Share

DISERANG

Melihat istrinya yang duduk dan tampak khawatir, membuat senyum mengembang di bibir James.

“Jangan melihatku seperti itu, jangan kau pikir kau sedang terluka lalu hatiku akan melunak. Jangan terlalu berharap James, itu hanya angan angan mu saja.” tutur Isabelle lagi seraya membetulkan perban di tangan James.

Selesai merawat suaminya, Isabelle segera kembali menuju kamarnya dan beristirahat. Namun James tampak menahan Isabelle dan memintanya untuk tinggal disana.

“Apa kau tidak ingin menemaniku hingga aku pulih Belle?.” tanya james dengan wajah yang sedikit memelas kepada wanita yang masih bertahta di hatinya.

“Untuk apa?, melihatmu sebentar saja aku sudah muak.” ucap Isabelle lalu pergi dari kamar James. 

James pun hanya bisa terdiam seraya melihat punggung isabelle yang sudah menghilang ditelan pintu.

Ia tampak meratapi apa yang sudah terjadi, menyesal pun sepertinya sudah tidak ada gunanya lagi. James akan berfokus untuk mendapatkan maaf dari Isabelle, dan memperbaiki rumah tangganya yang baru berumur satu hari satu malam tersebut.

James mengambil ponsel miliknya di atas nakas lalu menghubungi Ray untuk membuat sebuah rencana.

“Kau dimana Ray, datang ke kamarku ada yang ingin aku bicarakan.” ucap James tanpa basa basi kepada Ray.

Ray yang mendapatkan panggilan dari James pun segera menuju kamar James. Namun saat ditengah perjalanan, dirinya melihat Isabelle tengah menelpon seseorang.

“Apakah itu Nona muda?.” gumam Ray, setelah itu mendekat dan berusaha menguping pembicaraan yang sedang dilakukan oleh Isabelle.

Tampak Isabelle tersenyum manis saat menelpon seseorang tersebut. Hingga Ray semakin penasaran siapa yang Isabelle hubungi.

Ray semakin mendekat ke arah Isabelle dengan perlahan.

[ Baiklah Vin, aku akan mengatur pertemuan kita. Aku pastikan tidak ada siapapun yang akan bisa melarangku bertemu denganmu. ] ucapan Isabelle yang terdengar samar samar oleh Ray.

Setelah itu Ray bergegas menuju kamar James dan mengadukan apa yang didengarnya kepada James.

“Ini aku,” teriak Ray yang baru saja tiba di depan pintu kamar hotel dari James.

“Masuk,” teriak James yang tengah terbaring di tempat tidur.

“Ada apa Tuan Muda?,” tanya ray yang baru saja selesai menutup pintu.

“Ray, aku ingin kau mencari referensi untukku bagaimana caranya agar aku Belle memaafkanku,” tutur James yang tampak seperti kebingungan dengan dirinya sendiri.

Sebelum ia menjawab perkataan dari James, Ray terlebih dahulu memberitahukan apa yang tadi dirinya dengar dan lihat saat hendak menuju ke kamar James.

“Apa kau yakin jika yang dihubunginya adalah Marvin?,” tanya James yang mengeratkan rahangnya yang tegas.

Amarah mulai terlihat di wajahnya yang semula biasa saja. Ray pun menjelaskan kembali apa yang dilihat dan didengarnya tadi, Ray yakin bahwa yang didengarnya adalah kata Vin.

“Aku yakin James, siapa lagi teman dari nona Muda selain Tuan Marvin yang memiliki nama dengan berakhiran Vin,” tegas Ray.

James pun tampak semakin terbakar cemburu dan juga emosi. Hatinya yang semula sudah bahagia mengetahui jika Isabelle belum pernah disentuh oleh Marvin pun, seketika ragu kembali dengan Isabelle.

“Persiapkan semuanya Ray, hari ini aku ingin segera kembali menuju Mansion,” Ungkap James mengambil langkah cepat agar bisa memonitor Isabelle setiap waktu.

Ray pun segera mempersiapkan segala sesuatu yang James katakan, maid membereskan kamar pengantin yang akan digunakan untuk James dan juga Isabelle saat di Mansion utama keluarga besar Van Der Mick.

Isabelle yang heran dengan kedatangan maid dari mansion pun segera bertanya kepada maid.

