Christian menikahi Laura demi hasrat balas dendamnya. Namun, suatu ketika Christian mendapati kenyataan yang menjadikan dirinya seseorang paling bodoh. Apakah Laura akan memaafkannya atau justru memilih pergi meski sedang mengandung?
View MoreDekorasi indah penuh bunga, menghiasi area pesta pernikahan bernuansa serba putih. Senada dengan gaun pengantin indah yang Laura kenakan siang itu. Namun, gadis cantik bermata biru tersebut tampak resah karena mempelai pria belum juga hadir di sana.
“Sudah kukatakan bahwa Christian Lynch adalah pria tua yang aneh. Dia pasti kesulitan berjalan sendiri menuju kemari,” bisik Emma pada Grace, sang ibu. Emma merupakan saudara kembar Laura.
“Jangan sampai ayahmu mendengar apa yang kau katakan barusan, Sayang,” balas Grace. Selama ini, dia lebih menyayangi Emma dibanding Laura. Alasannya, Emma menyimpan rahasia besar sang ibu yang tidak James ketahui. “Untung kau sudah memiliki kekasih. Jika tidak, dirimulah yang saat ini sedang berdiri bagai orang bodoh di sana.” Ekor mata Grace tertuju ke arah Laura berada.
“Aku tidak sebodoh dia, Bu. Kau sudah tahu itu,” balas Emma diiringi senyum puas. Namun, sikap serta ucapannya justru membuat sang ibu jadi tak nyaman.
“Apakah calon mempelai pria belum datang?” tanya pendeta yang akan memimpin acara pemberkatan pernikahan.
“Kita tunggu sebentar lagi, Bapak,” ucap James. Pria itu berusaha menyembunyikan keresahan, demi membuat Laura tetap tenang. “Tidak apa-apa, Nak. Christian pasti datang. Dia ….”
Belum sempat James menyelesaikan kalimatnya, terdengar suara kendaran berhenti tak jauh dari tempat pesta pernikahan dilangsungkan. Sebuah SUV putih menjadi pusat perhatian beberapa tamu yang merupakan kerabat dekat James. Sesaat kemudian, pintu penumpang belakang terbuka. Seorang pria paruh baya muncul dari dalam SUV putih tadi.
“Astaga. Diakah calon adik iparku?” ejek Emma, kemudian mengulum senyumnya.
Namun, senyum penuh ejekan dari Emma tak berlangsung lama, ketika seorang pria berperawakan tegap dengan rentang usia tiga puluh sampai tiga puluh lima tahun ikut turun dari kendaraan. Pria berambut gelap serta berpenampilan rapi dan sangat tampan. Sorot matanya tajam tertuju pada Laura, yang justru tak berani menoleh.
“Apa dia sudah datang, Ayah?” tanya Laura pelan, lalu tertunduk.
“Aku rasa begitu, Nak,” jawab James ragu. Pria itu menatap tak percaya, pada sosok muda nan gagah yang telah berdiri di sebelah salah satu dari putri kembarnya.
“Maaf terlambat. Bisa kita mulai sekarang acaranya?”
Suara berat pria yang tak lain adalah Christian Lynch, membuat Laura langsung mengangkat wajah. Dari balik veil, Laura menoleh dan menatap pria tampan itu untuk beberapa saat. Gadis cantik tersebut tak menyangka bahwa Christian ternyata masih muda dan sangat memesona. Bukan kakek-kakek seperti yang dirinya dan seluruh Keluarga Pearson duga. Oleh karena itu, mereka menunjukkan ekspresi tak percaya.
Beberapa saat kemudian, acara pemberkatan telah selesai. Laura dan Christian sudah sah menjadi pasangan suami-istri. Pendeta mempersilakan mempelai pria untuk mencium pengantinnya.
Laura menghadapkan tubuh pada Christian. Dia membiarkan pria tampan itu membuka veil yang menyamarkan kecantikannya. Saudara kembar Emma tersebut juga tak menolak, saat Christian menciumnya di hadapan semua orang.
Senyum kebahagiaan terpancar dari wajah Laura serta James. Hanya Emma dan Grace yang tak suka melihat adegan tersebut. Mereka memalingkan wajah.
“Ayo,” ajak Christian seraya meraih pergelangan tangan Laura.
“Ke mana? Pestanya belum usai. Kita ....”
Christian tak membiarkan Laura menyelesaikan kalimatnya. Pria itu terus menuntun bahkan setengah menyeret wanita yang sudah menjadi istrinya ke dalam mobil.
Sikap Christian tadi, membuat James beserta para tamu menjadi heran. Ayahanda Laura tersebut langsung mengikuti. “Christian!” panggilnya, sebelum pria tampan tadi masuk ke SUV putih yang sudah siap berangkat.
Christian menoleh. Dia menatap tajam sang ayah mertua. Sorot matanya menyiratkan bahwa pria berambut gelap tersebut tidak menyukai panggilan tadi.
