Share

Pelayan special untuk Lea

Bara berdiri merapihkan kemejanya yang sedikit berantakan, lalu melangkah maju menatap wajah Lea yang terus menunduk.

"Davino?" panggil Bara.

"Iya, Tuan."

"Kira-kira hukuman apa yang pantas kuberikan pada gadis tak tahu diri ini?" ucap Bara, membuat Lea mengangkat wajahnya ke atas dan menggeleng cepat. Lea tak mau dihukum apapun.

"Sebaiknya ..."

"Aaaaaaa ... lepaskan!" baru saja Vino akan menjawab, Bara sudah menggendong gadis itu ala bridal style.

Bara membawanya ke dalam kamar dan menghempaskan tubuh Lea ke atas ranjang.

Brakkk

"Kau bermain-main denganku, Lea! Kau melupakan sesuatu yang sudah menjadi kesepakatan kita berdua." Bara mengepalkan tangannya erat-erat dan sedikit menggeram.

"Maafkan aku, Tuan. Aku rasa kau tidak berhak mengurungku seperti ini! Tolong lepaskan aku!" Lea hendak berdiri, tapi Bara langsung menahan pergelangan tangannya dan kembali menghempaskan tubuh Lea ke atas ranjang.

Tangan Lea mendorong kuat-kuat dada Bara, namun pria sialan itu malah mengapit kedua tangan Lea dan menatapnya seperti monster yang siap menerkam. Bara langsung melumat bibir Lea saat gadis itu ingin berteriak. Lea berontak sekuat tenaga, tapi semakin lama Lea merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Ia pasrah di bawah Kungkungan Tuan kejam yang ingin menyerangnya. Tanpa peduli ciuman itu seakan mengambil seluruh persediaan napasnya. Lea mencengkram bed cover, tidak tahu mana yang membuatnya sesak, saat dirinya tertangkap lagi, atau ciuman Bara yang membuat kepalanya terasa berputar. Bibir pria itu seakan meraup bibir Lea, menghisap bibir bawah dan atasnya secara bergantian.

Dengan sedikit paksaan Bara menghentikannya dengan wajah mereka yang masih tanpa jarak.

"Semua yang ada di dirimu adalah milikku," ucap Bara masih dengan napas tersengal.

Lea tak mengerti sepenuhnya ucapan Bara tersebut. Tapi, jika ia mencoba menelaah, bagi Bara dirinya adalah bonekanya. Dia sudah memutuskan untuk menjadi bagian dari segala permainan Bara, dan sudah semestinya dia menuruti segala permintaan pria ini. Termasuk menyerahkan seluruh kehidupannya pada Bara.

Bara bangun dan duduk di tepi pembaringan, kemudian memasang kembali kancing-kancing kemejanya yang terbuka.

"Jika sekali lagi kau melarikan diri, aku tidak segan membuat perhitungan padamu!" Bara langsung keluar kamar setelah mengatakan itu.

Sementara Lea, bersandar di tepi ranjang sambil memeluk kedua lututnya. Sakit? Tentu saja hatinya sakit diperlakukan seperti ini. Mengapa takdir begitu kejam mempertemukan ia dengan Bara akibat kesalahan pahaman yang terjadi. Semua seperti mimpi buruk baginya.

Larut dalam kesedihan, Lea pun tertidur pulas.

Jam menunjukkan pukul 10 malam, Lea terbangun saat sentuhan tangan memeluk erat dirinya dari belakang. Saat Lea hendak menyingkirkan tangan itu, justru pria itu memeluknya semakin erat.

"Kau mau kabur lagi?" ucapan Bara yang terdengar seksi di telinganya, membuat Lea menarik napas perlahan. Aroma yang tercium dari mulut pria itu membuat tubuhnya langsung meremang.

Lea pun memutar perlahan tubuhnya ke belakang menatap Bara dengan intens. Kini wajah keduanya hanya berjarak beberapa senti.

Tampan, mungkin kata itu yang ingin Lea ucapkan. Lelaki di depan matanya ini sungguh sempurna, memiliki rahang tegas, alis tebal, dan hidung yang mancung. Namun semua itu berbanding terbalik dengan sikapnya yang arrogant.

"Aku ingin ke kamar mandi," ucap Lea.

Bara langsung membuka matanya menatap wajah Lea yang terlihat sembab. Beberapa hari bersama gadis ini Bara menyadari sifatnya yang tidak mudah ditebak. Kadang Lea menjadi penurut, kadang juga ia suka melawan. Bara harus bisa mengendalikan emosinya saat bersama Lea.

