“Tidak, aku yakin tidak salah orang. Aku Van Der Mick, bos dari Atmaja ayahmu.” ungkap Van Der Mick memberitahu Isabel tentang siapa dirinya.
Isabel pun tergagap dan juga terkejut mendengar nama Van Der Mick, orang hebat yang selalu membantu sang ayah dalam setiap kesusahannya. Hingga Isabel bisa tamat kuliah dan mengambil beberapa perguruan tinggi pun berkat bantuan van Der Mick.“T-tuan Besar, jadi kau Tuan Van Der Mick?” tanya Isabel dengan gugup.Van Der Mick pun hanya tersenyum mendengar kegugupan dari Isabel.“Ya Isabel, aku Van Der Mick. Ayahmu menitipkanmu kepadaku untuk dijaga, sebelum dia kecelakaan dia sempat menuliskan pesan kepadaku.” tutur Van Der Mick yang membuat Isabel penasaran dengan isi pesan dari ayahnya kepada tuan besarnya itu.Isabel pun hanya terdiam mendengar perkataan dari Van Der Mick, ia hanya terdiam saat mendengar sang ayah sudah menitipkan dirinya kepada bos dari sang ayah.“Minta anak keras kepala itu untuk masuk!” pinta Van Der Mick kepada Ray.“Baik Tuan,” sahut Ray tanpa banyak berkata apapun.Ray kemudian menuju sisi Barat Mansion dan menjemput seseorang yang diminta oleh Van Der Mick sang tuan besar. Ia berjalan sendirian menyusuri setiap lorong yang ada di Mansion megah dan mewah itu.Terlihat beberapa penjaga sedang menahan dobrakan di pintu dari dalam, seperti sedang menawan seseorang di dalam ruangan itu.“Lepaskan, aku yang akan menanganinya. Tuan besar sudah memintanya untuk datang.” tutur Ray kepada pengawal, dan setelah itu pengawal pun melepaskan kawalan mereka dari pintu yang kuncinya sudah rusak itu.Terlihat seorang laki-laki berbadan kekar dengan peluh yang menetes membasahi dari atas kepala hingga lehernya. Ia tampak emosi dan amarahnya seperti membuncah kala melihat Ray datang.“Beraninya kau memerintahkan mereka untuk mengurungku disini. Apa kau lebih memilih Ayah daripada aku hah!!!” bentak lelaki tadi dengan tangan terkepal penuh darah.“Kau terluka?, mengapa kau harus menyakiti dirimu agar bisa terlepas dan pergi dari sini Tuan muda. Kau hanya perlu menuruti semua keinginan dari Tuan Besar, mengapa begitu sulit.” tutur Ray yang tampak menyepelekan amarah dari tuan mudanya itu.Wajah tuan mudanya itu terlihat merah padam menahan emosi yang sudah bergejolak. tanpa basa basi ia segera berjalan dengan cepat menuju ruangan sang ayah untuk menemui dan bertanya mengapa dirinya dikurung tanpa sebab dan alasan yang jelas.“Tuan Muda tunggu! aku belum selesai bicara!” teriak Ray seraya membuntuti langkah cepat dari tuan mudanya itu.Teriakan dari Ray tidak dihiraukannya, hingga ia sampai di depan ruangan sang ayah dan tanpa mengetuk pintu, dirinya membuka lebar ruangan kerja sang ayah.“Apa maksudmu mengunci dan mengurungku di kamar, apa kau ingin traumaku datang lagi?” tutur tuan muda kepada sang ayah.Van Der Mick yang sedang mengobrol dengan Isabelle pun menoleh dan melihat wajah sang putra yang seperti hendak menelannya.Begitupun dengan Isabelle yang terkejut dengan kedatangan lelaki yang ia kenal, bos besar di kantor yang sering mendikte dan juga memerintah sesuka hati pada para pekerjanya.“T-tuan James” tutur Isabelle terbata. James pun tampak membelalakan matanya melihat Isabelle yang tengah bersama dengan sang ayah.James pun membelalakkan matanya melihat Isabelle sang karyawan rendahan dan sering ia hina. James pun bertanya tanya dalam hatinya apa yang akan dilakukan sang ayah kepada dirinya dan juga Isabelle.“Apa ini ayah, mengapa wanita rendahan ini berada disini?” tanya James dengan wajah sangarnya.Van Der Mick pun menoleh setelah mendengar yang dikatakan oleh sang putra tunggal. Ia terkejut ketika mendengar James menyebut Isabelle wanita murahan.