Share

Hasrat Sang Pewaris
Hasrat Sang Pewaris
Author: Chana Lee

Diajak Tidur Dosen Cantik

"Tidurlah denganku!" ucap Laura -sang dosen kepada mahasiswanya.

DEEEEGH!

Saka terkejut, ia yang datang ke ruangan Laura untuk bimbingan skripsinya malah diajak untuk tidur.

"Ti -tidur dengan Anda, Bu?" Saka melebarkan matanya, ia terkejut dengan syarat yang diajukan oleh dosen pembimbinnya itu.

"Ya, kamu mau ACC dariku, kan?" Jawab Laura sambil menutup skripsi milik Saka yang beberapa menit lalu ia terima.

Saka pun menunduk dengan jantung yang berdebar-debar. Ia tak mengerti dengan tingkah Laura yang tiba-tiba berubah.

Sebelumnya, pernah beberapa kali Saka menemui Laura untuk bimbingan seperti ini namun, semua berjalan baik-baik saja, tak ada yang aneh.

Meski harus diakui, jika beberapa kali Saka hilang konsentrasi karena melihat belahan pada dada Laura yang terlihat mempesona.

Bagai mana tidak, Laura ini adalah dosen termuda dengan paras cantik yang diidolakan oleh banyak lelaki termasuk dosen dan mahasiswa di sana.

Bahkan, Saka sendiri pun sejatinya mengagumi kecantikan Laura -dosen pembimbingnya itu, yang kini mengajaknya untuk tidur dan tengah menunggu jawaban dari Saka.

Saka menelan salivanya berkali-kali.

Sementara Laura tersenyum tipis, ia menatap dan menjelajahi setiap jengkal tubuh Saka yang kokoh dan bugar, berbeda jauh dengan tubuh suaminya yang buncit, yang bekerja di luar negeri dan hanya pulang setahun dua kali saja.

"Aku akan menjamin nilai A untuk sidang skripsimu nanti, aku juga akan melunasi tunggakan kuliahmu," lanjut Laura sambil bangkit kemudian berjalan menghampiri Saka dengan langkah gemulai.

Seketika saja, wangi farpum tipis yang khas menguar dan menelusup ke rongga hidung Saka yang lancip sempurna.

Jantung Saka semakin berdegup kencang, tak beraturan oleh suhu aneh yang tiba-tiba terasa di ruangan itu.

Keimanan Saka sudah pasti runtuh jika saja ia tidak ingat bahwa Laura sudah bersuami.

"Maaf, a -aku tidak bisa, Bu?" jawab Saka terbata sambil mengatasi detak jantungnya yang tak beraturan.

Laura terlihat kecewa, ia lantas duduk kembali di kursinya seraya bersedekap dan menatap Saka dengan lekat.

"Apa aku kurang cantik? apa aku tidak menarik bagimu?" tanya Laura dengan lirih.

Saka langsung mengerjap, pertanyaan seperti itu terasa menghantam hatinya, karena ia selalu tak tega jika melihat wanita manapun bersedih.

"Bu -bukan begitu, Bu. Tapi- " Saka menghentikan ucapannya saat melihat mata Laura yang perlahan mulai menitikkan air matanya.

Saka merasa, jika ada masalah di dalam hidup Laura, atau mungkin dalam keluarganya hingga Laura menjadi seperti ini. Bahkan hingga Laura berani mengajaknya tidur.

"Ibu sangat cantik, ibu menarik kok," kata-kata itu spontan keluar dari mulut Saka.

Laura langsung mengangkat wajahnya sambil menatap Saka.

"Kalau begitu, lakukanlah, Saka!" sambar Laura.

Saka kembali mengerjap.

"Aku tahu kamu udah bekerja keras untuk menyelesaikan kuliah ini, pikirkan baik-baik! Gak ada ruginya tidur denganku, gak akan berbekas untukmu, bukan!" rayu Laura.

