Bab 5.
Kemeja berwarna hitam, dan jam tangan yang melingkar di tangannya. Laki-laki itu terlihat bak model yang sedang berjalan di atas catwalk saat menghampiri kami."Felix ... sorry, aku baru bisa datang ," ucap Calista."Tidak masalah, acaranya juga baru dimulai," jawabnya sembari tersenyum tipis.Seketika aku memalingkan wajahku saat dia menoleh ke arahku. Sebenarnya beberapa hari lalu ia mengirim pesan, dan karena masalah yang sedang aku hadapi, aku mengacuhkan pesannya. Aku takut dia menganggapku sebagai penipu."Oh, iya ... kenalkan, namanya Ruela, dia sahabatku!""Dan Ruela, kenalkan dia Felix, pemilik club' malam ini," ujar Calista.Aku menyodorkan tanganku sembari menunduk, aku tidak ingin ia mengenaliku, di depan Calista."Hay ... senang sekali bisa bertemu lagi denganmu!"Aku mendongak karena terkejut, aku pikir dia tidak mengingatku. Senyuman lebar ia layangkan kepadaku saat menyapa.'Apa yang harus aku lakukan?'"Wah ... kalian sudah saling kenal?" tanya Calista dengan antusias."Kami pernah bertemu di jalan," jawabku."Oh ....""Felix ....""Ya, aku ke sana!"Huft!Beruntung saat itu ada seseorang yang memanggilnya, sehingga aku tidak perlu lama-lama dengan rasa ketidaknyamanan."Ruela, dengarkan aku ... nikmati pestanya, jangan pedulikan si B4jingan itu, anggap saja kamu adalah seorang gadis sekarang. Oke!""Cih ...." Aku hanya berdesis sembari tersenyum tipis menjawab ucapan Calista."Kalau begitu, aku pergi menghampiri mereka dulu, nikmatilah pestanya ...."Setelah Calista pergi, aku hanya terduduk sembari memandangi mereka. Tempat ini begitu asing bagiku.TringTiba-tiba gawaiku mendapatkan notifikasi pesan masuk, gegas aku membukanya.Suamiku (Aku, tidak bisa pulang, Direktur mengajakku makan bersama di luar)Aku hanya membacanya tanpa ada niat membalas.Ting2 pesan masuk MiaMia (Gambar)Mia (video)Mia mengirimkan gambar Frans dan Renata di sebuah restoran dan video mereka memasuki apartemen.NyuuuttBohong jika aku tidak merasakan sakit, tapi perasaanku sekarang lebih ke mati rasa. Meski begitu, air mataku tetap saja lolos dan membasahi pipi."Ah ... sial ...!"Aku menuangkan wiski yang berada di atas meja ke dalam gelas yang ada di hadapanku, lalu meminumnya dengan sekali tenggakkan.Terasa keras membakar tenggorokan, tapi itu tidak bisa membuatku berhenti memikirkan Frans dan juga Renata.Aku kembali menuangkan wiski dan meminumnya sampai kepala ini terasa pusing, dan perlahan melupakan dua sampah itu.Samar-samar aku melihat seorang laki-laki yang duduk di sampingku."Ruela ....""Hmm ...."Felix ....Senyuman yang menggoda saat memanggil namaku, suara Felix terdengar renyah dan seperti memiliki khas tersendiri."Apa kamu merasa terganggu jika aku di sini?" tanyanya."Tidak, lakukanlah apa yang kamu mau," jawabku.Jika diperhatikan, laki-laki ini memiliki wajah yang rupawan.Bola mata biru dan rahang yang kokoh juga memiliki postur tubuh yang sempurna gagah juga tinggi.Dia menuangkan minuman untukku, tanpa sungkan aku menerimanya dan meminumnya hingga tandas."Ruela, apa kamu memiliki seorang kekasih?" tanyanya."Tidak, Calista bilang aku seorang gadis," jawabku dengan yakin.Ia tersenyum saat mendengar jawabanku, sekali lagi senyuman itu sangat menggoda. Sehingga aku terpesona.Ah … ada apa denganku? Ini bukan waktunya mengagumi pria muda."Apakah kamu sedang mencoba mendekatiku?" tanyaku."Ya ... mungkin kamu tidak akan percaya, tapi jika boleh jujur aku menyukaimu sejak pandangan pertama," ucapnya."Pandangan pertama ...?"Aku menyunggingkan ujung bibirku sembari tersenyum getir, di antara banyak cinta. Cinta pada pandangan pertama yang menurutku sangat tidak masuk akal."Oh ... begitu kah?" tanyaku meliriknya."Ya ....""Kalau begitu, maukah kamu menghabiskan malam denganku?"Rasanya aku benar-benar gila, pasti dia akan menjauh setelah mendengar pertanyaanku. Karena menganggapku wanita aneh."Baiklah ...."Apa dia seorang laki-laki yang baik?Ah ... apa peduliku, aku hanya butuh sesuatu untuk membuatku melupakan para sampah itu dari ingatanku.'Lagi pula, aku hanya akan melakukannya sekali dengannya dan kita juga tidak akan bertemu lagi.'"Kalau begitu tunggu aku, aku akan mengambil kunci mobil lalu kita pergi bersama!”