“Ada apa ini maid?, mengapa kau mengemas barang barang milikku?,” tanya Isabelle dengan penuh kebingungan.

“Maaf nona muda, sekarang anda juga harus berkemas dan bersiap untuk kembali ke mansion. Tuan Muda meminta agar segera kembali secepatnya ke mansion,” tutur maid menjelaskan.

Isabelle pun tampak heran, mengapa tiba tiba saja James meminta untuk segera kembali ke mansion. Padahal sebelumnya James menginginkan tinggal di hotel lebih lama lagi.

Isabelle pun tidak ingin banyak tanya lagi kepada maid, ia juga ikut berkemas dan mempersiapkan dirinya untuk kembali ke Mansion utama.

Satu jam berlalu, Ray pun sudah selesai dengan seluruh urusan hotel. Lalu membawa James menuju mobil, dan setelah itu Isabelle yang berada di kamar yang berbeda.

“Nona, apa kau sudah siap?. Tuan sudah menunggu mu di bawah,” tutur Ray berteriak dari depan pintu kamar.

Namun tidak terdengar jawaban dari Isabelle, Ray pun terpaksa menelpon petugas hotel untuk membawakan kunci cadangan kamar hotel Isabelle.

“Silahkan tuan, kartu nya,” tutur pelayan yang baru saja datang membawakan kartu cadangan hotel.

Ray pun segera membukanya dan mendapati tidak ada siapapun disana. Ray pun akhirnya curiga jika Isabelle pergi menemui Marvin.

“Halo Diego, periksa setiap rekaman cctv hotel. Dan periksa kemana Nona Muda pergi,” ucap Ray yang langsung menghubungi anak buahnya ketika mengetahui Isabelle sudah tidak berada disana.

“Sial, tampaknya Nona Muda adalah wanita pembangkang,” tutur Ray dengan geram. 

Ray pun kebingungan harus seperti apa menjelaskan kondisi tersebut kepada sang Tuan Muda. Saat tengah melamunkan hal tersebut, ponsel Ray pun berbunyi menunjukkan siapa yang meneleponnya.

Bak pucuk dicinta ulam pun tiba, ternyata yang menelponnya adalah James.

“Oh shit, mengapa kau langsung menghubungiku James. Seolah tahu jika wanitamu sedang tidak berada disini,” gerutu Ray.

Ray pun segera menjawab telepon masuk dari James dan berusaha untuk tenang walaupun sedang dalam keadaan genting.

“Lama sekali kau menjawab teleponku, apakah ada masalah Ray,?” tanya James yang sedikit kesal pada Ray.

“Tidak, hanya saja nona Muda sedang berganti pakaian. Aku pun mengira jika dirinya sudah bersiap sedari tadi. Namun ternyata dirinya masih belum siap,” ungkap Ray lagi berbohong.

Sambungan telepon pun terputus, Ray segera menelpon Diego kembali untuk menanyakan apa yang diperintahkannya tadi.

“Bagaimana, apakah kau mendapatkan informasi dan mengetahui Nona Muda pergi ke arah mana?,” Tanya Ray yang mulai panik.

“Tidak ada bos, cctv tidak merekam satupun pergerakan Nona Muda,” sahut Diego.

Karena kesal, Ray spontan membanting telepon genggam miliknya.

Sementara itu, Isabelle yang sudah berhasil lari dari hotel dan menemui Marvin. Marvin sudah menunggu di persimpangan jalan yang menuju ke rumah sakit.

“Apa kau sudah menunggu lama?,” tanya Isabelle seraya menyembulkan kepalanya ke dalam mobil Marvin.

“Ah tidak, aku baru saja tiba. Kau, apa begitu mudahnya meminta izin pada James untuk bertemu denganku?.” tanya Marvin yang heran melihat Isabelle datang menemuinya.

“Aku sudah katakan, aku ingin bertemu denganmu dan aku akan mengaturnya. Urusan James, aku akan menghadapinya nanti jika ia marah besar,” tutur Isabelle.

“Kau memang tidak pernah berubah Nona James, kau selalu pemberani,” ucap Marvin seraya tersenyum manis ke arah Isabelle.

“Berhenti memanggilku Nona James, aku ini Isabelle,” ungkap Isabelle dengan kesal.

“Tapi kau sudah menikahinya, dan itu kenyataan Isabelle,” tutur Marvin semakin memperjelas.

