Share

Hasrat dari luka (21+)

Bab 5.

Kemeja berwarna hitam, dan jam tangan yang melingkar di tangannya. Laki-laki itu terlihat bak model yang sedang berjalan di atas catwalk saat menghampiri kami.

"Felix ... sorry, aku baru bisa datang ," ucap Calista.

"Tidak masalah, acaranya juga baru dimulai," jawabnya sembari tersenyum tipis.

Seketika aku memalingkan wajahku saat dia menoleh ke arahku. Sebenarnya beberapa hari lalu ia mengirim pesan, dan karena masalah yang sedang aku hadapi, aku mengacuhkan pesannya. Aku takut dia menganggapku sebagai penipu.

"Oh, iya ... kenalkan, namanya Ruela, dia sahabatku!"

"Dan Ruela, kenalkan dia Felix, pemilik club' malam ini," ujar Calista.

Aku menyodorkan tanganku sembari menunduk, aku tidak ingin ia mengenaliku, di depan Calista.

"Hay ... senang sekali bisa bertemu lagi denganmu!"

Aku mendongak karena terkejut, aku pikir dia tidak mengingatku. Senyuman lebar ia layangkan kepadaku saat menyapa.

'Apa yang harus aku lakukan?'

"Wah ... kalian sudah saling kenal?" tanya Calista dengan antusias.

"Kami pernah bertemu di jalan," jawabku.

"Oh ...."

"Felix ...."

"Ya, aku ke sana!"

Huft!

Beruntung saat itu ada seseorang yang memanggilnya, sehingga aku tidak perlu lama-lama dengan rasa ketidaknyamanan.

"Ruela, dengarkan aku ... nikmati pestanya, jangan pedulikan si B4jingan itu, anggap saja kamu adalah seorang gadis sekarang. Oke!"

"Cih ...." Aku hanya berdesis sembari tersenyum tipis menjawab ucapan Calista.

"Kalau begitu, aku pergi menghampiri mereka dulu, nikmatilah pestanya ...."

Setelah Calista pergi, aku hanya terduduk sembari memandangi mereka. Tempat ini begitu asing bagiku.

Tring

Tiba-tiba gawaiku mendapatkan notifikasi pesan masuk, gegas aku membukanya.

Suamiku (Aku, tidak bisa pulang, Direktur mengajakku makan bersama di luar)

Aku hanya membacanya tanpa ada niat membalas.

Ting

2 pesan masuk Mia

Mia (Gambar)

Mia (video)

Mia mengirimkan gambar Frans dan Renata di sebuah restoran dan video mereka memasuki apartemen.

Nyuuutt

Bohong jika aku tidak merasakan sakit, tapi perasaanku sekarang lebih ke mati rasa. Meski begitu, air mataku tetap saja lolos dan membasahi pipi.

"Ah ... sial ...!"

Aku menuangkan wiski yang berada di atas meja ke dalam gelas yang ada di hadapanku, lalu meminumnya dengan sekali tenggakkan.

Terasa keras membakar tenggorokan, tapi itu tidak bisa membuatku berhenti memikirkan Frans dan juga Renata.

Aku kembali menuangkan wiski dan meminumnya sampai kepala ini terasa pusing, dan perlahan melupakan dua sampah itu.

Samar-samar aku melihat seorang laki-laki yang duduk di sampingku.

"Ruela ...."

"Hmm ...."

Felix ....

Senyuman yang menggoda saat memanggil namaku, suara Felix terdengar renyah dan seperti memiliki khas tersendiri.

"Apa kamu merasa terganggu jika aku di sini?" tanyanya.

"Tidak, lakukanlah apa yang kamu mau," jawabku.

Jika diperhatikan, laki-laki ini memiliki wajah yang rupawan.

Bola mata biru dan rahang yang kokoh juga memiliki postur tubuh yang sempurna gagah juga tinggi.

Dia menuangkan minuman untukku, tanpa sungkan aku menerimanya dan meminumnya hingga tandas.

"Ruela, apa kamu memiliki seorang kekasih?" tanyanya.

"Tidak, Calista bilang aku seorang gadis," jawabku dengan yakin.

Ia tersenyum saat mendengar jawabanku, sekali lagi senyuman itu sangat menggoda. Sehingga aku terpesona.

Ah … ada apa denganku? Ini bukan waktunya mengagumi pria muda.

"Apakah kamu sedang mencoba mendekatiku?" tanyaku.

"Ya ... mungkin kamu tidak akan percaya, tapi jika boleh jujur aku menyukaimu sejak pandangan pertama," ucapnya.

"Pandangan pertama ...?"

Aku menyunggingkan ujung bibirku sembari tersenyum getir, di antara banyak cinta. Cinta pada pandangan pertama yang menurutku sangat tidak masuk akal.

"Oh ... begitu kah?" tanyaku meliriknya.

"Ya ...."

"Kalau begitu, maukah kamu menghabiskan malam denganku?"

Rasanya aku benar-benar gila, pasti dia akan menjauh setelah mendengar pertanyaanku. Karena menganggapku wanita aneh.

"Baiklah ...."

