusak, Laura bisa menghitung berapa kali Darren mengajaknya bicara. Pria itu terlalu misterius dan sering menatapnya dengan tatapan aneh. 

Ada yang bilang pria itu kejam. Ada yang bilang ia sudah punya anak di luar nikah, tapi ada juga yang bilang ia tidak suka wanita. 

Bagian tidak suka wanita, Laura tahu itu tidak benar. Darren menyukai wanita, bahkan sudah terbiasa menyentuh wanita dengan luwes. Ia masih merinding dengan kenyataan bahwa pria itu sudah menjadi suaminya. 

Darren tetap tidak banyak bicara begitu mereka tiba di rumah ini kemarin. Pria itu hanya berkata, "Ini kamarmu! Kita tidak akan tidur sekamar."

"Syukurlah! Aku juga tidak mau tidur sekamar denganmu," jawab Laura, melupakan semua panggilan formalnya. 

Hanya itu. Tidak ada pertanyaan apakah ia baik-baik saja atau pembahasan apa pun. 

Rasanya dingin. Terlalu dingin.

Jika ini balasan dari setia dan sabarnya selama ini, mengapa begitu menyakitkan?

Ia bahkan belum sempat berkabung dengan benar, tapi dunia terlalu cepat memaksanya berpindah peran.

Laura masih begitu hanyut dalam pikirannya saat ketukan pelan terdengar di pintu. Laura menoleh dan ia melihat Darren yang masuk tanpa menunggu ijin. 

Laura menahan napasnya sejenak. Aura pria itu seolah menyerap semua energi Laura. Setiap langkahnya mendekat membuat debar jantung Laura menghentak kencang. 

"Keluar dan makanlah! Kau sudah terlalu lama mengurung diri di kamar." Suara itu berseru datar. 

Laura terdiam dan hanya menatap wajah dingin itu, sebelum ia malah balik bertanya. 

"Mengapa kau menikahiku?" tanya Laura putus asa. "Kau bisa saja menolak wasiat itu, tapi mengapa kau harus menerimanya? Berikan alasan agar aku juga bisa menerimanya!" Laura sedikit emosional. 

Darren tidak langsung menjawab. Ia berjalan mendekat dan menunduk menyejajarkan posisinya dengan Laura. Sorot matanya tidak bisa ditebak, dingin, tapi tidak kejam. Lembut, tapi membuat merinding.

"Aku sudah bilang aku menghormati wasiat Yusak kan?" 

Laura mengeraskan rahangnya, menatap Darren tanpa rasa takut. 

"Pasti ada alasan lain kan? Tidak mungkin semudah itu kau menerima wasiat gila ini!" geram Laura dengan suara sedikit bergetar. "Kita bahkan tidak terlalu saling mengenal sebelumnya, sampai malam itu ...." 

"Aku mengenalmu, itu sudah cukup!" Darren menyela dengan suara tenang.

Laura menggeleng tidak terima. "Tidak cukup! Ini bukan menyangkut dirimu saja, Darren! Ini menyangkut aku, hidupku, masa depanku ...." 

"Aku tidak suka keputusan yang sudah kubuat dipertanyakan lagi, Laura!" sela Darren lagi. 

Nada suaranya datar, tapi menusuk. Seolah keputusan itu bukan sesuatu yang bisa dibahas atau diubah lagi, seolah perasaan Laura juga tidak penting di sana. 

"Kau lelah! Lebih baik kau makan dulu lalu istirahat dan jangan banyak berpikir!" imbuh Darren sambil menegakkan tubuhnya dan menatap Laura sedikit lebih lama. 

Dengan tetap tenang, Darren berbalik dan melangkah pergi ke arah pintu. Baru saja ia memegang gagang pintu saat suara Laura kembali terdengar. 

"Apa kau menikahiku karena apa yang terjadi di antara kita malam itu?" 

