Share

RENCANA LICIK JAMES

Setelah perdebatan antara Isabelle dan juga James, ia segera mengambil keputusan untuk keduanya.

“Berhenti berdebat! keputusanku sudah bulat. Kalian berdua akan segera aku nikahkan, jadi berusahalah untuk memahami satu sama lain.” tutur Van Der Mick seraya pergi dari sana meninggalkan keduanya.

Isabelle pun tampak kecewa dengan keputusan dari tuan besarnya itu. Ia sudah memikirkan semua hal buruk yang akan terjadi kepadanya setelah pernikahan itu terjadi.

Sementara James terus saja mengepalkan tangannya seolah dendam dalam hatinya semakin menumpuk dan menggunung. Ia tampak menyeringai licik seraya melirik ke arah Isabelle yang masih betah dengan tangisannya.

“Diam bodoh, tangisanmu hanya membuatku semakin muak. Jangan seolah menolakku namun sebenarnya kau menginginkanku.” ungkap James menghampiri Isabelle.

James mencengkram dagu Isabelle begitu kuat, hingga Isabelle memekik kesakitan.]

“Lepas Tuan, tanganmu melukaiku.” pinta Isabelle kepada James.

Bukannya melepaskan, justru James semakin tertantang untuk menyakiti Isabelle.

“Kau, kau menginginkan aku untuk melepaskan cengkraman ini?” tanya James dengan seringai liciknya. James tampak senang melihat Isabelle meringis kesakitan.

Isabelle hanya terdiam melihat tatapan sinis dan juga licik dari James.

“Jangan harap aku akan berbelas kasih padamu Isabelle, kau hanya pegawai rendahan dan tidak lebih dari seorang pelacur!” hina James dengan teganya kepada gadis yatim piatu di hadapannya itu.

Tangisan Isabelle kembali pecah ketika mendengar hal tersebut, baru kali ini Isabelle dihina hingga sedemikian rupa.

*Ayah, mengapa ayah harus bekerja pada Tuan besar. Ini menjadi malapetaka untukku Ayah, dia menjodohkanku dengan anaknya yang kejam* batin Isabelle. Dengan kuat, James mendorong wajah Isabelle hingga tubuhnya terjengkang ke belakang.

“Jika sampai pernikahan ini terjadi, maka kau akan menjadi budakku seumur hidupmu Isabelle!” ancam James dengan pergi berlalu meninggalkan Isabelle yang masih terduduk di sofa dengan wajah yang memerah akibat cengkraman tangan James.

James pergi menuju Mansion Utara dan mengunci dirinya di kamar. Ia tampak kehabisan akal untuk menolak perjodohan dari sang ayah. Pasalnya, Van Der Mick tidak pernah meminta apapun dari James, Van Der Mick pun tidak pernah menuntut hal aneh dari James. Apa yang ayahnya minta akan selalu James turuti karena keinginan sang ayah sama dengan keinginannya. Namun kali ini keinginan sang ayah berbeda dengan keinginan dirinya dan karena itu James menolak keras perjodohan tersebut.

James tampak meluluhlantakkan kamarnya dan menyapu habis semua barang yang ada. Ia sangat tidak bisa mengerti dengan keinginan sang ayah yang malah ingin menjodohkannya dengan gadis miskin dan juga rendahan seperti Isabelle.

“Sial, mengapa Ayah begitu bersikukuh untuk menjodohkanku dengannya. Apa yang istimewa dari dirinya, apa jangan-jangan dia sudah menggoda dan merayu ayah untuk perjodohan ini?” pikir James dengan menopang dagunya.

Di meja kerjanya, James membuka beberapa file dan mengakses data diri dari Isabel yang dikirim oleh asistennya.

“Isabelle Racelia, anak tunggal dari keluarga biasa.” ucap James saat melihat data diri dari Isabelle di komputer miliknya.

James tampak penasaran ketika melihat Isabelle adalah lulusan dari salah satu universitas ternama, ia segera memeriksa universitas tersebut dan memastikan jika itu adalah benar.

Sementara itu, Ray memanggil maid untuk membantu isabelle membersihkan diri dan beristirahat di Mansion.

“Mari Nona Muda, aku akan tunjukkan ruangan untukmu beristirahat.” tutur maid seraya meraih tubuh isabelle yang masih membeku disana.

