Share

Bab 3

Penulis: Cececans
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-11 22:50:26

Lily pergi dari kamar Marko dengan kesal setelah Marko menolaknya mentah-mentah.

Apa kurangnya dia? Jika dibandingkan dengan Stella, kakaknya, Lily tak kalah cantik. Bahkan tubuhnya lebih montok. Dan, dadanya juga lebih besar.

Lily duduk di meja makan dengan muka merah padam. Bayangan kejantanan Marko tadi terus menghantui pikirannya.

Dia tak pernah menduga jika Marko, kakak iparnya yang terkenal tak berguna itu ternyata menyimpan sesuatu yang sangat berharga.

Padahal, selama ini Stella sering mengeluh tentang pernikahannya dengan Marko pada Lily. Termasuk Marko yang tidak bisa memuaskan Stella sama sekali dan mencukupi kebutuhan biologisnya. Namun, pandangan di kamar mandi tadi membantah segalanya. Marko jelas bisa memuaskan kakaknya, bahkan lebih dari itu. Atau jangan-jangan Stella justru belum tahu betapa milik Marko luas biasa perkasa.

Lily menggigit bibir bawahnya, berusaha keras mengalihkan pikirannya. Tapi, bayangan milik Marko yang besar dan memancang terus muncul di kepalanya.

Kalau Kak Stella tahu, apa dia akan lebih menjaga Kak Marko dan menjauhkannya dariku? Pikir Lily penasaran, dan semakin tertarik pada Marko.

***

Marko mengendarai motor tua yang mesinnya sering tersendat sambil bersiul. Dia sudah melupakan kejadian tadi dengan Lily, dan memilih fokus bekerja.

Sebagai kurir pengantar makanan sebenarnya bukanlah pekerjaan yang Marko inginkan. Tapi, dia tak memiliki pekerjaan lain yang lebih bagus.

Pemilik tubuhnya ini—si Marko Hubert—hanyalah lulusan sekolah menengah, miskin, dan lemah. Meski, Marko menguasai banyak jurus bela diri, sayangnya tak bisa dia gunakan pada tubuh yang lemah ini.

Saat berhenti di lampu merah. Ada beberapa orang yang menghina Marko.

"Hey, Marko! Masih jadi babu makanan ya?! Hahahaha," teriak salah satu orang di pinggir jalan.

Marko hanya meliriknya sekilas, memilih untuk mengabaikannya.

Lagi pula yang dihina pemilik tubuhnya, dan bukan dirinya yang asli. Dia tak perlu memusingkan orang-orang tak penting seperti mereka.

Lampu merah berganti hijau, Marko menjalankan kembali motornya.

Di sepajang jalan, dia menemukan wajah Marko Davies menghiasi tempat gym, dan toko pakaian bermerk.

Kabar terakhir mengenai dirinya hanyalah Marko Davies, sang juara tak terkalahkan itu dikabarkan hilang tanpa kabar setelah merayakan pesta ulang tahunnya yang ke 55.

Padahal Marko Davies ada di sini. Ada di dalam tubuh Marko Hubert. Mengendarai motor butut dengan pakaian lusuh, serta tubuh yang bermandikan keringat karena cuaca sedang panas-panasnya.

Begitu sampai di depan sebuah apartemen, Marko turun dari motornya dan memarkirnya di seberang jalan.

Sambil membaca alamat yang dia tulis di hp jadulnya, dia mulai menapaki lantai lift.

"Nomor 10," gumam Marko memeriksa setiap pintu apartemen.

Sebuah pesan masuk, mengganggu perhatian Marko.

[Sebuah Misi: Sentuh wanita seksi dan kuatkan tubuhmu. Semakin intens, semakin besar kekuatanmu].

Pesan yang sama sebelumnya sudah pernah Marko terima. Dari nomor asing.

Marko tak mempedulikan pesan itu, dan memilih mengetuk pintu apartemen.

"Permisi, Fast Food!" teriak Marko lantang.

Menunggu sesaat, pintu terbuka perlahan dan seorang wanita cantik muncul.

Marko mengangkat pandangan, dan terkejut bukan main melihat wanita cantik di depannya.

"Kak Eliz ya?"

"Panggil Eliz saja," balas si wanita dengan tersenyum ramah. Tubuhnya dibalut selimut tebal berwarna putih, memperlihatkan sebagian kulitnya yang cerah.