"Mandilah, dan pakai baju yang sudah ku siapkan di lemari!" ucap Bara membuat Lea mengangguk. Toh, dirinya hanya punya baju yang menempel di dirinya saat ini. Bara tak mungkin mengijinkan ia untuk mengambil semua baju-bajunya di kontrakan.

Selesai mandi, Lea hendak memakai baju yang katanya sudah disiapkan Lelaki itu. Tetapi saat membuka lemari, Lea terhenyak melihat banyaknya pakaian wanita yang berjejer rapi di dalam sana. Apakah Bara memang sengaja menyediakan ini untuknya? Semua pakaian ini terlihat sangat mahal. Tak banyak berpikir, Lea langsung mengambil satu dress yang menarik perhatiannya, sebuah dress warna hitam yang dipadukan putih dengan motif bunga yang elegan. Lea langsung mengenakannya dan memutar tubuhnya di depan cermin. Tanpa sadar, senyum terukir di bibir manisnya. Kali pertama Lea memakai pakaian semewah ini. Mungkin Lea tak sanggup membeli pakaian ini, tapi untuk CEO arrogant seperti Bara Melviano yang memiliki perusahaan besar, buka mustahil baginya jika ingin membeli satu stel pakaian wanita seperti yang dia kenakan sekarang. Jangankan satu stel, satu mall pun bisa dia beli dengan sekejap mata.

Tunggu, apa yang kau lakukan Lea? Tidakkah dia menyadari bahwa sepasang mata memperhatikannya dari tadi. Sontak Lea menoleh ke belakang melihat Bara yang kini tengah menatapnya tanpa berkedip. Lelaki itu duduk santai dengan menyilangkan kakinya sambil menopang dagu.

Wajah Lea langsung merah merona. Ia menundukkan pandangannya sambil menggigit bibir bawahnya.

"Kenapa kau malu? Aku suka melihatmu seperti itu. Berputar ria di depan cermin dan senyum-senyum sendiri seperti orang gila." Bara menyunggingkan senyum, ia berjalan menghampiri Lea.

"Jika kau senang, aku akan membelikannya lagi," ucap Bara. Ia menyentuh lembut pipi Lea yang terus menunduk. "Kau cantik."

Mendengar pujian itu, Lea langsung mendongak menatap wajah Bara. Apa dirinya tidak salah dengar? Seorang Tuan kejam yang tega menyiksanya waktu itu kini sikapnya berubah 180 derajat. Mana mungkin? Keduanya pun larut dalam tatapan masing-masing. Bara hendak menyatukan bibirnya di bibir Lea, namun suara ketukan pintu membuatnya langsung tersadar.

"Maaf mengganggu, Tuan. Ada yang ingin bertemu dengan Anda," ucap Vino sambil membungkuk hormat.

"Ya." Bara langsung keluar kamar dan mengunci pintu, meninggalkan Lea yang masih terpaku di tempatnya.

"Mengapa tatapan itu berbeda?" Lea sedikit tercenung. "Ah, tidak! Tuan kejam itu tidak boleh mencintaiku! Tapi, mana mungkin Lea. Sekelas Bara Melviano pasti bukan dirinya. Kau ini hanya budak. Ya, Kau hanya budak pelampiasannya." Lea mengingatkan dirinya sendiri.

Ceklek

Seorang wanita dewasa datang dengan membungkuk hormat.

"Perkenalkan, Nona. Nama saya Olivia, dan Nona bisa memanggil saya Oliv," ucapnya memperkenalkan diri. "Saya pelayan special yang ditugaskan memenuhi kebutuhan yang Nona Lea minta," ucap Oliv dengan senyum yang mengembang.

"Apa?" Lea tidak salah dengar kan? Untuk apa Bara memerintahkan pelayan special untuknya? Bukankah statusnya di rumah ini hanya budak?

"Tidak, kau pasti salah, Oliv. Aku di sini bukan siapa-siapa, dan kalaupun aku butuh sesuatu aku bisa sendiri," ucap Lea.

"Ini semua atas perintah Tuan Bara dan Nona tidak bisa menolak!" ucap Oliv.

Apa maksud lelaki itu? Lea sungguh dibuat bingung. "Aku akan bicara dengan Tuan Bara, di mana dia?"

"Tuan Bara sedang keluar kota. Maka dari itu saya ditugaskan untuk menemani Anda."

"Keluar kota? Tuan Bara tidak mengatakan apapun tadi," ucap Lea terkejut. "Eh, lagi pula aku bukan siapa-siapa. Mana mungkin Tuan Bara akan ijin jika mau pergi kemana. Itu bukan urusanku."

"Tapi, bukankah ini kesempatan bagus untuk melarikan diri? Tidak ada salahnya mencoba lagi. Ia akan pergi jauh dimana Bara tidak akan pernah bisa menemukannya lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status