Share

Sudah Basah

Author: Mommykai22
last update Last Updated: 2025-06-14 13:02:41

Semua orang tersentak kaget dan langsung menoleh ke arah pintu, begitu juga dengan Laura. 

Entah Laura harus lega atau malah takut melihat pria itu di sana. 

Darren, suaminya ada di sana dengan tatapan tajam dan aura dinginnya. 

"Siapa kau? Berani sekali mendobrak pintu dan menganggu kesenanganku!" geram Pak Bono yang langsung memberi kode anak buahnya untuk maju. 

Tanpa menjawab, Darren melangkah cepat. Dua anak buah Pak Bono maju menyerang, namun dalam hitungan detik, tubuh mereka terpelanting ke sisi ruangan. 

Tatapan Darren beralih pada Pak Bono dan langsung menyerangnya.

"Berani sekali kau menyentuhnya!" 

Buk!

Tinju Darren menghantam rahang Pak Bono. Pria gempal itu jatuh terhempas dan tidak mampu berdiri lagi.

Dengan cepat, Darren pun menarik tangan Laura, menyeretnya keluar dari klub itu.

"Apa ini, Darren? Lepaskan aku!" pekik Laura tidak terima. 

Laura sampai berkali-kali tersandung mengikuti langkah pria itu. Tapi Darren tidak melambat dan malah mendorong Laura masuk ke mobil. 

"Apa yang kau lakukan di sana? Kau kabur dari rumahku untuk bekerja seperti ini? Dengan pakaian seperti ini? Apa kau sedang jual diri, hah?" 

"Tutup mulutmu, Darren! Kalau kau tidak tahu apa pun, lebih baik tidak usah bicara!" 

"Aku memang tidak tahu! Tapi kalau aku tidak muncul, mungkin kau sudah menjadi santapan pria gempal itu!" 

"Aku tidak meminta diselamatkan kan?" 

"Oh, jadi kau lebih suka melayani pria gendut itu?" 

Laura menggeram. Tentu saja ia tidak mau melayani siapa pun, tapi ia tidak terima kalah dari Darren, pembunuh suaminya itu. 

"Kalau iya, kenapa? Pria gendut itu lebih baik daripada pembunuh sepertimu!" 

Darren mengatupkan rahang dan ia dibakar amarahnya. 

"Kau benar-benar harus dihukum agar kau sadar siapa pemilikmu sekarang, Laura!"

Darren melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga akhirnya mereka tiba di rumah. 

Jantung Laura pun berdebar kencang saat Darren mendadak membuka pintunya dan menarik Laura keluar, membopongnya layaknya karung beras. 

"Turunkan aku, Brengsek! Turunkan aku!" 

Bik Erna sendiri sudah menunggu gelisah di rumah dan ia langsung menyambut begitu mendengar suara mobil Darren datang. 

"Pak Darren ...." 

"Minggir, Bik! Ini urusanku!" 

Dengan langkah mantap, Darren naik ke kamar. Tubuh Laura pun dibanting ringan ke ranjang sampai tubuhnya memantul, rambutnya kusut, dan napasnya memburu. 

"Apa ini? Menyingkir dariku, Darren!" 

Laura mencoba mendorong tubuh Darren, tapi pria itu malah menahan kedua tangan Laura dalam satu genggaman, menekannya di atas kepalanya. 

"Aku sudah bilang kau akan dihukum kan? Pertama karena kau sudah kabur dariku dan yang kedua karena kau lebih suka melayani pria gendut itu! Kita lihat apa setelah ini kau masih memilih pria gendut itu?" 

"Apa maksudmu? Kau tidak bisa menyentuhku seenaknya! Aku bukan barang yang bisa dioper dari Yusak padamu lalu dengan suka rela melayanimu di ranjang!" 

"Kau istriku, Laura! Dan aku akan memastikan kau sadar itu!" 

Darren menunduk, membenamkan wajahnya ke leher Laura, mengabaikan penolakan wanita itu. Darren menyesap aroma lembut wanita itu yang begitu cepat membangkitkan gairahnya. 

Laura terus memberontak, walaupun sentuhan bibir pria itu di lehernya membuat tubuhnya meremang. 

Bahkan, saat ia mati-matian menolak, tubuhnya masih meremang karena sentuhan Darren. Aroma parfum Darren yang begitu maskulin mengingatkannya pada malam panas mereka.

Tanpa bisa dicegah, hasrat wanitanya bangkit. Tubuhnya berkhianat, tapi hatinya dan kewarasannya tidak. 

"Lepas, Darren! Lepas!" 

Tangan Darren yang bebas menyusuri pinggang Laura, naik-turun dengan perlahan tapi menuntut. Ia menahan kaki Laura dengan tubuhnya. 

Darren mengangkat kepalanya dan tatapannya beradu dengan tatapan berapi-api milik Laura. 