____&&&____Lobby hotel"Aku menginap di hotel ini, ayo ikuti aku!" ajaknya sambil menggenggam tanganku dan menuntunku.Aku seperti seorang dungu, yang hanya berjalan mengikutinya tanpa berani bertanya, tapi langkah kami terhenti saat berada di depan salah satu pintu kamar hotel.Apa ini kamarnya?Ia mengeluarkan sebuah kartu kunci menempelkannya ke handle pintu kamar hotel, pintu kamar itu terbuka, Felix terus mem*nduku hingga berada di dalam kamar tersebut.DagDigDugKamar yang luas, seketika tatapanku terus menyelidiki seluruh penjuru, "Bukankah ini, sweet Room?""Duduklah, aku akan mandi terlebih dahulu ...."Apa yang aku lakukan?Rasa mabuk tadi langsung hilang seketika, aku tidak tahu akan sejauh ini dengan laki-laki yang baru saja aku kenal.Kepalaku yang semula pusing berubah menjadi bingung tidak karuan ….Aroma ruangan ini hampir dipenuhi seperti aroma tub*h Felix yang memiliki kesan manis dan menyegarkan.Aku terus gelisah dan mulai tidak tenang, sementara Felix sedang mandi. Aku berpikir untuk keluar dari kamar tersebut dan meninggalkan Felix begitu saja.Benar ... aku tidak bisa melakukannya.Tring"Astaga!"Aku terkejut dengan suara notifikasi gawaiku sendiri, aku mengambilnya dari tas lalu melihat bahwa Mia mengirimkan sebuah video.Mia (Video)Dari gambar yang Mia kirimkan, aku melihat semua teman pramugari dan para pilot berkunjung ke apartemenku.Apa mereka bercanda?Jadi kemarin mereka hanya pura-pura menyesalinya?Aku mengambil tas dan mantelku lalu bergegas untuk pergi, tapi tiba-tiba langkahku terhenti saat ponselku terus berdering karena menerima panggilan.1 panggilan masuk MiaAku menerima panggilan tersebut, tapi Mia tidak berbicara sama sekali yang ada hanya suara kegaduhan orang berlari."Dengar Renata! Aku berjanji akan meninggalkan Ruela setelah semua selesai. Aku harus memindahkan kepemilikan atas properti yang kami miliki bersama!"DeghApakah ini percakapan Frans dan Renata?"Percayalah, dan tolong sabar ....""Sabar kamu bilang! Sudah lima tahun aku sabar menjadi simp*nanmu!"Apa? Jadi mereka melakukan perselingkuhan itu sudah sejak lima tahun yang lalu? Mereka benar-benar gila. Jadi selama Renata tinggal bersama kami rupanya mereka sudah bermain api.Gil*! Ini benar-benar gil*. Selama itu aku tidak menyadarinya sedikitpun? Pandai sekali mereka bersandiwara …."Apa kamu menunggu lama?" tanya Felix yang keluar dari kamar mandi dengan jubah handuknya.Aku mematikan panggilan dan ponselku lalu melemparkannya ke atas kasur bersamaan dengan mantelku, kemudian berjalan ke arah Felix.Saat kami berhadap-hadapan ia menatapku dengan bingung. Wajar saja ia akan kebingungan dengan sikapku yang aneh ini.Aku merangkulnya dengan kedua tanganku, dengan lembut aku mengecup bib*rnya. Jantungku berpacu lebih cepat dari biasanya, seolah-olah sangat menantang.Apakah seperti ini yang dirasakan Renata dan Frans saat b*rc*mbu mesra di belakangku?"Apa yang kamu pikirkan, Ruela?" tanyanya."Ah ... aku hanya takut kamu akan menganggapku aneh," jawabku.Felix menarik daguku dengan lembut dan perlahan ia men*mp*lkan bib*rnya dengan b*birku.Cup"Kalau begitu, mulai sekarang aku yang akan melakukannya. Kamu hanya perlu menerima setiap tindakan yang akan aku lakukan terhadapmu ....""Tolong ... buat aku hanya memikirkan kamu untuk malam ini ...."Felix begitu bersemangat saat mel*m*t b*bir ini, ia nampak piawai memainkan l*dahnya di dalam mul*tku.S*ntuhan lembut tangannya memberikan r*ngs*ngan dan sensasi yang mengg*ir*hk*n, aku tahu ini salah dan tidak membenarkannya.Tapi untuk malam ini saja aku ingin melepaskan kepahitan dan