"Baik, Nona Eliz. Ini pesanan Anda." Marko mengangsurkan sekotak makanan ke depan Eliz.

Eliz yang menerima kotak tersebut, tak sengaja melepaskan selimut yang sebelumnya melapisi tubuhnya.

Mata Marko membulat melihat tubuh polos Eliz yang putih dan mulus. Ternyata Eliz tak memakai apapun di balik selimut itu.

Pandangan Marko kemudian turun ke bagian di antara kedua paha Eliz yang tak tertutupi apapun. Seketika miliknya mengeras.

"Ah, maaf. Aku ...." Eliz buru-buru memungut selimutnya, tapi dia yang sudah membungkuk tak sengaja melihat bagian menonjol di balik celana Marko.

Eliz terkekeh pelan. "Sepertinya kau perlu bantuanku. Karena kau baik dan cekatan, aku akan membantumu," ucapnya melupakan selimutnya yang teronggok di lantai, lalu berjalan pelan mendekati Marko.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hasrat Terkuat Marko yang Melegenda   Bab 108 (TAMAT)

    Seminggu kemudian. Marko Hubert dan Victor akhirnya bertemu untuk pertama kalinya di turnamen UFC. Meski, bagi Marko ini tidak benar-benar pertama kalinya.Marko Hubert kini berdiri di belakang panggung arena UFC, mengenakan celana pendek pertarungan hitam dengan garis emas di sisi. Tangannya telah dibalut dengan perban putih, siap untuk menghadapi tantangan terbesar dalam hidupnya. Victor.Sorakan dari ribuan penonton menggema di dalam arena. Lampu sorot menerangi oktagon di tengah stadion, sementara layar raksasa menampilkan wajah Marko dan Victor berdampingan.Di sisi lain ruangan, Victor tengah melakukan pemanasan, tubuhnya penuh dengan otot keras hasil latihan bertahun-tahun. Dia adalah juara bertahan, seorang petarung dengan rekor tak terkalahkan. Mata tajamnya menatap lurus ke arah layar, lalu beralih ke Marko yang berdiri di seberang lorong.Seorang official menghampiri mereka. "Saatnya masuk."Marko menarik napas panjang, lalu melangkah ke dalam lorong panjang yang akan memba

  • Hasrat Terkuat Marko yang Melegenda   Bab 107

    Marko berjalan dengan langkah mantap di antara mayat-mayat yang berserakan di markas Rio Davies. Tangannya masih berlumuran darah, tapi bukan darahnya sendiri, melainkan darah para lawannya yang telah dia habisi tanpa ampun. Tubuhnya terasa ringan, tidak ada luka yang berarti, meskipun dia baru saja menghadapi pasukan pembunuh bayaran terbaik yang dimiliki Rio Davies.Di gendongannya, Stella menggeliat pelan. Matanya yang masih sedikit sayu menatap wajah Marko dengan kebingungan."Marko, kau mau membawaku ke mana?" Suara Stella lemah, tapi masih terdengar jelas di tengah keheningan yang mencekam ini.Marko tidak langsung menjawab. Dia hanya mempererat genggamannya pada tubuh Stella dan terus berjalan keluar dari bangunan yang kini dipenuhi oleh mayat.Di luar, udara malam terasa dingin, berbeda dengan panasnya pertarungan brutal yang baru saja dia lalui. Bintang-bintang bertaburan di langit, seolah mengamati setiap langkahnya dengan diam.Marko menemukan sebuah mobil yang masih dalam

  • Hasrat Terkuat Marko yang Melegenda   Bab 106

    Dorrr!!!Peluru itu melesat cepat menuju kepala Marko.Rio Davies tersenyum penuh kemenangan.Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi.Clangg!!!Peluru itu mengenai kulit Marko, namun bukannya menembus, peluru itu justru terpental seolah menabrak baja yang tak terlihat.Mata Rio Davies membelalak. "Apa-apaan ini?!"Marko hanya tersenyum miring. Dia menurunkan kepalanya sedikit, menatap Rio dengan sorot mata dingin. Level legendanya membuat Marko mendapatkan kemampuan baru yang membuat dirinya tidak mempan ditembak ataupun ditusuk pisau.Rio menembak lagi.Dorr!!! Dorr!!! Dorrr!!!Satu, dua, tiga peluru ditembakkan, semuanya mengenai tubuh Marko.Namun, hasilnya sama.Peluru itu tak mampu melukai Marko."Bajingan!" Rio Davies melompat dari kursinya, menggertakkan giginya. Dia memutar badannya, memberikan kode dengan tangannya.Dari balik pintu samping, muncul delapan orang berpakaian hitam dengan wajah tanpa ekspresi.Mereka bukan anak buah biasa.Mereka adalah Shadow Unit, unit pembun

