Share

Rencana

Di dalam kamar

Aku terduduk lemas di atas kasur, tapi tatapanku terus tertuju kepada lemari, dan membuat aku teringat bahwa di dalam sana ada sebuah berangkas kecil yang suamiku gunakan untuk menyimpan barang-barang berharga.

Aku beranjak dan mencoba menguatkan tumpuanku untuk berjalan menuju lemari tersebut, lalu membuka lemari itu melihat brankas milik suamiku.

Aku yang berniat membuka brankas tersebut, terlebih dahulu berlari ke arah pintu untuk menguncinya. Aku tidak ingin sampai ada yang mengetahui apa yang sedang aku lakukan. Setelah mengunci pintu aku kembali lagi ke brankas, kemudian menekan sandi yang tidak lain adalah tanggal lahir frans. Saat pintu brankas itu terbuka, aku langsung mengambil berkas-berkas yang ada di dalamnya.

Terdapat surat tanah dan beberapa sertifikat bangunan atas namanya sendiri. Seketika membuat dada ini kembali sesak. Dan yang paling parahnya lagi, aku menemukan salah satu apartemen milikku berubah menjadi atas nama dirinya.

"B4jing4n, belum cukupkah dia berselingkuh? Sekarang dia ternyata mencuri aset milikku."

Tanganku mengepal kuat, gigi bergemeretak kesal … kali ini aku tidak bisa bersabar lagi. Aku mengambil beberapa berkas lalu mengamankannya dalam tas milikku.

Enak saja dia ingin menguasai ini semua sendirian setelah apa yang dia lakukan terhadapku!

Emosiku memuncak, aku berjalan keluar kamar melihat suamiku yang masih tertawa riang bersama teman-temannya juga Renata.

Tanpa berpikir panjang, aku menghampirinya dengan emosi yang belum stabil.

Aku menatapnya dengan penuh kebencian, hingga tiba-tiba ….

Plak!

Tamparan keras mendarat di pipi Frans. Seketika seisi ruangan menjadi hening dan semua menatap ke arahku.

Bagaimana tidak, tamparan itu begitu menggema di ruangan ini.

"Ruela ... apa yang kamu lakukan?" tanya Frans yang terkejut dengan sikapku. Tangannya memegangi pipinya yang memerah.

"Hah ... maaf, dari kejauhan aku tadi melihat lalat di pipimu. Aku takut dia akan buang kotoran di wajahmu," ucapku beralasan dan pura-pura mabuk.

Asal kamu tahu, Frans … satu tamparan itu tidak sebanding dengan apa yang telah kamu lakukan terhadapku!

Dan kau, wanita penghianat tidak tahu diri … tunggu waktunya, aku akan membalasnya juga untukmu!

________&&_______

2 hari kemudian

Hari ini Calista pulang, dan aku sudah janji akan bertemu dengannya di kantor firma hukum.

"Akhirnya kamu datang juga ... bagaimana kondisimu, Ruela?"

"Apa kamu baik-baik saja?"

Degh!

Pertanyaan Calista memang sederhana, tapi entah mengapa terdengar memilukan untukku.

Selama dua hari ini aku tidak baik-baik saja, bahkan aku kehilangan selera makan.

Bayangan kedua pengkhianatan itu selalu menari-nari di pikiranku, membuat batinku tersiksa.

Suara menjijikan Renata dan Frans terekam jelas di ingatanku.

Aku menangis tersendu-sendu dihadapan Calista ….

"Hiks ... hiks ...."

"Ruela ...?"

Calista menatapku dengan cemas, dia beranjak dan memelukku dengan erat.

Tangisanku semakin pecah, aku tidak bisa membendungnya lagi. Aku menceritakan semua yang terjadi kepada Calista.

"B4jing4n!"

Setelah mendengar semuanya, ia bahkan lebih marah daripada aku. Seperti biasa ia akan mengeluarkan kata-kata kasarnya tanpa terkendali.

Calista adalah temanku semenjak SMK. Kami juga satu kampus, akan tetapi kami memilih jurusan yang berbeda.

Dia adalah satu-satunya temanku yang menentang pernikahanku dengan Frans, bahkan kami sempat hilang kontak selama satu tahun.

"Sudahlah, Ruela ... bukankah terlalu sayang air matamu hanya untuk menangisi para sampah itu?"

"Dari awal aku sudah tidak menyukai Renata, bahkan saat kamu mengenalkannya padaku dulu. Aku merasa ada yang aneh dari gadis itu!" ujarnya dengan nada yang meradang.