"Sampai mati pun aku tidak sudi melayanimu!" geram Laura dengan napasnya yang tersengal, mengabaikan betapa tampan wajah di hadapannya. 

Napas Darren sendiri juga tersengal, hasratnya sudah bangkit hanya dengan menatap istri liarnya itu. Banyaknya tekanan yang ia rasakan beberapa hari itu juga membuatnya benar-benar membutuhkan pelampiasan. 

"Katakan, Laura! Dua tahun menikah dengan Yusak, tapi kau masih perawan. Bagaimana bisa?" 

Laura menahan napasnya sejenak. "Urusan rumah tanggaku sama sekali bukan urusanmu, Darren!" 

"Sekarang menjadi urusanku. Karena hanya aku satu-satunya yang pernah menyentuhmu dan tidak akan ada pria lain lagi," bisik Darren, sebelum kembali menyiksa Laura dengan sentuhannya. 

Tangan Darren menyusuri pinggul Laura. Turun dan menyusup ke dalam gaun mini istrinya, berusaha menemukan kelembutan di antara kedua kaki jenjang itu. 

"Ah ... apa yang kau lakukan, Darren?"

Laura mengejang, kakinya ingin menendang, tapi tidak bisa. 

"Kau sudah basah, Laura ...."

"Singkirkan tanganmu, Darren! Aku tidak sudi disentuh olehmu!"  

"Biar tubuhmu yang bicara ...."

**

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Wiwi Yuningsih
udah sih nurut aja, lagian qm belum denger penjelasan daren udah nuduh dia pembunuh
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Hasrat Liar Suami Wasiatku   Hasrat Liar Suami Wasiatku (END)

    Takdir tidak selalu datang dalam bentuk yang diharapkan. Kadang ia menyamar sebagai ujian, kehilangan, atau air mata. Namun, Tuhan tidak pernah salah menulis kisah. Ia hanya menunda bahagia, sampai hati kita cukup kuat untuk benar-benar menerima dan bersyukur atas setiap momennya. Seperti kisah hidup Laura. Begitu banyak hal yang sudah ia lalui sejak awal. Ditinggalkan ibunya, tidak diinginkan keluarganya, diperlakukan tidak baik oleh suaminya, diwariskan, mendapati pria yang menjadi suami barunya punya banyak rahasia yang terus menyiksa batinnya. Semuanya sakit sampai Laura ingin melarikan diri dari semuanya. Tapi Tuhan tidak pernah ingkar janji. Tuhan selalu menjanjikan pelangi setelah hujan badai, begitu juga dengan akhir kisah Laura. Laura belajar bahwa kebahagiaan tidak datang dari hidup yang sempurna, melainkan dari hati yang memilih untuk tetap sabar di tengah ketidaksempurnaan. Dan hadiah untuk kesabaran itu sangat luar biasa. "Selamat satu bulan, Carlo Pratama!" Suara se

  • Hasrat Liar Suami Wasiatku   Kebahagiaan yang Sempurna

    "Welcome Home, Carlo!" Sebuah spanduk dan hiasan-hiasan sudah terpasang penuh di rumah Darren dari pintu masuk sampai ke kamar bayi hari itu. Setelah menginap di rumah sakit selama dua hari, akhirnya Laura dan si kecil Carlo pun diijinkan pulang ke rumah dalam keadaan yang sangat sehat. Semua anggota keluarga pun begitu antusias menyambut anggota baru di keluarga mereka itu. "Selamat datang di rumah, Carlo Sayang!" seru Laura sambil menggendong anaknya itu. "Cia mau lihat! Cia mau!" Cia sudah berloncatan ingin memeluk adiknya. Laura pun membungkuk agar Cia bisa melihat adiknya itu dan Cia pun tertawa begitu cantik melihat bayi tampan di gendongan Laura itu. "Ih, adik Carlo gemas. Cia mau gendong!" "Belum bisa, Sayang. Cia masih belum kuat, tapi Carlo lucu sekali, Darren, Laura!" seru Winda yang ikut gemas melihat Carlo. "Wajahnya mirip dengan Laura," seru Harry juga. "Tapi ada miripnya dengan Darren. Dia benar-benar perpaduan Darren dan Laura, tampan sekali," timpal Winda.

