Share

Tak Bisa Dipahami

Penulis: Komalasari
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-21 06:54:19

“Jadi, kau akan meninggalkanku di sini?” Laura menatap tak percaya pada suaminya. “Aku adalah istrimu. Bagaimana bisa kau melakukan itu padaku?” 

“Aku bisa melakukan apa pun, Laura!” balas Christian. Suaranya tiba-tiba meninggi. Membuat Laura seketika mundur beberapa langkah. “Kau tidak kuberi wewenang untuk melayangkan protes! Bukankah dirimu sudah tahu siapa Christian Lynch? Akulah bosnya, Nona Pearson,” ucap si pemilik rambut gelap itu penuh penekanan. 

“Tapi, aku adalah wanita yang telah kau ikat dengan sumpah di hadapan Tuhan, Christian!” Laura terus melayangkan protes. 

“Wanita sepertimu tidak pantas menyebut nama Tuhan!” balas Christian. “Sudahlah. Aku tidak mau terlalu banyak membuang waktu di sini.” Christian membuka pintu. Sebelum keluar dari kamar, dia kembali menatap Laura. “Ingat satu hal. Jangan pernah berpikir bahwa kau bisa melarikan diri dari sini. Bila kau berulah macam-macam, aku akan langsung bertindak. Tuan James Pearson ada dalam genggamanku saat ini. Aku bisa melakukan apa pun terhadapnya. Sesuatu yang mungkin tak pernah terpikirkan olehmu,” ancam pengusaha muda asal London tersebut. 

“Kau sudah bertindak tidak adil!” sentak Laura.

“Kau tidak berhak bicara tentang keadilan, Laura!” balas Christian. Telunjuk pria tampan berkumis tipis itu tertuju lurus pada sang istri. “Kau tidak kuizinkan untuk bertindak semaumu di sini. Ingat apa yang kukatakan tadi.” Nada bicara Christian berangsur pelan. 

“Kau melakukan ini tanpa alasan yang jelas!” Laura tetap melayangkan protes keras, atas sikap semena-mena suaminya. Dia mengikuti Christian yang melangkah tegap menuju tangga. 

“Jangan bertanya tentang alasan karena kau pasti sudah mengetahuinya. Daripada banyak bertanya, kenapa tidak mencoba untuk introspeksi diri? Berapa banyak kesalahan yang sudah kau lakukan? Anggap saja ini sebagai hukuman dari banyaknya hati yang tersakiti.” 

Christian menoleh sekilas pada Laura yang berdiri terpaku di tempatnya. Dia tak memedulikan raut penasaran wanita itu. Pengusaha muda tadi berjalan menuruni undakan anak tangga sambil menenteng jas.

Sementara itu, Laura makin tak mengerti. Dia tak tahu ada masalah apa dengan Christian. Wanita bergaun pengantin tersebut setengah berlari menuju pagar pembatas kayu dekat tangga. Dari sana, Laura melihat Christian bicara pada Delila. Entah apa yang mereka perbincangkan. Beberapa saat kemudian, Christian keluar dari rumah. Pria itu pergi meninggalkan Laura di sana, tanpa memberikan penjelasan apa-apa. 

“Apakah aku menikahi seorang psikopat?” tanya Laura pada diri sendiri. Tanpa terasa, air mata menetes di sudut bibir. Saudara kembar Emma tersebut tak pernah menyangka, bahwa nasibnya akan seburuk ini. 

Laura melangkah gontai kembali ke kamar. Dia duduk di tepian tempat tidur. Putri James Pearson itu menangis tersedu-sedu, memikirkan dirinya yang kini berada di tempat asing. Laura juga teringat pada sang ayah serta ancaman yang diberikan Christian. 

Sesaat kemudian, terdengar ketukan di pintu yang masih terbuka lebar. Laura segera menyeka air mata, lalu menoleh. Dia melihat Delila sudah berdiri di depan kamar. “Bolehkah aku masuk, Nyonya?” tanyanya sopan. 