“Aku tahu, maka dari itu jangan kau jelaskan kembali. AYo pergi, kau bilang Ayahku tidak dikremasi?,” tanya Isabelle yang begitu sangat bahagia mendengar sang ayah tidak dikremasi, melainkan dimakamkan di sebuah lahan pemakaman elit.

“Ya, tentu saja aku mengetahuinya. Sebab Uncle yang memintaku untuk mengurus semuanya Isabelle,” ucap Marvin.

Keduanya pun segera menuju lokasi pemakaman dari ayah Isabelle, Marvin melihat wajah Isabelle yang tampak bahagia dan juga sumringah.

Walaupun hanya akan menemui sebuah batu nisan, namun Isabelle bahagia karena bisa mengunjungi makam sang ayah setelah peristiwa kematiannya yang mengenaskan itu.

Sesampainya di komplek pemakaman, Marvin dan Isabelle segera turun dari mobil dan bergegas mencari blok pemakaman Atmaja.

“Apakah kau mengetahui blok nya Vin?,” tanya Isabelle dengan memegangi gaunnya yang sedikit menjuntai di bagian belakang.

“Tentu, aku yang mengurusnya dan menyaksikan sendiri pemakaman ayahmu,” sahut Marvin.

Tak terasa keduanya sudah sampai di blok dan tepat di hadapan mereka sebuah batu nisan berdiri kokoh.

“Ini, aku mengistirahatkan ayahmu disini Isabelle,” tunjuk Marvin pada batu nisan yang bertuliskan Atmaja Adiguna.

“Ayah,” ucap Isabelle lirih. Air matanya pun tak terbendung lagi setelah melihat makam dari sang ayah.

Ia pun tampak bersimpuh di depan pusara sang ayah seraya menangis tersedu.

“Maaf Ayah, aku tidak ikut mengantarmu ke tempat peristirahatan terakhirmu ini,” tutur Isabelle seraya terisak.

Air matanya tidak berhenti mengalir sepanjang mengelus batu nisan sang ayah.

Saat Isabelle tengah larut dalam tangisannya, tiba tiba saja James datang menghampiri keduanya.

“Kau, berani pergi dengan laki laki lain tanpa sepengetahuanku hah!,” teriak James dengan emosi.

Marvin yang melihat perlakuan James pada Isabelle pun tampak geram dengan sahabatnya itu.

“James, apa kau lupa bagaimana cara memperlakukan wanitamu?,” tanya Marvin yang merebut tangan Isabelle dari cengkraman tangan James.

“Kau tidak perlu ikut campur Vin, jangan kau kira aku sudah melupakan apa yang sudah terjadi di antara kalian berdua,” geram James dengan mengeraskan kepalan tangannya.

Isabelle pun hanya bisa membuang muka dan berdecih mendengar penuturan James yang selalu mengungkit masa lalu.

“Kau yang membuktikan sendiri jika aku masih suci saat kau renggut kesucian itu James. Jangan bermain seolah olah aku telah ternodai, padahal kau tahu sendiri,” teriak Isabelle yang geram dengan ucapan James baru saja.

“Kau membelanya?,” tanya James seraya menunjuk ke arah batang hidung Marvin.

“Itu kenyataannya, jika kau tidak terima itu urusanmu James. Ayo Vin, aku ingin pulang,” pinta Isabelle seraya menarik tangan Marvin menuju mobil dan kembali ke mansion.

Tanpa mau kalah, James segera menarik tangan Isabelle dan menghentikannya.

“Aku suamimu, aku lebih berhak membawamu pulang,” tutur james menahan emosinya yang sudah membuncah.

“Tidak, aku kesini bersama Marvin. Maka aku juga akan kembali bersama Marvin, tenang saja kau tidak perlu khawatir Tuan Muda. Aku akan kembali ke mansion,” ucap Isabelle tanpa menoleh ke arah James.

Namun saat Isabelle melangkahkan kakinya, telinga tajam James mendengar suara letupan senjata yang sudah menggunakan peredam.

James pun segera membawa Isabelle dan Marvin menunduk. Seketika, batu nisan yang berada di seberang batu nisan ayah Isabelle pun hancur karena tembakan.

Untung saja pengawal dari James segera datang dan melindungi ketiganya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status