  • Hasrat Liar Suami Wasiatku   Lahirnya Pelengkap Keluarga

    Beberapa bulan berlalu dan waktu melahirkan pun sudah semakin dekat. Saat kandungannya mulai besar, Laura makin aktif, bahkan Laura kembali bekerja di perusahaan, tentunya dengan status yang baru. Semua orang menghormati Laura dan Laura merasakan hari-harinya yang jauh lebih bahagia. Persahabatannya dengan Nada tetap sama, malahan Laura tidak mau dipanggil Bu dan ingin tetap dipanggil nama oleh sahabatnya itu. Bukan hanya Nada, tapi Marlin juga sudah menjadi sahabat Laura juga sekarang. "Aku saja yang membawa ini, Laura. Perutmu sudah terlalu besar, kau tidak boleh mengangkat yang berat-berat. Lalu yang ini, biar aku saja yang mengerjakannya. Ada hal lain yang kau butuhkan? Apa pun yang kau perlu, panggil aku saja ya!" Setiap harinya, Marlin selalu sibuk melayani Laura, padahal pekerjaan wanita itu sendiri sudah begitu sibuk. Sejak Darwis resmi dipecat, akhirnya Marlin diangkat menjadi manager keuangan. Di bawah kepemimpinan Marlin, keuangan menjadi lebih kokoh dan solid. Marlin

  • Hasrat Liar Suami Wasiatku   Kehamilan yang Menyenangkan

    "Aku mau mie ayam dan permen susu madu." "Cia juga mau permen susu madu sama kue strawberry." "Oh, kue strawberry. Mama juga mau. Ayo kita minta Papa pergi membelinya." Cia mengangguk bersemangat dan langsung berteriak memanggil Papanya. "Papa!" Suara anak itu pun begitu ribut di rumah dan membuat rumah Darren semakin berwarna. Cia, anak yang dulunya lebih banyak diam dan hanya berteriak sesekali, sekarang menjadi anak yang luar biasa ceria. Tidak ada orang yang mengekang teriakannya, tidak ada orang yang mengekang tawanya, Cia sangat bahagia. "Papa!" "Iya, Papa datang, Sayang. Ada apa? Papa sedang bersiap ke kantor." "Tapi Mama sama Cia mau banyak makanan, Papa." Cia memasang ekspresi memelasnya. Tidak hanya Cia, karena sekarang Laura pun menatap Darren dengan penuh harap dan Darren selalu tidak tahan melihat tatapan itu. "Ya ampun, apa yang kalian mau, hah? Beritahu Papa!" Darren langsung memeluk sandaran kursi Laura dan Cia yang saat ini duduk berjejer di meja makan. "M

  • Hasrat Liar Suami Wasiatku   Memulai Hidup Baru

    "Sampai jumpa lagi, Cucu Grandma! Kalau Cia merindukan Grandma dan Grandpa, telepon kami!" Setelah semua acara duka Winny berakhir, Harry dan Winda memutuskan untuk kembali ke Amerika dan menetap di sana. Perpisahan di bandara dengan Cia benar-benar membuat mereka menangis. Mereka sudah menyayangi cucu mereka sekarang, tapi mereka tahu bersama Darren dan Laura, Cia akan lebih bahagia. Tidak ada yang tahu siapa ayah Cia yang sesungguhnya karena Winny sering berpesta liar sebelumnya, tapi tidak ada yang berniat mencari tahu tentang itu. Biarlah dunia tahu bahwa Cia adalah anak Darren dan Laura. "Dah, Grandma, Grandpa!" Cia memeluk Harry dan Winda lalu mencium mereka. Tangan kecil itu menangkup pipi Winda dan rasanya hangat sekali. "Sekali lagi maafkan kami atas semuanya dan terima kasih, Darren, Laura." Darren dan Laura ikut mengantar kepulangan Harry dan Winda. "Bolehkah aku juga menelepon Om dan Tante kalau aku rindu?" tanya Laura yang membuat tangisan Winda makin deras. "Te

  • Hasrat Liar Suami Wasiatku   Tidak Ada Perpisahan yang Indah

    Winny tidak bisa meminta lebih. Tuhan sudah memberinya lebih dari sekedar bonus. Ia sudah bahagia sekarang. Melihat bagaimana Darren dan Laura bahagia, membuatnya ikut bahagia. Cia sendiri akhirnya ikut naik ke panggung dan memeluk kedua orang tuanya di sana. Pemandangan yang indah. Winny menghela napas dalam, air matanya terus mengalir, tapi bukan karena sedih."Aku baru saja merasakan bahagia yang sesungguhnya di akhir hidupku, Karina," ucap Winny lirih pada Karina yang selalu setia menemaninya dan mendorong kursi rodanya. "Akhir hidup apa? Jangan bicara begitu, Winny!" "Jangan mencoba menghiburku lagi! Aku sudah menerimanya. Kalian juga harus menerimanya." "Winny ...." "Perpisahan tidak akan terasa menyakitkan kalau yang kita tinggalkan adalah kebahagiaan, Karina." Winny tersenyum dan menggenggam tangan sahabatnya itu. "Carilah sahabat baru yang bisa membawamu ke jalan yang tetap lurus, ke jalan yang lebih baik, jangan seperti saat kau bersamaku." "Tidak akan ada sahabat te

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status