Apa dia seorang laki-laki yang baik?

Ah ... apa peduliku, aku hanya butuh sesuatu untuk membuatku melupakan para sampah itu dari ingatanku.

'Lagi pula, aku hanya akan melakukannya sekali dengannya dan kita juga tidak akan bertemu lagi.'

"Kalau begitu tunggu aku, aku akan mengambil kunci mobil lalu kita pergi bersama!”

____&&&____

Lobby hotel

"Aku menginap di hotel ini, ayo ikuti aku!" ajaknya sambil menggenggam tanganku dan menuntunku.

Aku seperti seorang dungu, yang hanya berjalan mengikutinya tanpa berani bertanya, tapi langkah kami terhenti saat berada di depan salah satu pintu kamar hotel.

Apa ini kamarnya?

Ia mengeluarkan sebuah kartu kunci menempelkannya ke handle pintu kamar hotel, pintu kamar itu terbuka, Felix terus mem*nduku hingga berada di dalam kamar tersebut.

Dag

Dig

Dug

Kamar yang luas, seketika tatapanku terus menyelidiki seluruh penjuru, "Bukankah ini, sweet Room?"

"Duduklah, aku akan mandi terlebih dahulu ...."

Apa yang aku lakukan?

Rasa mabuk tadi langsung hilang seketika, aku tidak tahu akan sejauh ini dengan laki-laki yang baru saja aku kenal.

Kepalaku yang semula pusing berubah menjadi bingung tidak karuan ….

Aroma ruangan ini hampir dipenuhi seperti aroma tub*h Felix yang memiliki kesan manis dan menyegarkan.

Aku terus gelisah dan mulai tidak tenang, sementara Felix sedang mandi. Aku berpikir untuk keluar dari kamar tersebut dan meninggalkan Felix begitu saja.

Benar ... aku tidak bisa melakukannya.

Tring

"Astaga!"

Aku terkejut dengan suara notifikasi gawaiku sendiri, aku mengambilnya dari tas lalu melihat bahwa Mia mengirimkan sebuah video.

Mia (Video)

Dari gambar yang Mia kirimkan, aku melihat semua teman pramugari dan para pilot berkunjung ke apartemenku.

Apa mereka bercanda?

Jadi kemarin mereka hanya pura-pura menyesalinya?

Aku mengambil tas dan mantelku lalu bergegas untuk pergi, tapi tiba-tiba langkahku terhenti saat ponselku terus berdering karena menerima panggilan.

1 panggilan masuk Mia

Aku menerima panggilan tersebut, tapi Mia tidak berbicara sama sekali yang ada hanya suara kegaduhan orang berlari.

"Dengar Renata! Aku berjanji akan meninggalkan Ruela setelah semua selesai. Aku harus memindahkan kepemilikan atas properti yang kami miliki bersama!"

Degh

Apakah ini percakapan Frans dan Renata?

"Percayalah, dan tolong sabar ...."

"Sabar kamu bilang! Sudah lima tahun aku sabar menjadi simp*nanmu!"

Apa? Jadi mereka melakukan perselingkuhan itu sudah sejak lima tahun yang lalu? Mereka benar-benar gila. Jadi selama Renata tinggal bersama kami rupanya mereka sudah bermain api.

Gil*! Ini benar-benar gil*. Selama itu aku tidak menyadarinya sedikitpun? Pandai sekali mereka bersandiwara ….

"Apa kamu menunggu lama?" tanya Felix yang keluar dari kamar mandi dengan jubah handuknya.

Aku mematikan panggilan dan ponselku lalu melemparkannya ke atas kasur bersamaan dengan mantelku, kemudian berjalan ke arah Felix.

Saat kami berhadap-hadapan ia menatapku dengan bingung. Wajar saja ia akan kebingungan dengan sikapku yang aneh ini.

Aku merangkulnya dengan kedua tanganku, dengan lembut aku mengecup bib*rnya. Jantungku berpacu lebih cepat dari biasanya, seolah-olah sangat menantang.

Apakah seperti ini yang dirasakan Renata dan Frans saat b*rc*mbu mesra di belakangku?

"Apa yang kamu pikirkan, Ruela?" tanyanya.

"Ah ... aku hanya takut kamu akan menganggapku aneh," jawabku.

Felix menarik daguku dengan lembut dan perlahan ia men*mp*lkan bib*rnya dengan b*birku.

Cup

"Kalau begitu, mulai sekarang aku yang akan melakukannya. Kamu hanya perlu menerima setiap tindakan yang akan aku lakukan terhadapmu ...."

"Tolong ... buat aku hanya memikirkan kamu untuk malam ini ...."

Felix begitu bersemangat saat mel*m*t b*bir ini, ia nampak piawai memainkan l*dahnya di dalam mul*tku.

S*ntuhan lembut tangannya memberikan r*ngs*ngan dan sensasi yang mengg*ir*hk*n, aku tahu ini salah dan tidak membenarkannya.

Tapi untuk malam ini saja aku ingin melepaskan kepahitan dan penderitaanku ….

Jika mereka saja bisa membuatku terluka, lantas mengapa aku tidak?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status