“Tidak perlu, aku tidak akan menginap disini. Katakan pada Tuan Besar jika Aku pergi.” ucap Isabelle seraya mengusap sisa air matanya. Ia bergegeas pergi dari sana untuk kembali ke rumah peninggalan sang ayah.

Baru satu langkah kaki Isabelle berjalan, teriakan seseorang dari belakangnya sudah membuat Isabelle mematung kembali.

“Tunggu, kau tidak boleh pergi!. Pergi bersama maid, aku akan ke ruanganmu nanti.” tutur seseorang yang ternyata James.

“Aku tidak ingin merepotkanmu Tuan, biar saja Aku kembali ike rumahku. Sampaikan permintaan maafku kepada Tuan Van.” sahut Isabelle yang bersikukuh menolah tawaran dari James.

James naik pitam ketika mendengar penolakan dari Isabelle, James segera menuruni tangga dan menghampiri Isabelle.

“Apa yang kau pikirkan sehingga kau berani menolakku dan juga Ayahku hah!!” teriak James kepada Isabelle seraya mencekiknya dan mendorong ke dinding.

Isabelle pun tampak kesulitan untuk berbafas, ia terus saja memukul tangan kekar dari James dan berusaha melepaskan cekikan James.

“Lepaskan Tuan, lepaskan!!” pinta Isabelle dengan suara tercekik. namun James enggan melepaskannya dan mencoba bernegosiasi dengan Isabelle.

“Baiklah, aku akan melepaskanmu tapi dengan satu syarat.” James pun menyeringai licik. Isabelle yang tidak memiliki pilihan lain pun segera mengiyakannya.

“B-baiklah, apa syaratnya?” tanya Isabelle dengan wajah yang sudah membiru karena kehabisan nafas.

James pun tampak memutar bola matanya dan menatap tajam ke arah Isabelle.

“Turuti apa yang aku ucapkan, pergi ke ruanganmu dan bersihkan dirimu. Tunggu aku disana dan jangan berani macam-macam!” ungkap James memberitahu persyaratannya kepada Isabelle.

Isabelle pun tampak pasrah, ia hanya bisa mengangguk ketika mendengar permintaan dari james. Dirinya sudah kehabisan nafas dan hampir saja mati karena ulah James. James segera melepaskan cengkraman tangannya dari leher Isabelle, dan kembali ke ruangan miliknya.

Maid yang melihat pun tidak tega, maid segera membantu Isabelle untuk bangun dan mengantarnya menuju ruangan yang khusus disediakan untuk dirinya.

Tanpa menolak lagi, Isabelle segera mengikuti arahan dari maid, Isabelle berjalan dengan langkah kaki gontai. Ia masih memikirkan bagaimana jasad sang ayah yang ia tinggalkan di rumah sakit.

Sesampainya di ruangan yang telah disediakan, maid mempersilahkan Isabelle untuk membersihkan diri dan berkemas untuk bertemu dengan James.

“Silahkan Nona Muda, tanyakan saja padaku jika Nona membutuhkan sesuatu. Aku pamit Nona.” ucap maid, Isabelle pun mengangguk dan segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setengah jam berlalu, Isabelle telah selesai mempersiapkan dirinya. Ia bingung apakah harus memanggil maid tadi atau menunggu hingga James datang kesana.

*Ayah, apa Tuan Besar sudah mengurusmu dengan baik?* batin Isabelle saat tengah menunggu di atas tempat tidur yang begitu mewah itu.

Tak lama, terdengar suara ketukan sepatu dari beberapa orang yang terdengar sangat jelas di telinga Isabelle.

*Apakah itu Tuan Muda* batin Isabelle seraya dirinya bangkit dari duduknya.

Pintu kamarnya pun terbuka lebar, seseorang berdiri dengan gagah ditemani oleh beberapa orang di belakangnya.

“T-tuan Muda” lirih Isabelle. Lantas ia segera menunduk melihat wajah James yang terlihat begitu dingin.

James melangkahkan kakinya mendekat ke arah Isabelle, meminta pengawal untuk menutup pintu dan membiarkan keduanya berbicara empat mata.

Selangkah demi selangkah James mendekat dan akhirnya berdiri di depan Isabelle, tangannya terjulur memegang dagu Isabelle dan membuat wajah gadis cantik itu melihat ke arahnya.

Kedua matanya menatap lekat ke arah mata Isabelle yang terpejam karena takut.

“Untuk apa kau menutup mata, apakah kau tidak mau melihat wajahku yang tampan ini?” ucap James dengan seringai nya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status