"Kita saling menguntungkan. Cobalah berpikir logis, dengan ngojek mana mungkin kamu bisa melunasi tunggakan kuliahmu yang besar!" lanjut Laura mencoba untuk mempengaruhi Saka.

Sementara, Saka berkali-kali menelan salivanya sambil berpikir.

Tawaran yang menggiurkan, apalagi Laura adalah satu-satunya dosen yang ia idolakan di kampus ini.

Kecantikan serta tubuh indahnya layak untuk didambakan lelaki manapun. Tapi ...

"Maaf, Bu. Aku tidak bisa melakukannya," tegas Saka mencoba teguh.

Mendengar jawaban itu, wajah Laura kini terlihat merah padam. Ia menatap Saka dengan wajahnya yang memerah, mungkin malu bercampur marah.

"Baiklah! Tapi mulai sekarang aku tidak bisa membantumu lagi, semoga kamu bisa lulus kuliah tanpa bantuanku. Sekarang ... KELUAR DARI RUANGANKU!" Laura sambil menunjukkan jarinya yang bergetar ke arah pintu.

"Ta -tapi, Bu- " Saka mulai panik, karena tanpa acc atau tandatangan dari Laura, maka mustahil ia bisa menyelesaikan kuliahnya.

"Keluar!" sentak Laura, "kamu hanya boleh kembali ke ruangan ini jika kamu berubah pikiran," lanjutnya murka.

Saka pun akhirnya keluar dari ruangan itu dengan membawa kekecewaan, kesedihan, serta kebingungan di hatinya.

Saka tak mengerti kenapa dosennya itu bisa berubah seperti ini.

Apa sedang ada masalah dengan suaminya? Atau ...

Aaaaargh! Saka benar-benar tak mengerti.

Saka berjalan meninggalkan gedung dosen itu dengan lunglai.

Masalah yang ia alami terasa membebani pikirannya.

Saka berniat untuk menemui kekasihnya untuk berkeluh kesah padanya, namun tiba-tiba saja ... mata Saka terbelalak saat ia melihat sosok Wilma -kekasihnya yang turun dari mobil Porsche hitam.

Tatapan Saka semakin nanar saat ia melihat kekasihnya itu di gandeng oleh Damian -pemilik mobil mewah itu yang merupakan anak orang terkaya nomor satu di kota ini.

Di kampus ini tak ada yang tak kenal Damian, semua Mahasiswa hingga Dosen tak berani macam-macam terhadapnya.

Damian bagai pangeran kampus sementara Saka hanyalah gembel kampus.

Jika Damian datang ke kampus dengan Porsche mewahnya, Saka hanya datang dengan motor murahannya.

Pakaian Damian serba branded, sementara pakaian Saka seluruhnya bernilai tak lebih dari 100 ribu saja.

Keduanya bagai langit dan bumi.

Akan tetapi, Saka tak terima saat ia melihat kekasihnya digandeng oleh Damian.

Sebagai lelaki, meski pun miskin, tapi ia harus punya harga diri.

Dada Saka bergemuruh, ial berjalan menghampiri Damian dan langsung menghadangnya.

Mata Damian langsung membulat menyambut Saka.

"Beraninya kamu menghadang langkahku, dasar gembel kampus!" hardik Damian yang malah semakin mengeratkan gandengan tangannya kepada Wilma.

"Lepaskan tanganmu, dia pacarku," sentak Saka dengan suara bergetar sambil menunjuk Wilma yang hanya diam.

"Hahaha, pacarmu? Benarkah?" celetuk Damian sambil terkekeh.

Wajah Damian terlihat songong dan sangat menyebalkan.

Saka mendengus kemudian tangannya merogoh tangan Wilma.

Namun tanpa di duga, Wilma tiba-tiba menghempaskan tangan Saka dengan kasar.

"Aku bukan pacarmu lagi!" sentak Wilma sambil membulatkan matanya kepada Saka dengan tatapan jijik.