Laura mengangguk, sambil terus memperhatikan Delila yang berjalan masuk. Wanita paruh baya itu berdiri beberapa langkah darinya. 

“Tuan Lynch menyuruhku untuk melayani Anda di sini. Pakaian serta perlengkapan yang Anda butuhkan sudah tersedia di dalam lemari,” jelasnya, seraya mengarahkan tangan pada lemari kayu di sudut ruangan. “Begitu juga dengan peralatan kecantikan yang mungkin Anda perlukan.” 

“Terima kasih,” sahut Laura. “Siapa namamu tadi?” 

“Delila Spencer, Nyonya. Aku adalah istri Alfred Spencer. Tangan kanan Tuan Christian Lynch yang tadi ikut mengantar Anda kemari,” jelas wanita paruh baya dengan midi dress katun tersebut. 

“Oh.” Laura mengangguk samar, lalu mengarahkan pandangan ke lantai. Wanita muda itu terdiam beberapa saat, sebelum kembali bicara. “Apakah Christian sering datang kemari?” tanyanya. 

“Dulu, Tuan Lynch kerap datang kemari. Namun, dalam beberapa waktu terakhir tidak lagi,” jawab Delila. 

“Kenapa begitu?” Laura kembali bertanya. 

Delila tak segera memberikan jawaban. Wanita paruh baya itu tampak berpikir. Dia mungkin tengah merangkai kata-kata. “Apakah Anda ingin berganti pakaian dulu, Nyonya?” Bukannya memberi jawaban, Delila justru mengalihkan topik pembicaraan. 

Laura mengangguk, kemudian berdiri. Dia memang sudah tak nyaman memakai gaun pengantin sejak tadi. Putri James Pearson tersebut melangkah ke hadapan Delila yang terlihat sedikit gugup. “Kenapa, Delila? Apa yang kau tutupi dariku?” tanya Laura, berusaha memancing wanita paruh baya berambut cokelat itu. 

“Tidak ada, Nyonya,” jawab Delila pelan. “Apakah Anda ingin mandi dulu? Setelah ini, akan kusiapkan makan malam untuk ….” 

“Aku hanya ingin tahu ada apa dengan Christian Lynch?” Suara Laura tiba-tiba meninggi. Namun, sesaat kemudian wanita muda itu tersadar. Laura mengembuskan napas dalam-dalam. “Maafkan aku. Maaf,” ucapnya menyesal. Dia berjalan cepat ke dekat lemari, lalu membukanya. 

Di dalam benda yang terbuat dari kayu tadi, terdapat beberapa potong pakaian berderet rapi serta perlengkapan pribadi khusus wanita. Laura menatap beberapa saat, lalu mengalihkan perhatian pada lemari kaca berisi beberapa pasang sepatu. 

“Aku tidak yakin Christian menyiapkan semua ini untukku,” ucap Laura pelan sambil menutup kembali pintu lemari. 

“Beberapa dari pakaian serta sepatu itu masih baru, Nyonya. Tuan Lynch sudah menyiapkannya sejak lama,” jelas Delila hati-hati. 

Laura tersenyum getir, lalu menoleh pada Delila. “Jadi, dia sudah merencanakan untuk membawaku kemari sejak dulu?” Wanita muda itu menautkan alis. Laura makin tak bisa memahami apa yang tengah terjadi pada dirinya. 

“Tidak. Bukan begitu, Nyonya,” bantah Delila. Bahasa tubuh istri Alfred tersebut tampak gelisah. “Semua pakaian serta barang-barang yang ada di kamar ini bukan dimaksudkan untuk Anda,” jelasnya. 