penderitaanku ….Jika mereka saja bisa membuatku terluka, lantas mengapa aku tidak?Aku sengaja mematikan ponsel, aku tidak ingin ada yang mengganggu waktuku, sejenak aku menatap keluar jendela, perasaan hampa sesaatku rasakan.Hati ini merasa kosong, dan pikiranku di penuhi kenangan kejadian semalam yang begitu menggairahkan.Apakah Frans juga merasakan yang sama?Tujuh tahun bukanlah waktu yang sebentar, aku menjalani rumah tangga tapi semua itu hancur dalam sehari.Kepercayaanku selama ini telah ia sia-siakan, sebenarnya apa artiku untuknya. Jika saja cinta itu telah hilang seharusnya dia berbicara dan meminta perpisahan bukan berkhianat seperti ini.Tapi kini aku merasa bersyukur di pernikahan yang sudah tujuh tahun, aku belum memiliki anak dengan Frans."Kita sudah sampai ..." ucap sang supir, seketika membuyarkan lamunanku.Namun, dari kejauhan aku dapat melihat seorang wanita paruh baya berada di depan gerbang.“Siapa wanita itu? Kenapa dia mondar-mandir seperti itu? Apa tidak ada yang membukakan pintu untuknya?” gumamku.Gegas aku membayar ongkos taksi, lalu
"Ruel ... Maukah kamu menjadi pacarku?""...Maaf Kristian, aku tidak bisa karena aku sudah berkencan dengan Frans.""Tapi Ruela, Frans bukan laki-laki baik!""Aku yakin suatu saat dia pasti berubah."___&&&___Aku masih mengingatnya dengan jelas saat Kris mengatakan perasaannya dulu kepadaku. Mungkin aku menyesal tapi bukan karena menolak Kris, baik Kris maupun Frans mereka bagiku tetap sama-sama pria bajing4n.Sesuai keinginannya, dengan di antar oleh Calista aku pergi ke hotel tempat yang di janjikan."Kamu yakin, Ruela?" tanya Calista ia menatapku dengan cemas.Sebenarnya banyak keraguan di dalam hatiku, tapi kali ini aku berada dalam posisi yang tidak memiliki pilihan untuk mundur.Aku turun dari mobil dan memasuki hotel tersebut, sepanjang perjalanan aku terus berpikir kenapa di dunia ini banyak laki-laki berengsek. Bukan hanya Frans tapi juga Kris, dia adalah rekan kerja Frans juga suami dari sahabatku Viona seorang pramugari.Kamar xxAku mengetuk pintu, tidak lama kemudian p
Aku tersadar, pandanganku menatap dinding langit-langit yang sepertinya tidak asing."Apa aku masih di kamar hotel?"Ternyata obat itu begitu kuat, kepalaku masih terasa berat sehingga aku masih saja merasakan pusing walau tadi sempat tidak sadarkan diri.Aku beranjak dan bersandar di bahu ranjang, tatapanku penuh selidik ke setiap sudut kamar tersebut.Kamar ini terasa lebih luas dan bersih, tapi siapa yang membawaku?Tunggu sebentar….Aku melihat kedalam selimut … Beruntung pakaianku masih utuh semua, aku menjadi paranoid setelah mengetahui bahwa tidak ada laki-laki yang baik di sekitarku.Aku bernafas lega, tapi samar-samar aku mendengar suara gemericik air dari kamar mandi.DeghCeklekSeseorang keluar dari kamar mandi dan bodohnya aku langsung berpura-pura tidur kembali."Aku pikir dia tadi terbangun?"Suara ini ... Aku pernah mendengarnya, tapi siapa dia?Perlahan aku mulai membuka mata dan mencoba mengintip orang yang sudah membawaku.Betapa terkejutnya aku saat melihat Felix y
Hari ke 2Ini adalah hari keduaku di kota paris dan aku berencana berada di sini hingga 15 hari kedepan, entah karena jet lag atau aku benar-benar di fase lelah. kemarin, seharian penuh aku hanya menghabiskan waktuku untuk tidur. Orang bilang jika perasaan kita lelah maka fisik kita akan ikut lelah dan kemarin aku merasakannya tanpa sebab badanku seperti lemas tidak bertenaga, tapi balasannya aku kesulitan untuk tidur.Berkali-kali aku melihat jam, terasa lama sekali jam berputar. Membuat aku semakin merasa jenuh."Apa aku harus keluar?"Aku berganti pakaian, bersiap-siap untuk pergi mencari makan. Kebetulan tempat yang aku tinggali tidak jauh dari menara Eiffel mungkin hanya perlu naik kereta dan melewati satu stasiun.Aku mengambil mantel dan juga tasku yang berisi dompet juga ponsel tidak lupa aku membawa paspor untuk berjaga-jaga.Aku dan Calista tinggal di sebuah apartemen, kata Calista biaya Apartemen sudah ditanggung oleh klien yang menyewa jasanya selama di Paris.Aku keluar A