“Tuan Lynch.” James meralat panggilan yang diberikan kepada Christian. “Pesta ini belum selesai,” ucap pria paruh baya itu. Raut wajahnya terlihat tegang.
“Aku tidak peduli dengan pesta murahan yang kau selenggarakan, Tuan Pearson. Aku hanya membutuhkan putrimu. Sekarang, dia sudah menjadi istriku. Anda atau siapa pun tidak berhak mengusiknya.” Tenang tapi penuh penekanan, kata-kata yang meluncur dari bibir Christian. Tak ada senyum atau sikap hormat selayaknya menantu terhadap mertua. Christian justru terlihat dingin dan menunjukkan arogansi di hadapan James.
James terpaku menghadapi sikap serta ucapan pria yang baru mempersunting putrinya. Dia sadar betul, bahwa sesuatu yang tak baik akan segera berlangsung. Ayah dua putri kembar itu mengalihkan pandangan kepada Laura, yang sudah duduk dalam kendaraan.
“Apa yang kau inginkan dari putriku?” Sebisa mungkin, James menahan diri agar tak bertindak gegabah.
Christian tak segera menjawab. Pria dengan rambut serta iris mata gelap tersebut terus menatap tajam James, seakan ingin mengintimidasinya. Sesaat kemudian, Christian menyunggingkan senyum sinis. “Apa pun yang akan kulakukan terhadap Laura, itu bukan urusan Anda.”
Setelah berkata demikian, Christian membalikkan badan. Dia hendak masuk ke mobil. Namun, gerak pria itu kembali terjeda, saat James lagi-lagi menahannya.
James menarik lengan Christian sehingga pria muda terebut kembali berbalik. “Aku tidak akan membiarkanmu membawa Laura dari sini!” tegas James.
“Jaga sikap Anda, Tuan Pearson!” tunjuk Christian tak kalah tegas. Membuat suasana ramai menjadi hening seketika. Perhatian semua orang yang ada di sana tertuju pada kedua pria lintas usia tadi. “Anda sadar sedang berhadapan dengan siapa, Tuan Pearson?”
“Aku akan melunasi semuanya! Namun, kembalikan Laura!” James tak menurunkan tensi, saat menghadapi Christian.
Mendengar ucapan sang ayah mertua, Christian menyunggingkan senyum licik. “Sayang sekali, aku tidak peduli lagi dengan semua utangmu, Tuan Pearson. Bila Anda ingin melunasi semua pinjaman, sudah seharusnya seperti itu. Namun, jangan berharap aku akan mengembalikan Laura padamu.”
Christian makin mendekat kepada James yang masih terpaku di tempatnya berdiri. Dia berbisik pada pria paruh baya itu. “Aku bisa melakukan apa pun terhadap putrimu. Jadi, tahan amarah. Semoga Anda bisa berpikir panjang. Silakan lakukan apa saja yang Anda inginkan. Namun, perhitungkan pula akibatnya.” Christian menyentuh lengan James, sebelum berbalik. Kali ini, pria tampan itu benar-benar masuk ke mobil, lalu menutup pintu.
Tak berselang lama, SUV putih tadi melaju meninggalkan area pesta diiringi tatapan James dan semua yang ada di sana.
Sementara itu, Laura duduk tegang di sebelah Christian. Dia tak mengenal pria yang menjadi suaminya. Laura bahkan baru bertemu dengan si pemilik rambut gelap tadi tepat di hari pernikahan. Gadis cantik bermata biru tersebut tak tahu maksud dan tujuan Christian menikahi dirinya.
“Apa yang kau inginkan, Christian?” tanya Laura dengan bibir bergetar menahan tangis.
Christian menoleh. Dia menatap tajam Laura. “Aku akan memberimu kejutan, Laura Pearson. Maaf, jika sedikit menyakitkan. Namun, itulah yang pantas kau terima.”