Mendengar pernyataan Delila, Laura menjadi begitu tertarik untuk mengorek lebih banyak informasi dari wanita paruh baya tadi. Dia kembali ke hadapan Delila yang memilih menundukkan wajah. “Bukan untukku? Lalu, untuk siapa? Apakah Christian terbiasa membawa wanita kemari dan melakukan hal yang sama seperti yang diperbuatnya padaku?” desak Laura, seakan sudah tak tahan untuk segera menuntaskan rasa penasaran yang sejak tadi menggelayuti pikirannya. 

Delila menggeleng, sebagai pertanda bahwa dia membantah semua ucapan Laura. “Setahuku tidak, Nyonya,” ucapnya. “Tuan Lynch sengaja menyiapkan semua itu untuk adik perempuannya, yang pernah tinggal di sini selama beberapa waktu,” jelas wanita dengan pantofel hitam itu. 

“Adik perempuan?” ulang Laura. “Christian punya adik perempuan?” gumamnya. 

“Ya, Nyonya. Wanita muda seusia Anda.” Delila membenarkan. “Nona Maria dibawa kemari untuk menenangkan diri. Aku yang menemaninya selama dia berada di sini sampai ….” Delila tak melanjutkan kata-katanya. Dia menatap ragu pada Laura. 

“Sampai apa?” tanya Laura kian penasaran. 

Delila menggeleng. “Maaf, Nyonya. Aku tidak bisa ....”

“Katakan,” desak Laura. 

“Nyonya Maria bunuh diri di kamar ini.” 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hasrat Pernikahan Suami Arogan   Senja di Akhir Kisah yang Sempurna

    Semenjak itu, Laura memutuskan kembali menetap di Inggris. Dia membiarkan rumah peninggalan Lewis, meskipun masih sering memantau dengan menghubungi asisten kepercayaannya. Bagaimanapun juga, semua aset peninggalan Lewis merupakan amanat yang harus dijaga. Laura tak ingin mengkhianati pria yang telah begitu baik terhadapnya dan Harper. Dia akan tetap melakukan kewajiban, menjalankan bisnis yang diwariskan Lewis. Setidaknya, itu membuat rasa bersalah sedikit tertutupi karena memilih kembali pada Christian. ********** Waktu terus berlalu. Musim pun, silih berganti. Laura menjalani biduk rumah tangga yang harmonis dengan Christian. Saat ini, dia bahkan tengah mengandung. "Kuharap kau tidak kecewa karena tak jadi memiliki tiga bidadari cantik," ujar Laura, diiringi senyum lembut. Dia menatap penuh cinta pada Christian, yang tengah fokus mengemudi. "Ini sangat menggembirakan. Hidupku terasa begitu sempurna," ucap Christian. Dia tak henti tersenyum. Hasil USG yang sudah dilakukan tadi,

  • Hasrat Pernikahan Suami Arogan   Pernikahan Kejutan

    Semenjak malam itu, hubungan Laura dan Christian mulai menghangat. Christian tak sungkan berkunjung, bertemu dan berbincang dengan Grace. Begitu juga Emma dan Jamie, yang akan melangsungkan pernikahan. Hanya tinggal menghitung hari. Momen istimewa yang sudah Jamie nantikan selama bertahun-tahun akan terwujud. Pria itu sudah tak sabar menantikan dirinya dan Emma berdiri di altar, untuk mengucap janji suci pernikahan. Sementara itu, kedekatan antara Harper dan Mairi kian terjalin erat. Mairi yang mengetahui bahwa Harper belum diperbolehkan menari, selalu mengajak putri Laura tersebut melakukan banyak hal menyenangkan. “Kami sangat sibuk hari ini. Kau sudah tahu besok adalah hari pernikahan Emma dengan Jamie,” ucap Laura, saat menjawab panggilan telepon dari Christian. “Sayang sekali karena aku harus menghadiri acara penting sampai sore,” balas Christian, diiringi embusan napas berat. “Bagaimana Mairi? Kuharap dia tak merepotkanmu.” “Oh, tenang s