**

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Kenzi Kenzo
penasaran, semga bgus ...️...
goodnovel comment avatar
Wiwi Yuningsih
ada sesuatu kah
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Hasrat Liar Suami Wasiatku   Bersama Orang Jahat

    "Ya Tuhan! Laura! Laura!" Jantung Bik Erna sudah memacu tidak karuan. Ia mencemaskan Cia, tapi entah mengapa ia juga sangat mencemaskan Laura yang pergi bersama Darwis. Dengan gemetar, Bik Erna pun akhirnya menelepon Darren dan Darren langsung mengangkatnya. "Pak Darren, syukurlah Anda mengangkat teleponnya," seru Bik Erna penuh kelegaan. "Ada apa, Bik? Laura mana? Kau sudah tiba di taman kan?" "Aku di taman, Pak. Tapi ...." Jantung Darren memacu tidak karuan. "Ada apa? Katakan ada apa kau begitu panik, hah?" "Cia ... Cia dibawa Bu Winny dan Laura ... Laura sedang mengejarnya." Kedua mata Darren membelalak dan jantungnya berdebar makin tidak karuan. "Apa? Cia dibawa Winny dan ... Laura mengejarnya bagaimana? Katakan yang jelas, Bik! Aku sedang dalam perjalanan pulang sekarang!" "Laura menyusul mereka bersama Pak Darwis! Mendadak mobil Pak Darwis muncul dan Laura pergi bersamanya. Aku takut sekali, Pak!" Suara Bik Erna sangat cemas dengan air mata yang sudah mengalir deras.

  • Hasrat Liar Suami Wasiatku   Eksekusi yang Sempurna

    "Aku masih tidak bisa menghubungi Laura, Oscar. Aku akan pulang duluan, sedangkan kau serahkan video ini ke pengacara untuk segera diproses." "Aku tahu, Darren. Tapi apa yang akan kita lakukan pada Darwis sekarang? Aku sudah menelepon kantor, tapi Darwis tidak masuk kerja hari ini." "Sial! Akhir-akhir ini dia sering tidak masuk kerja. Dia sudah membuatku sangat emosi. Kalau dia masuk, langsung tangkap dia saja! Tahan dia dan biarkan dia menjelaskan semua di kantor polisi." "Aku tahu!" Darren dan Oscar baru saja melangkah saat ponsel Oscar berbunyi dan ia pun mengangkat telepon dari Marlin itu. "Marlin, ada apa meneleponku?" "Maaf menganggu, Pak Oscar. Tapi karena Anda tidak kunjung datang ke kantor, aku tidak bisa menunggu lagi. Aku sudah mengamankan Jay, aku mendengarnya menelepon dengan Pak Darwis tentang penggelapan uang perusahaan yang sedang Anda selidiki itu." Oscar membelalak lebar. "Jay? Jadi Jay juga bekerja sama dengan Darwis?" "Dan ada beberapa orang lagi, Pak." "A

  • Hasrat Liar Suami Wasiatku   Melihat Mamanya Lagi

    "Kau di mana Darwis? Ada berita gawat. Sepertinya kecuranganmu di kantor sudah ketahuan."Jay, seorang teman kepercayaan menelepon Darwis pagi itu dan memberitahu apa yang ia dengar di kantor. Darwis pun mengepalkan tangannya geram. "Apa maksudmu, Jay?" "Laporan keuangan sedang dibedah langsung oleh Pak Darren. Perasaanku sangat buruk tentang ini. Mereka juga mencari info dari beberapa karyawan finance. Bahkan mereka membongkar laporan keuangan sampai tahun lalu." "Sial! Bagaimana itu bisa terjadi, hah?" "Aku tidak tahu, tapi kau harus antisipasi. Aku yakin mereka sedang mencari bukti untuk membawamu ke polisi, Darwis." Darwis kembali menggeram. "Kau bersamaku kan, Jay?" Jay mengembuskan napas panjangnya. "Aku tidak bisa membantu lebih, aku hanya bisa memberitahumu saja." "Aku tahu. Aku akan menransfer bagianmu nanti, tapi tetaplah tutup mulut!" "Aku akan melakukannya, tapi berjanjilah untuk tidak membawa namaku, Darwis." Darwis tersenyum sinis. Tentu saja ia bukan orang seba