Semenjak itu, Laura memutuskan kembali menetap di Inggris. Dia membiarkan rumah peninggalan Lewis, meskipun masih sering memantau dengan menghubungi asisten kepercayaannya. Bagaimanapun juga, semua aset peninggalan Lewis merupakan amanat yang harus dijaga. Laura tak ingin mengkhianati pria yang telah begitu baik terhadapnya dan Harper. Dia akan tetap melakukan kewajiban, menjalankan bisnis yang diwariskan Lewis. Setidaknya, itu membuat rasa bersalah sedikit tertutupi karena memilih kembali pada Christian. ********** Waktu terus berlalu. Musim pun, silih berganti. Laura menjalani biduk rumah tangga yang harmonis dengan Christian. Saat ini, dia bahkan tengah mengandung. "Kuharap kau tidak kecewa karena tak jadi memiliki tiga bidadari cantik," ujar Laura, diiringi senyum lembut. Dia menatap penuh cinta pada Christian, yang tengah fokus mengemudi. "Ini sangat menggembirakan. Hidupku terasa begitu sempurna," ucap Christian. Dia tak henti tersenyum. Hasil USG yang sudah dilakukan tadi,
Semenjak malam itu, hubungan Laura dan Christian mulai menghangat. Christian tak sungkan berkunjung, bertemu dan berbincang dengan Grace. Begitu juga Emma dan Jamie, yang akan melangsungkan pernikahan. Hanya tinggal menghitung hari. Momen istimewa yang sudah Jamie nantikan selama bertahun-tahun akan terwujud. Pria itu sudah tak sabar menantikan dirinya dan Emma berdiri di altar, untuk mengucap janji suci pernikahan. Sementara itu, kedekatan antara Harper dan Mairi kian terjalin erat. Mairi yang mengetahui bahwa Harper belum diperbolehkan menari, selalu mengajak putri Laura tersebut melakukan banyak hal menyenangkan. “Kami sangat sibuk hari ini. Kau sudah tahu besok adalah hari pernikahan Emma dengan Jamie,” ucap Laura, saat menjawab panggilan telepon dari Christian. “Sayang sekali karena aku harus menghadiri acara penting sampai sore,” balas Christian, diiringi embusan napas berat. “Bagaimana Mairi? Kuharap dia tak merepotkanmu.” “Oh, tenang s
“Christian …,” desah Laura pelan, merasakan sentuhan lembut menjalari tubuhnya. Dia membiarkan pengusaha tampan itu menurunkan tali kecil dari pundak, hingga bagian atas slip dress yang dikenakannya terbuka lebar.Christian beranjak dari tempat tidur, lalu menarik dress satin merah marun itu. Dia melemparnya sembarang ke lantai. Pria bermata gelap itu terdiam sejenak, memandangi seonggok daging putih mulus yang dulu sering dinikmati kapan saja dirinya inginkan.Perlahan, Christian mencondongkan tubuh. Dia menarik celana dalam Laura. Pelan tapi pasti, segitiga pengaman dengan pinggiran berbahan lace itu terlepas dari kaki kiri Laura dan berhenti di mata kaki sebelah kanan. Christian seperti sengaja melakukannya.“Kau masih secantik dulu,” ucap Christian pelan dan dalam, sera
Laura tersenyum kikuk. Dia berusaha menyembunyikan rasa gugup karena ucapan Christian tadi. Laura mengalihkan semua itu pada anak-anak, yang tengah berbincang asyik. Wanita itu bergabung dengan mereka berdua.Sementara Christian hanya diam memperhatikan interaksi antara Laura dengan kedua gadis kecil itu. Laura tak membeda-bedakan Harper dengan Mairi.Christian teringat pada waktu Laura menyarankan untuk mengambil bayi Chelsea setelah dilahirkan, seakan-akan bersedia merawatnya. Padahal, saat itu dia mengira bayi dalam kandungan Chelsea merupakan darah daging Christian. Oleh karena itulah, kini Laura bersikap baik terhadap Mairi.Malam terus merayap. Jarum jam di arloji Christian telah menunjuk angka sembilan lewat beberapa menit. Setelah berbagai keseruan yang dilakukan, pengusaha tampan tersebut
“Apa? Tapi, kau tahu aku sedang sibuk membantu persiapan pesta pernikahan Bibi Emma. Bukankah itu tujuan kita datang kemari?” Laura menolak ajakan itu secara halus. “Kurasa, kau bisa berkemah lain waktu atau … atau kita bisa melakukannya di sini dengan nenek dan —”“Kau tidak mengizinkanku pergi, Bu?” tanya Harper, menyela ucapan Laura. Gadis kecil itu langsung terlihat murung. Dia menundukkan wajah, kemudian berbalik. Tanpa mengatakan apa pun, Harper meninggalkan Laura dan Christian yang berdiri di ambang pintu.“Harper!” panggil Laura.Namun, gadis kecil itu tak menyahut. Dia bahkan sudah menghilang di balik dinding penyekat ruangan.“Bagus, Laura
Laura tertegun sejenak, lalu menoleh pada Harper yang terbelalak tak percaya. Setelah itu, dia kembali mengalihkan perhatian pada pria tadi, untuk membubuhkan tanda tangan sebagai bukti penerimaan barang kiriman.Sepeninggal kedua pria yang sudah menyelesaikan pekerjaan mereka, Laura menatap aneh putrinya. Dia tak percaya Christian melakukan sesuatu yang dinilai sangat berlebihan. Namun, Laura tak bisa berkomentar apa-apa, melihat antusiasme Harper yang begitu takjub menghadapi setumpuk hadiah bagus.“Ibu tahu kenapa Paman Christian mengirimkan hadiah ini untukku? Apa hari ini aku berulang tahun?” tanya Harper, seraya menoleh pada Laura.“Tidak, Sayang. Ulang tahunmu masih empat bulan lagi,” jawab Laura, diiringi gelengan pelan. Dia mengalihkan pandangan pada Grace, yang memasang
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments