Share

Gadis yg tulus

Lea menyipitkan mata saat cahaya pagi menerpa matanya.

"Bodoh, kenapa aku bisa ketiduran." padahal Lea sudah menyiapkan cara bagaimana ia bisa keluar dari istana ini dengan memanfaatkan Oliv.

Perlahan Lea bangun dan duduk di tepi pembaringan. Saat tak sengaja melihat dirinya di pantulan kaca, Lea pun terkejut karena dirinya sudah berganti pakaian. Padahal semalem Lea masih memakai dress dan belum menggantinya. Di tengah kebingungannya, Oliv datang entah dari mana.

"Saya yang mengganti pakaian Anda semalem, Nona."

Dengan senyum mengembang, Oliv berdiri di hadapan Lea sambil membungkuk hormat.

"Kalau Nona butuh sesuatu jangan sungkan beritahu saya. Untuk sarapan pagi, chef profesional sudah menyiapkan sarapan untuk Nona di meja makan."

Tidak! Ini sungguh berlebihan. Bara tidak mungkin memerintah Oliv memperlakukannya seperti Ratu di mansion ini. Mengingat perlakuan Bara waktu itu, mana mungkin dia berubah dalam sekejap. Atau mungkin pria itu punya maksud terselubung untuk mengelabui Lea?

Lupakan hal itu, ini kesempatan emas yang tidak akan datang dua kali. Lea bergegas untuk mandi setelahnya menghabiskan sarapan.

Selesai sarapan, Lea meminta Oliv mengantarnya ke taman belakang. Namun, dengan berat hati Oliv menolak. Sebab Bara tidak mengijinkan Lea kemana-mana setelah sarapan.

"Maaf, Nona. Anda harus masuk kamar lagi," ucap Oliv.

"Sebentar saja, Oliv. Aku ingin menghirup udara segar," ucap Lea memohon.

"Maaf, Nona. Tapi, Tuan bilang Anda tidak boleh melewati batas. Jika Anda melanggar, maka saya akan dihukum." Oliv mengatakan itu sambil menunduk ketakutan.

Lea menarik napas pelan. Pupus sudah harapannya untuk melarikan diri lagi. Kali ini, ia harus mengkhawatirkan nasib Oliv. Jika Bara sudah mengancamnya, pria itu tak segan-segan melakukan tindakan.

Dengan wajah lesu, Lea pun hendak kembali ke dalam kamar. Tapi baru beberapa langkah, ada seorang yang memanggilnya.

"Tunggu!" ucap wanita paruh baya.

Lea menoleh menatap wanita yang masih cantik di umurnya yang sudah tak lagi muda itu. Imelda berjalan anggun mendekati Lea.

"Siapa namamu gadis manis?" Imelda bertanya dengan senyum manisnya.

"A-aku Lea, Tante," jawab Lea gugup.

"Lea, saya adalah Imelda, ibu kandungnya Bara," ucapnya dengan ramah.

Sontak Lea terkejut, bagaimana bisa pria arrogant seperti Bara memiliki Ibu yang lembut seperti Imelda.

"Salam kenal, Tante," ucap Lea merasa gugup.

Imelda mengangguk, kemudian berkata "Saya sudah tahu semuanya dari Vino tentang kamu. Saya akan bantu Kakak mu mencari bukti bahwa dia tidak bersalah. Maafkan anak Tante, Lea."

Mendengar ucapan itu wajah Lea pun langsung sumringah.

"Benarkah Tante akan bantu Kakak ku? Tolonglah aku, Tante. Aku tidak mau menjadi budak Tuan Bara seumur hidup," ucap Lea dengan mengatupkan kedua tangannya di dada.

"Ya, Tante janji. Kau bersabarlah," ucap Imelda seraya mengusap lembut pipi Lea.

Sementara di kediaman lain, Bara melempar ponsel di tangannya hingga hancur berkeping-keping. Ia sangat marah mengetahui keberadaan sang mamah di rumahnya dan ikut campur urusannya.

Bara sendiri bingung dengan perasaannya. Mengapa seolah ia takut kehilangan gadis itu? Mengapa ia memberikan pelayanan bagus dengan mengirim Oliv sebagai pelayan special untuk Lea? Gadis itu pasti sedang mentertawakannya dan berpikir kalau ia mencintainya.