“Siapa yang kau maksud wanita murahan?, apakah Isabelle yang kau maksud?” tanya Van Der Mick seraya mendekat ke arah James.“Ya, Dia! Apakah kau mengenalnya ayah?” tanya James penasaran.“Tentu saja, aku sudah mengenalnya lama. Bahkan dengan keluarganya pun aku sudah mengetahuinya sejak dulu. Aku akan segera melamarnya un-” Belum selesai Van Der Mick berucap, ucapan Van Der Mick terputus oleh teriakan James.“Apa kau sudah gila?, bahkan kau ingin menikahi gadis yang seusia denganku untuk kau jadikan ibu tiriku?” tuduh James dengan nada suara sumbangnya. Suaranya bergetar tatkala mendengar sang ayah akan melamar Isabelle yang usianya hanya selisih dua tahun darinya itu.“Bisakah kau membiarkanku menyelesaikan pembicaraanku?. Kau selalu saja memotong dan membantah apa yang aku katakan dan juga aku perintahkan james.” tutur Van Der Mick kesal.James pun berhenti mengoceh dan membiarkan sang ayah untuk menyelesaikan ucapannya terlebih dahulu.Van Der Mick pun meneruskan ucapannya yang sempat terputus oleh james.“Aku akan melamarnya untukmu dan menjadikannya menanti di keluarga Van Der Mick, James.” ungkap Van Der mick yang membuat James lebih tercengang lagi mendengar penuturan sang ayah.“Apa kau sudah gila?, kau melamarnya untukku setelah kau puas memakainya?” tanya James yang seolah menuduh Isabelle adalah wanita simpanan sang ayah.Saat James tengah fokus menatap nanar sang ayah, tiba-tiba saja sebuah tamparan mendarat di pipi mulus James.“Argh!!!!!” terdengar erangan James yang kesakitan mendapatkan tamparan dari Isabelle.“Jaga mulutmu Tuan, aku memang hanya pegawai rendahan namun aku bukan wanita murahan seperti yang kau tuduhkan barusan!!!” tegas Isabelle kepada Tuan Mudanya itu.Van Der Mick yang melihat james dilawan untuk pertama kalinya pun, merasa takjub akan pendirian dan juga keberanian Isabelle yang berani membela dirinya yang tidak bersalah. Van Der Mick pun tersenyum geli melihat sang putra tunggal yang untuk pertama kalinya mendapatkan tamparan dari seorang wanita.“Beraninya kau!!!.” teriak James murka dan hendak melayangkan tangannya ke wajah Isabelle.“CUKUP!!!” teriak Van Der Mick yang segera menghentikan apa yang akan dilakukan oleh putranya itu.James pun menghentikan ayunan tangannya dan segera menyudahi kekesalannya kepada Isabelle.“Apa kau tidak malu Tuan Mudaku? apa kau sadar sedang mengayunkan tanganmu untuk membalas tamparan seorang wanita?” tanya Van Der Mick yang akhirnya berhasil membuat James menghempaskan tangannya.James pun hanya bisa merasa kesal, apalagi dengan sikap sang ayah yang menghentikan dirinya untuk membalas perlakuan kurang ajar dari Isabelle.“Tuan Besar, aku mohon jangan jodohkan aku dengan pria arogan seperti dia. Aku tidak akan sanggup menghadapi perlakuannya setiap hari padaku” tutur Isabel dengan isakan tangisannya yang terengar begitu pilu.“Aku pun tidak akan sudi menikah denganmu Isabelle, kau hanya wanita rendahan, wanita munafik dan juga tidak tahu malu.” caci James pada gadis cantik yang tengah menangis tersedu itu.Van Der Mick yang mendengar cacian dari James untuk Isabelle pun, hanya bisa menggelengkan kepalanya karena James terdengar begitu jahat kepada Isabelle.Setelah perdebatan antara Isabelle dan juga James, ia segera mengambil keputusan untuk keduanya.“Berhenti berdebat! keputusanku sudah bulat. Kalian berdua akan segera aku nikahkan, jadi berusahalah untuk memahami satu sama lain.” tutur Van Der Mick seraya pergi dari sana meninggalkan keduanya.Isabelle pun tampak kecewa dengan keputusan dari tuan besarnya itu. Ia sudah memikirkan semua hal buruk yang akan terjadi kepadanya setelah pernikahan itu terjadi.Sementara James terus saja mengepalkan tangannya seolah dendam dalam hatinya semakin menumpuk dan menggunung. Ia tampak menyeringai licik seraya melirik ke arah Isabelle yang masih betah dengan tangisannya.“Diam bodoh, tangisanmu hanya membuatku semakin muak. Jangan seolah menolakku namun sebenarnya kau menginginkanku.” ungkap James menghampiri Isabelle.James mencengkram dagu Isabelle begitu kuat, hingga Isabelle memekik kesakitan.]“Lepas Tuan, tanganmu melukaiku.” pinta Isabelle kepada James.Bukannya melepaskan, justru James sem
Isabelle pun terpaksa membuka matanya dengan perlahan, ia menyangka jika James akan mencium bibirnya sebab itu ia memejamkan matanya.“Apa kau sebelumnya sudah mengetahui jika Ayahku akan menjodohkan kita berdua?” tanya James pada Isabelle yang sudah berhasil membuka lebar matanya.“T-tidak Tuan, Ray menjemputku dari rumah sakit dan tiba-tiba membawaku kesini. Lalu Tuan Besar mengabari jika aku akan dijodohkan, dan ternyata itu adalah kau Tuan.” tutur Isabelle dengan menundukkan kepalanya. Ia tidak tahan melihat aura James yang begitu sangat dingin.James pun berjalan menjauh dari Isabelle, ia melihat ke arah jendela kamar dan menatap langit yang sudah menggelap. Tampaknya James sedikit terkejut dengan pernyataan yang Isabelle katakan. James ingin mempercayai apa yang isabelle katakan, namun ia juga enggan untuk percaya karena meyakini bahwa Isabelle adalah orang bayaran ayahnya yang sengaja disewa untuk memantau dirinya.“Kau, apakah sebelumnya pernah bertemu dengan Ayahku?” tanya Ja
Sesuai yang dikatakan oleh Isabelle pada James, ia menemui Van der Mick dan mendiskusikan tentang perjodohannya dengan James.*Ayah, mengapa takdir seolah mempermainkanku. Aku dan James sudah lama berakhir, mengapa kini aku harus memulai kembali dengannya* batin Isabelle seraya melangkah dengan tangisan di matanya.Maid yang mengikuti tampak bingung sebab gaun yang Isabelle kenakan tampak koyak dan berlumuran darah. Maid mengikuti Isabelle melangkah, namun tiba-tiba Isabelle menghentikan langkahnya.“Tunjukkan dimana ruangan tuan Van, ada yang ingin aku bicarakan dengannya.” pinta Isabelle kepada maid yang membuntutinya.“M-maaf Nona Muda, tapi Tuan Besar untuk saat ini tidak bisa diganggu.” ucap maid dengan gugup.Isabelle pun tampak kesal mendengar jawaban dari maid, namun ia tidak ingin melewatkan sedetikpun kesempatan. Isabelle mengambil vas bunga dan memecahkannya, ia mengambil serpihan pecahan vas dan menaruhnya di atas urat nadi tangannya.“Tunjukkan ruangan Tuan Van, atau aku
Pernikahan sang putra tunggal pun akhirnya terlaksana secara megah dan mewah. Semua kolega bisnis Van Der Mick datang untuk mengucapkan selamat, termasuk pesaing bisnis dari Van Der Mick yaitu Marvel De Roa. Anaknya Marvin pun ikut serta dalam acara tersebut memberikan selamat kepada Van Der Mick.“Tuan, akhirnya putramu menikah dengan gadis pujaannya.” tutur Marvin.“Ah ya, terimakasih Marvin. Aku pun sangat tidak menyangka jika putraku selama ini memiliki kekasih impiannya dan mau menikahinya.” ucap Van Der Mick dengan wajah datarnya.Marvel pun mendekat ke arah Van Der Mick dan juga Marvin yang tengah mengobrol.“Bagaimana perkembangan proyek tender yang kau menangkan tempo hari, apakah memberikan hasil yang melimpah?” tanya Marvel dengan sinis.Namun seketika Marvin menghentikan aksi sang ayah yang sepertinya bisa memicu emosi dari Van Der Mick.“Sudahlah Ayah, berhenti membicarakan tentang bisnis. Saat ini kita harus berbahagia atas pernikahan dari James dan juga Isabelle.” tutur