  • Hasrat Liar Suami Wasiatku   Kebenaran yang Tersembunyi

    "Apa ini, Oscar? Pesan dari siapa? Pelayan hotel? Apa yang mau dia katakan tentang Yusak?"Darren langsung mengernyit membaca pesan aneh itu. "Aku tidak tahu, Darren! Tapi jantungku mendadak berdebar kencang. Aku akan meneleponnya." Oscar pun buru-buru menelepon nomor Didik dan Ody langsung heboh melihat nama Oscar di sana. "Dia menelepon, Dik! Dia menelepon!" "Siapa?" "Pak Oscar!" "Cepat angkat! Biarkan aku bicara dengannya!" Ody mengangkat teleponnya dan Didik pun langsung bicara dengan Oscar. Pengeras suara sengaja diaktifkan oleh Oscar dan Darren juga merekam pembicaraan itu untuk antisipasi apa pun. "Halo, dengan siapa ini?" tanya Oscar begitu suara seorang pria terdengar di seberang sana. "Pak Oscar, akhirnya Anda meneleponku, aku sudah berkali-kali menelepon Anda." "Ya, cepat katakan ada apa karena aku tidak punya banyak waktu." "Aku tahu Anda adalah orang sibuk, Pak. Tapi aku benar-benar harus bicara dengan Anda. Aku ... aku Didik, aku adalah pelayan di hotel tempat

  • Hasrat Liar Suami Wasiatku   Pesan Aneh di Ponselnya

    "Kau tidak apa, Pak?" "Kau tidak apa? Lihat mereka! Lihat mereka!" Didik dan Ody masih kesakitan di aspal setelah tubuh keduanya menghantam keras ke sana. Jalanan tidak ramai sampai Didik bisa mencuri lihat mobil apa yang menabraknya. Didik menahan napasnya sejenak di antara rusuknya yang mungkin patah. Tapi ia bersumpah melihat wajah Darwis di sana sedang menyetir sambil menoleh ke arahnya. "Akhh!" rintih Didik. "Kau tidak apa, Pak? Bawa mereka ke rumah sakit!" Suara orang-orang di sekitar terdengar lagi. Ia tidak mendengar suara lagi karena tidak lama kemudian, ia kehilangan kesadaran. Ia baru sadar saat ia sudah berada di rumah sakit dengan Ody yang duduk di sampingnya dengan kepala diperban. "Dik, kau sudah sadar? Bagaimana rasanya? Mana yang sakit? Kau masih mengenaliku kan?" tanya Ody cemas. Didik menelan saliva. Ia masih linglung sejenak, tapi wajah Darwis terukir nyata di otaknya. "Orang itu ... orang itu yang menabrak kita. Orang itu ... kakaknya Pak Yusak itu," lir

  • Hasrat Liar Suami Wasiatku   Kecelakaan Tengah Malam

    "Kau serius, Dik? Pria itu? Dia bilang dia kan kakaknya Pak Yusak! Jangan becanda!" Ody sudah naik sepeda motor bersama Didik pergi dari Luxterra, tapi mereka tetap mengobrol di sepeda motor. "Aku yakin, sudah kubilang aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kan? Aku sudah mengamati dia sejak dia memasukkan sesuatu ke dalam gelas minuman yang entah milik siapa. Kacamatanya itu membuat dia mudah sekali dikenali." "Aku terus mencuri pandang padanya karena dia terlihat mencurigakan. Dia tidak melihatku, tapi aku melihatnya. Dia bertengkar hebat dengan Pak Yusak, lalu mereka masuk ke kamar dan Pak Yusak ditemukan meninggal. Aku terus merasa tidak tenang sejak itu," imbuh Didik yang merupakan pelayan di hotel tempat pesta Luxterra diadakan waktu itu. Didik sudah menahan dirinya cukup lama, ia bahkan begitu niat meminta rekaman CCTV di koridor dan tempat pesta. Cukup lama ia baru berhasil mendapatkannya, sebelum akhirnya ia berani datang ke Luxterra. Tujuannya adalah mencari Darren, pi

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status