"Tidak, aku tidak mencintai gadis itu! Dengan memberi pelayanan yang nyaman, dia mungkin tidak akan pernah berpikir untuk kabur, karena aku di luar kota. Setelah aku kembali, dia akan kembali merasakan kepedihan seperti yang kuberikan waktu itu!" gumam Bara dengan rahang yang mengeras.

"Aaaaaaaa ...!"

Bara menghamburkan barang yang ada di dekatnya hingga semua berserakan di lantai. Perasaannya dengan Lea sungguh membuat kepalanya pusing. Bara terus membentengi hatinya aga tak jatuh cinta dengan gadis itu.

Mendengar suara keributan dari dalam, Vino pun langsung masuk. Ia melihat semua barang berantakan dan sudah pasti semua itu ulah Tuannya. Davino tidak kaget. Emosi pria yang menjadi Tuannya memang tidak stabil jika sedang marah. Vino langsung memberikan ponsel cadangan untuk Bara yang pasti akan dibutuhkan. Entah untuk ke berapa kali Bara membanting ponselnya hingga hancur berkeping-keping.

Bara menarik napas perlahan berusaha meredakan emosinya yang memuncak. Ia menjatuhkan bokongnya di kursi sambil memijat pelipisnya.

"Apa perlu kita batalkan kontrak dengan Pak Samsul, agar kita pulang sekarang, Tuan?" Davino mengerti apa yang dipikirkan Tuannya saat ini.

"Tidak! Aku tak akan membatalkan kontrak kerja sama ini hanya karena gadis itu," ucap Bara.

"Baiklah." Davino pun meninggalkan Bara sendirian.

Malam hari.

"Tuan, ini sedikit tambahan informasi tentang Nona Lea." Davino memberikan sebuah map coklat, menggesernya ke hadapan Bara.

Bara bungkam. Dia sedikit terhenyak membaca fakta itu. Emosinya mereda, berganti dengan rasa ingin tahu yang lebih besar. Ada sedikit rasa bersalah yang tiba-tiba menyergap. Di saat yang sama, dia ingin tahu seperti apa kehidupan Lea, keluarganya, juga semua yang berhubungan dengannya.

"Bagaimana kalau suatu saat memang Randy tidak bersalah, Tuan? Apa Anda akan membebaskan Nona Lea?" tanya Vino membuat Bara menatapnya serius.

"Bodoh! Kau yang mengirim perselingkuhan mereka padaku kan? Jika memang pria itu tak bersalah, kau akan ku bunuh sudah memberi informasi yang tidak jelas!"

Davino meneguk salivanya.

"Saya akan selidiki lebih lanjut dan masih mencari bukti yang akurat," ucap Vino.

Bara pun mengibaskan tangannya menyuruh Davino keluar.

Untuk beberapa saat, Bara termenung memikirkan ucapan asistennya itu. Bagaimana kalau Randy memang tidak bersalah. Apakah ia sanggup melepas gadis itu. Sementara sekeras apapun ia berusaha membentengi hatinya, pikirannya tetap tertuju pada Lea.

"Kenapa aku bisa jatuh cinta secepat ini?" Bara memijat pelipisnya yang terasa pusing. "Sial, kau pasti sudah gila, Bara!" Pria itu membodohi dirinya sendiri.

Hampir 30 tahun hidup di dunia, Bara tak pernah segampang ini luluh dengan wanita termasuk dengan kekasihnya sendiri. Bara berpacaran dengan sherren atas dasar kesepakatan bersama. Kalau tidak karena sesuatu, Bara tak akan sudi menjalin hubungan dengan wanita murahan seperti Sherren. Satu tahun menjalin hubungan dengan wanita itu, tak mudah membuat dirinya jatuh cinta. Padahal berbagai upaya Sherren lakukan agar Bara jatuh cinta padanya.

Tring

Satu pesan masuk ke dalam ponselnya Oliv. Ia langsung membaca isi pesan tersebut yang ternyata dari Tuannya.

"Sedang apa gadis itu?" Bara bertanya.

Oliv pun memotret Lea yang tengah tertidur pulas dengan memakai piyama berwarna pink yang seksi, sehingga menampilkan paha mulus Lea yang terpampang jelas.

Saat balasan masuk ke dalam ponselnya, Bara pun langsung membaca dan melihat foto tersebut.

"Kenapa wajah gadis ini membuatku nyaman. Melihat dia tertidur seperti ini, aku merasa dia gadis yang tulus," gumam Bara seraya memandangi wajah cantik Lea. Tanpa sadar senyum terukir di bibirnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status