"A—aku ingin berhenti menangis, tapi ... air mata ini keluar dengan sendirinya," ucapku sembari sesegukan.

"Lalu, ke depannya apa yang ingin kamu lakukan? Apa kamu akan menyingkirkan Renata atau menceraikan Frans?"

Aku tertegun mendengar pertanyaan dari Calista, sejujurnya aku tidak memikirkannya karena yang ada di dalam pikiranku adalah mengatasi rasa sakit ini dan mengambil apa yang menjadi milikku.

"Apakah kamu siap, jika harus berpisah dengan Frans?"

Bagaimana ini, apa aku bisa hidup tanpa Frans?

Tapi perasaanku mengatakan jika aku tidak bisa mencintainya lagi, bahkan untuk melihat wajahnya saja aku tidak kuasa.

"Aku ingin berpisah ...."

"Kamu yakin?"

Degh

Apa yang aku lakukan ini sudah benar?

Sejenak aku terdiam dan memikirkannya kembali, sebenarnya apa yang aku inginkan.

Bayangan Frans yang sedang bercumbu bersama Renata kembali terbesit di dalam pikiranku dan itu sangat menyakitkan.

Benar, aku tidak ingin mendapatkan rasa sakit yang lebih parah dari ini.

"Ya ...."

"Baiklah kalau begitu, kita harus menemui seseorang."

Calista mencoba menghubungi seseorang melalui gawainya, ia nampak serius ketika berbicara di telepon.

Selang setengah jam, seorang gadis muda datang ke ruangan Calista. Ia sangat cantik dan mempesona.

"Ruela perkenalkan dia, Mia, dan Mia, dia Ruela, orang yang akan memakai jasamu!"

Sebenarnya apa yang direncanakan oleh Calista sampai-sampai ia menggunakan gadis muda?

"Ruela, apa kamu bisa membiarkan Mia untuk tinggal di apartemen milikmu yang bersebelahan dengan apartemen yang ditinggali Renata?"

"Untuk apa?"

"Mia adalah floger, akan tinggal di samping Renata untuk mengumpulkan bukti-bukti yang akan kamu butuhkan nanti," tutur Calista.

Aku mulai mengerti, jadi Calista menjadikan Mia untuk memata-matai Frans.

"Bagaimanapun caranya, aku akan membuat Frans dan Renata menjadi pihak bersalah di persidangan kita nanti!"

Jujur aku merasa senang dengan adanya Calista di pihakku. Mungkin jika tidak ada dia, aku akan kebingungan setengah mati, juga kehilangan hartaku.

"Berapa yang harus aku bayar untuk memakai jasa Mia?"

"Kamu hanya perlu memberinya tempat tinggal dan membiayainya selama dia menjalankan tugas," tutur Calista.

"Baiklah, aku tidak masalah dengan itu," jawabku.

"Oke, masalah tempat tinggal dan biaya hidup Mia sudah terselesaikan. Masalah Ruela juga sudah menemukan titik terang, ayo berjabat tangan sebagai tanda kerjasama!" seru Calista.

Setelah memberikan alamat dan sandi apartemen kepada Mia, Calista mengajakku pergi ke suatu tempat.

Club' malam

Sebuah club' malam yang sangat ramai, banyak para pemuda yang sedang menari.

Suara dentuman musik yang menggemakan gendang telinga, aku sudah sangat lama tidak ke tempat seperti ini, mungkin setelah aku menikah.

"Callista ... kenapa baru datang?"

Calista membawaku ke sekumpulan orang-orang, dengan penampilan mewah.

"Aku baru pulang dari luar kota," jawabnya, "Dan perkenalkan ini temanku, Ruela," ucap Calista memperkenalkanku kepada mereka.

"Hay, Ruela ...."

"Ngomong-ngomong, di mana bintang utama kita?"

"Tadi dia menerima panggilan dan berpamitan ke luar sebentar," jawab salah satu teman Calista.

"Mereka adalah colegaku, dan ini adalah pesta penyambutan teman kami dari Jerman," ujar Calista.

Dia adalah seorang pengacara, jadi wajar banyak kenalan orang-orang penting.

"Nah ... itu dia, Felix!" ucap salah satu temanya sembari menunjuk seseorang di belakangku.

Degh ....

Bukankah dia laki-laki yang aku serempet beberapa hari lalu?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status