Apatermen Felix"Masuklah ..."Aku benar-benar merasa Dejavu, bagaimana bisa kita bertemu bahkan sekarang Apartemen yang aku tempati saling berhadapan dengan Apartemen Felix.Begitu masuk mataku di buat terkejut bahkan kagum saat melihat kondisi Apatermen yang benar-benar bersih.'Apa dia memiliki pembantu?'Ya ... Aku adalah seorang ibu rumah tangga, ketika melihat kondisi rumah yang sangat bersih dan tertata rapi seperti ini sungguh memanjakan mata.“Sebaiknya kamu pergi mandi dan ganti pakainmu," ucapnya, entah mengapa ia tidak berani menatapku."Lihat itu bajumu basah. Jika tidak segera berganti pakaian, nanti yang ada masuk angin,” ucapnya dengan memalingkan wajah, aku merasa aneh dan melihat ke arah bahuku. Rupanya pakaian dalamku terlihat jelas karena baju yang aku kenakan menjadi tembus pandang saat basah terkena air hujan. Sontak aku menarik mantelku dan menutupinya.“Tapi, aku tidak punya baju ganti.”
Aku dan Felix menikmati anggur, yang mungkin harganya bisa membeli sebuah sepeda motor, dan itu semua membuat semakin terlihat bahwa ia bukanlah laki-laki dari kalangan biasa.Kami berdua mengobrol dengan santai, kami tertawa bersama membicarakan sesuatu yang ringan. Dari obrolan kami sangat nyambung, meski terlihat lebih muda tapi pola pikirnya begitu dewasa dan semakin membuatku kagum akan kepribadiannya.Felix lebih banyak mendengarkan dan memberikan pandangan positif terhadap ceritaku, sesekali ia tersenyum sembari menatap ke arahku. Jujur aku merasa senang karena ada orang yang menikmati ceritaku, biasanya Frans akan sibuk dengan ponselnya ketimbang mendengarkan aku berbicara.Tapi semakin lama, aku semakin larut dalam cerita juga anggurnya. Apa mungkin karena aku mabuk? atau karena aku merasa nyaman?Felix yang duduk di sampingku kemudian terus menatapku dengan serius, aku mencoba membalas tatapannya. Bola mata yang biru seperti mengandung s
Aku benar-benar merasa sangat jenuh, tanpa ada ponsel dunia benar-benar sepi.Hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun bahkan tanpa membuka gawai, hah … sungguh membosankan.Aku tidak ingin melamun karena itu hanya akan membuat aku kepikiran dengan Frans ...Sebentar ... benar beberapa hari ini, aku tidak memikirkannya. Dan jika diingat-ingat lagi aku lebih sering memikirkan Felix.Gila, sejak kapan aku menjadi wanita tidak tahu malu?Huft … ini semua karena aku terlalu sering bertemu dengan pria itu."Calista ...!" Teriakku karena jenuh.Tiba-tiba terdengar suara kunci pintu yang terbuka, aku langsung berlari ke arah pintu dan melihat Calista pulang dengan seorang pria bule."Terimakasih, sayang ...."Mereka berciuman saat berpisah di depan pintu, setelah itu pria bule tersebut pergi dan Calista membuka pintu.Cklek."Calista ...?" Aku menatapnya dengan tatapan penuh selidik, aku ben
Restoran Chef Felix cuisiner Restoran yang cukup besar, dengan interior romantis. Tapi kami tentu saja tidak melewati pintu depan karena masih ramai pengunjung, Felix menuntunku ke pintu samping restauran, saat Felix membuka pintu semua mata tertuju kepada kami.Membuatku merasa malu karena menjadi perhatian semua orang."Chef ... ada apa?" tanya seorang waiters perempuan muda, "Kenapa kembali lagi?""Tidak perlu pedulikan kami dan lanjutkan pekerjaan kalian,” ucapnya dengan nada dingin.Aku terkesiap mendengar Felix berbicara dengan nada dingin seperti itu."Baik Chef!”Semua pekerja begitu patuh padanya, tapi ada yang membuat aku heran saat waiters bertanya.Felix terus menuntunku melewati pegawainya jelas kami tidak luput dari tatapan mereka, Kami sampai di sebuah ruangan, warna hitam dan gold nuansa yang mewah. Aku begitu kagum dengan selera Felix yang menurutku sangat bagus."Mandilah gunakan air