  • Hasrat Pernikahan Suami Arogan   Dalam Dekapan Hangat Christian

    “Christian …,” desah Laura pelan, merasakan sentuhan lembut menjalari tubuhnya. Dia membiarkan pengusaha tampan itu menurunkan tali kecil dari pundak, hingga bagian atas slip dress yang dikenakannya terbuka lebar.Christian beranjak dari tempat tidur, lalu menarik dress satin merah marun itu. Dia melemparnya sembarang ke lantai. Pria bermata gelap itu terdiam sejenak, memandangi seonggok daging putih mulus yang dulu sering dinikmati kapan saja dirinya inginkan.Perlahan, Christian mencondongkan tubuh. Dia menarik celana dalam Laura. Pelan tapi pasti, segitiga pengaman dengan pinggiran berbahan lace itu terlepas dari kaki kiri Laura dan berhenti di mata kaki sebelah kanan. Christian seperti sengaja melakukannya.“Kau masih secantik dulu,” ucap Christian pelan dan dalam, sera

  • Hasrat Pernikahan Suami Arogan   Kembalilah

    Laura tersenyum kikuk. Dia berusaha menyembunyikan rasa gugup karena ucapan Christian tadi. Laura mengalihkan semua itu pada anak-anak, yang tengah berbincang asyik. Wanita itu bergabung dengan mereka berdua.Sementara Christian hanya diam memperhatikan interaksi antara Laura dengan kedua gadis kecil itu. Laura tak membeda-bedakan Harper dengan Mairi.Christian teringat pada waktu Laura menyarankan untuk mengambil bayi Chelsea setelah dilahirkan, seakan-akan bersedia merawatnya. Padahal, saat itu dia mengira bayi dalam kandungan Chelsea merupakan darah daging Christian. Oleh karena itulah, kini Laura bersikap baik terhadap Mairi.Malam terus merayap. Jarum jam di arloji Christian telah menunjuk angka sembilan lewat beberapa menit. Setelah berbagai keseruan yang dilakukan, pengusaha tampan tersebut

  • Hasrat Pernikahan Suami Arogan   Tidak Berubah

    “Apa? Tapi, kau tahu aku sedang sibuk membantu persiapan pesta pernikahan Bibi Emma. Bukankah itu tujuan kita datang kemari?” Laura menolak ajakan itu secara halus. “Kurasa, kau bisa berkemah lain waktu atau … atau kita bisa melakukannya di sini dengan nenek dan —”“Kau tidak mengizinkanku pergi, Bu?” tanya Harper, menyela ucapan Laura. Gadis kecil itu langsung terlihat murung. Dia menundukkan wajah, kemudian berbalik. Tanpa mengatakan apa pun, Harper meninggalkan Laura dan Christian yang berdiri di ambang pintu.“Harper!” panggil Laura.Namun, gadis kecil itu tak menyahut. Dia bahkan sudah menghilang di balik dinding penyekat ruangan.“Bagus, Laura

  • Hasrat Pernikahan Suami Arogan   Hadiah Istimewa untuk Harper

    Laura tertegun sejenak, lalu menoleh pada Harper yang terbelalak tak percaya. Setelah itu, dia kembali mengalihkan perhatian pada pria tadi, untuk membubuhkan tanda tangan sebagai bukti penerimaan barang kiriman.Sepeninggal kedua pria yang sudah menyelesaikan pekerjaan mereka, Laura menatap aneh putrinya. Dia tak percaya Christian melakukan sesuatu yang dinilai sangat berlebihan. Namun, Laura tak bisa berkomentar apa-apa, melihat antusiasme Harper yang begitu takjub menghadapi setumpuk hadiah bagus.“Ibu tahu kenapa Paman Christian mengirimkan hadiah ini untukku? Apa hari ini aku berulang tahun?” tanya Harper, seraya menoleh pada Laura.“Tidak, Sayang. Ulang tahunmu masih empat bulan lagi,” jawab Laura, diiringi gelengan pelan. Dia mengalihkan pandangan pada Grace, yang memasang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status