  • Hasrat Terkuat Marko yang Melegenda   Bab 105

    Malam ini. Angin bertiup kencang di sekitar pelabuhan tua. Markas Rio Davies berdiri megah di atas tanah luas yang menghadap langsung ke lautan hitam yang bergelombang. Bangunan beton itu lebih mirip benteng daripada gudang biasa, dengan penjagaan ketat di setiap sudutnya.Dari kejauhan, Marko bisa melihat para penjaga bersenjata mondar-mandir di sekitar gerbang. Mereka semua terlihat waspada, seolah tahu bahwa bahaya bisa datang kapan saja.Marko menarik napas dalam. Dia tahu bahwa menerobos ke dalam akan menjadi hal yang mustahil.Tapi Marko tidak perlu menerobos karena dia memiliki sesuatu yang mereka inginkan. Yaitu sertifikat pulau. Marko akan memancing Rio Davies menggunakan sertifikat itu.Dengan langkah mantap, Marko berjalan ke depan gerbang, sengaja membiarkan dirinya terlihat oleh para penjaga.Butuh waktu kurang dari sepuluh detik sebelum seseorang menyadari kehadirannya."Hei! Siapa yang di sana?! Pergi sebelum kutembak kepalamu!" Salah satu penjaga mengangkat senjatanya,

  • Hasrat Terkuat Marko yang Melegenda   Bab 104

    "Kau ...."Marko berdiri mematung melihat pria yang kini berdiri tegap di depannya.Jantung Marko berdegup semakin kencang, tapi tubuhnya terasa membeku.Di hadapannya seorang pria yang sama sekali tidak asing menatapnya dengan sorot mata tak terbaca. Pria itu adalah tubuhnya sendiri. Marko Davies.Jika sekarang Marko Davies yang sebenarnya berada di tubuh Marko Hubert. Lalu, siapa yang ada di dalam tubuhnya itu?Marko buru-buru bergeleng. "Tidak. Tidak mungkin," gumamnya tidak ingin percaya dengan apa yang ada di hadapannya.Pria di depan Marko itu mengulas senyum. "Apanya yang tidak mungkin?"Marko menatap tajam pria itu. "Siapa kau?! Kenapa kau memakai tubuhku, Sialan?!"Si pria tertawa kecil. "Padahal aku telah lama menunggu waktu bertemu denganmu. Tapi, reaksimu ini sungguh membuatku kecewa, Marko."Marko semakin geram. "Siapa kau, Keparat?! Bagaimana bisa kau memakai tubuhku?! Dan, apa yang kau lakukan di apartemenku?! Apa kau juga yang mengirimkan pesan misterius?!"Si pria ber

  • Hasrat Terkuat Marko yang Melegenda   Bab 103

    "Sialan!"Marko memukul setir mobilnya dengan geram. Mobil yang membawa Jake, Daniel, dan Arnold sudah menghilang di tengah lalu lintas.Dia telah kehilangan jejak mereka.Lalu lintas di kota begitu padat, membuat pengejarannya sia-sia. Rio Davies jelas sudah merencanakan semuanya dengan rapi. Pria itu sangat licik dan memiliki segala taktik untuk melancarkan keinginannya.Marko menarik napas panjang, menenangkan pikirannya. Tidak ada gunanya mengutuk keadaan. Dia harus bergerak cepat.Mata tajamnya menyapu jalanan yang dipenuhi mobil-mobil dan lampu kota yang berkedip. Jika dia tidak bisa mengejar mereka sekarang, dia harus mencari kelemahan lain dalam rencana Rio Davies.Dan ada satu hal yang muncul dalam pikirannya. Sertifikat pulau.Marko lalu berbalik arah, dan menginjak pedal gas. Mobilnya langsung melesat cepat ke arah apartemen milik Marko Davies. Itu adalah satu-satunya tempat yang memiliki sesuatu yang diinginkan Rio Davies selama bertahun-tahun.Sebuah sertifikat pulau yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status