"Apa maksudmu, Wilma? Kapan kita putus?"

Saka terhenyak seiring dada yang kini terasa sesak.

Namun, Wilma malah tersenyum sambil bergelayutan di tangan Damian.

"Apa kamu gak sadar, aku jadi pacarmu hanya agar kamu mau untuk mengerjakan tugas-tugas kuliahku saja," celetuk Wilma sambil menatap nyinyir wajah Saka.

"Harusnya kamu mikir, wanita secantik aku mana mau pacaran sama pria miskin seperti kamu, aku hanya memanfaatkanmu saja," lanjut Wilma dengan terang-terangan sambil tersenyum puas.

Tak nampak sedikit pun rasa bersalah atau penyesalan yang nampak dari wajah cantik Wilma.

"Hahahaaha dasar gembel!"

"Miskin aja sok jago, Damian dilawan!"

Para Mahasiwa yang menyaksikan di sana turut menghujat Saka, tentunya agar mereka mendapatkan simpati dari Damian.

"Pintar urusan akademik tapi ternyata bodoh dan bego urusan cinta, memalukan!" ledek Damian sambil mendorong tubuh Saka hingga Saka terdorong beberapa meter ke belakang.

"Kamu itu miskin, uang kuliah aja nunggak, harusnya kamu sadar diri, gak pantas kamu bersanding dengan wanita secantik Wilma," lanjut Damian sambil mengelus kulit pipi Wilma yang terlihat putih dan lembut.

"Wanita cantik ini akan bekerja di RS Delangga milik papaku, hidupnya akan lebih baik, sementara kamu ... kamu gak akan pernah lulus dari kampus ini, kamu akan jadi gembel selamanya, hahaha!" lanjut Damian dengan jumawa.

Wilma diam saja, ia nampak bangga saat pipinya dielus oleh anak pengusaha terkaya nomor satu dan sangat berpengaruh di kota ini.

Saka pun berjalan mendekati Wilma, "Wilma, dengarkan aku! Aku mencintaimu, aku bisa mem-"

CUUUUH!

Tiba-tiba saja Wilma mengeluarkan cairan lengket dan menjijikan dari mulutnya hingga mengenai kain kemeja yang Saka kenakan.

Saka terhenyak, meski telah akrab dengan hinaan dan ejekan, tapi seumur hidupnya, ini kali pertama dirinya diludahi.

Saka mematung, tubuhnya bergetar menahan amarah serta rasa malu yang bergemuruh di dadanya.

"Minggir kau, gembel!" sentak Damian sambil mendorong tubuh Saka dengan keras hingga Saka terjatuh dan bibirnya terasa sakit mencium lantai.

Damian pun menginjak punggung Saka, melangkahinya seraya berjalan sambil menggandeng Wilma dengan jumawa.

"Pacaran tuh sama tembok!"

Gelak tawa pun kembali pecah membuat Saka benar-benar sangat tak berharga di sana, bahkan tidak lebih berharga dari sampah-sampah yang berserakan.

Perlahan Saka bangkit sambil meringis, ia berjalan menuju motor tuanya di parkiran dengan perasaan yang porak-poranda.

'Lihat saja nanti, aku akan membuat kalian berlutut dan menjilati kakiku!' rutuk Saka di dalam hatinya.

Hatinya sungguh terasa tercabik-cabik.

Namun ... baru saja ia tiba di area parkiran, ponselnya tiba-tiba berdering, sebuah nama berakhiran Sadewa di layar ponselnya membuatnya terbelalak.

Dengan gesit Saka menekan layar ponselnya, nampaklah sebuah pesan yang telah ia tunggu selama empat tahun lamanya.

[Tuan Muda Saka Sadewa, empat tahun sudah berlalu, tes pertama sudah selesai, sesuai perjanjian ... Anda akan melanjutkan tes selanjutnya sebelum mewarisi semua harta kekayaan keluarga Sadewa.]

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status