“Pergi dari sini, atau aku akan menghabisi nyawaku saat ini juga.” ancam Isabelle dengan memecahkan gelas berisi air ke nakas dan menaruhnya di atas urat nadi tangannya.“Tidak, jangan lakukan itu isabelle, hentikan aku mohon.” ucap James dengan sedikit memberi jarak dari Isabelle.Bukannya mendengarkan perkataan James, justru Isabelle semakin menempelkan pecahan kaca itu diatas nadinya. Terpaksa James merebut pecahan gelas dari tangan Isabelle dan alhasil melukai telapak tangannya.“Apa yang kau lakukan, kau pikir aku akan tersentuh dengan pengorbanan darah ditanganmu?. Sebanyak apapun darah yang kau tumpahkan, tidak akan pernah sebanding dengan darah keperawananku yang sudah kau renggut secara paksa James Van Der Mick.” ucap Isabelle.James yang mendengar hal tersebut pun tampak terkejut, sebab James tahu jika Isabelle sudah memanggil namanya dengan lengkap, tandanya amarah Isabelle sudah berada di puncak.“Aku mengerti Belle, dan Aku pun sadar jika aku bersalah padamu. Aku mohon ja
Melihat istrinya yang duduk dan tampak khawatir, membuat senyum mengembang di bibir James.“Jangan melihatku seperti itu, jangan kau pikir kau sedang terluka lalu hatiku akan melunak. Jangan terlalu berharap James, itu hanya angan angan mu saja.” tutur Isabelle lagi seraya membetulkan perban di tangan James.Selesai merawat suaminya, Isabelle segera kembali menuju kamarnya dan beristirahat. Namun James tampak menahan Isabelle dan memintanya untuk tinggal disana.“Apa kau tidak ingin menemaniku hingga aku pulih Belle?.” tanya james dengan wajah yang sedikit memelas kepada wanita yang masih bertahta di hatinya.“Untuk apa?, melihatmu sebentar saja aku sudah muak.” ucap Isabelle lalu pergi dari kamar James. James pun hanya bisa terdiam seraya melihat punggung isabelle yang sudah menghilang ditelan pintu.Ia tampak meratapi apa yang sudah terjadi, menyesal pun sepertinya sudah tidak ada gunanya lagi. James akan berfokus untuk mendapatkan maaf dari Isabelle, dan memperbaiki rumah tanggany
Suara tembakan yang semula tidak terdengar pun, kini berdesing saling bersahutan satu sama lainnya.James mengamankan Isabelle dalam pelukannya hingga berhasil masuk ke dalam mobil. Sedangkan Marvin tampak membantu Ray menghabisi kawanan penyerang James dan juga Isabelle.Sesampainya di dalam mobil, James segera mengemudi walaupun dalam keadaan dirinya yang masih belum sepenuhnya pulih.Isabelle pun tampak terdiam setelah kejadian tersebut, ia tampak shock karena nyawanya tadi sudah berada diujung tanduk.Beberapa pengawal mengikuti mobil James untuk berjaga jika ada penyerangan dadakan lagi.James yang melihat Isabelle hanya terdiam pun, hanya bisa ikut hening. James ingin meluapkan emosinya, namun sepertinya itu bukan hal yang bagus saat melihat istrinya yang sedang terguncang.Sementara itu, Ray masih berjibaku dengan para penyerang James. Untung saja Marvin berhasil mengejar dan mengamankan salah satu dari anggota penyerang tadi.“Kau, beraninya ingin melukai temanku!,” teriak Mar
Lima tahun kemudian, Isabelle berhasil melanjutkan hidupnya dan melahirkan seorang putra yang sangat tampan. Anak dari James itu tumbuh menjadi anak yang sangat lucu dan juga menggemaskan.“Sayang, tunggu dengan Nani ya. Mami ada pekerjaan yang harus diselesaikan,” ucap Isabelle pada sang putra.Namun tampaknya sang putra sedang tidak ingin ditinggalkan olehnya pagi itu.“Tidak, aku tidak ingin bersama Nani, aku ingin bersama Mami,” ucapnya dengan lantang.Memang kehidupan Isabelle sebelumnya tidak terlalu mapan seperti sekarang. Setiap hari Isabelle harus membawa sang putra yang masih kecil ke perusahaan, dan bekerja dengan mengasuh anaknya.“Tapi Nak, Mami ada rapat penting. Nani akan menjagamu dengan baik di rumah, mengerti,” ucap Isabelle dengan penuh kelembutan agar sang putra mengerti dan juga paham.“Tidak, aku tidak mau Mami. Jika kau meninggalkan ku dengan Nani, maka aku akan marah padamu,” ucap sang putra dengan menyilangkan kedua tangannya di dada.Tanpa mau menghiraukan sa