Home / Young Adult / Hasrat Terlarang Abang Ipar / Part 59. Lakukan Sedikit Adegan Dewasa

Share

Part 59. Lakukan Sedikit Adegan Dewasa

Author: Rich Ghali
last update Huling Na-update: 2025-06-01 01:07:56

Pagi-pagi sekali, Mahen sudah siap-siap untuk berangkat kerja menuju rumah sakit. Ia cukup terkejut ketika mendapati bucket bunga semalam kini berada di dalam tong sampah di halaman. Ia mengerutkan kening, Maudy sangat senang dan suka pada bucket itu, mengapa kini tiba-tiba Maudy membuangnya? Atas alasan apa?

Mahen mengerutkan kening karena bingung. Bukannya memajang bunga itu dengan senang hati hingga layu, malah dibuang ke tong sampah seakan tidak berharga sama sekali.

Namun, Mahen mengabaikan. Itu bukan masalah penting. Ia lekas bergegas menuju mobil untuk memanaskan mesin.

“Mas.” Maudy memanggil dengan lembut. Wanita itu datang dengan bekal makanan di tangan. “Buat makan siang.” Maudy menyodorkan kotak bekal itu pada Mahen.

Mahen menerima dengan senyuman. “Makasih.” Ia berucap dengan sangat lembut.

Maudy hanya mengangguk, senyumnya semakin lebar dan mekar.

“Kau membuangnya?” Mahen menoleh pada tong sampah di sudut kanan halaman. Raut wajah itu tampak kebingungan, ingin tahu apa al
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Hasrat Terlarang Abang Ipar   Part 65. Rencana Bulan Madu

    Mahen terbangun di pagi hari, tubuhnya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Ia bangkit untuk duduk, meregangkan otot sebentar, lalu turun dari ranjang. Sorot matanya yang tajam mencari keberadaan Maudy yang kini sudah berstatus menjadi istrinya. Tidak ada Maudy di sana, sementara ia ingat betul jika mereka tidur dalam ranjang yang sama tadi malam setelah berbincang panjang lebar sehabis makan malam.Mahen memeriksa ponsel kerjanya. Tidak ada panggilan masuk sama sekali, pesan juga tidak ada. Tampaknya ia belum akan masuk kerja hari ini.Lelaki berahang keras itu melangkah keluar dari kamar. Pernikahannya dengan Maudy benar-benar menjadi obat paling mujarab. Saat pulang dari rumah sakit kemarin, tubuhnya masih sangat lemah. Kepalanya juga sangat pusing. Namun, kali ini rasa pusing itu tidak bersisa sama sekali. Ia juga sudah lebih kuat dan segar dari sebelumnya.“Sayang.” Mahen memeluk Maudy dari belakang ketika ia melihat wanita itu tengah menyiapkan sarapan.Maudy menoleh, rasanya

  • Hasrat Terlarang Abang Ipar   Part 64. Sah

    Dengan peralatan dan persiapan seadanya, akhirnya ijab kabul tetap dilakukan juga. Karena orang tua atau pun wali Maudy tidak ada, bapak penghulu yang menikahkah mereka.Di dalam kamar mewah dan luas itu, ijab kabul dilakukan dengan hikmat dan senyap.“Saya terima nikah dan kawinnya Maudy Marisa binti Almarhum Bapak Romawi dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar menyusul.” Suara bariton milik Mahen menggema di dalam ruangan itu. Disusul dengan kata sah yang berasal dari Tama dan para saksi yang ada di sana.“Alhamdulillah.”Bapak penghulu mulai memimpin doa untuk pasangan yang baru halal menjadi pasangan suami istri itu. Setelah doa selesai, mereka diminta untuk bersalaman sebagai pasangan.Maudy dan Mahen tampak kikuk dengan status baru mereka. Lelaki berhidung mancung itu tampak mati gaya, ia tidak bisa menyembunyikan rasa gugup yang datang menyerang. Sebab, tiba-tiba diminta untuk melakukan ijab kabul, ia benar-benar tidak memiliki persiapan sama sekali. Terlebih persiapan

  • Hasrat Terlarang Abang Ipar   Part 63. Ayah untuk Sean

    Tiga hari dirawat di rumah sakit, akhirnya Mahen diperbolehkan untuk pulang. Siang ini, Maudy yang mengurus semuanya. Mengurus administrasi untuk kepulangan, memesan taksi karena Maudy tidak bisa menyetir sendiri, memapah Mahen dari halaman rumah sakit menuju taksi, juga dari taksi menuju kamar.Wanita berambut hitam pekat itu mengurus Mahen dengan sangat baik. Seolah lelaki itu adalah pasangan hidupnya.Mahen masih sedikit lemah dengan wajah yang terlihat pucat.Lelaki bertubuh tinggi tegap itu rebahan di atas ranjang dengan dibantu oleh Maudy. Sesekali terdengar batuk yang berasal darinya.“Mau ke mana?” Mahen bertanya ketika melihat Maudy berjalan menuju pintu keluar setelah menyelimuti tubuhnya dengan selimut tebal.“Keluar.” Maudy menjawab dengan lembut.“Kenapa?”“Kenapa apanya?” Kening Maudy tampak berkerut.“Selama di rumah sakit, kau selalu menemaniku. Kau tidak ingin meninggalkanku sama sekali. Mengapa di sini kau tidak ingin menetap di kamarku?”“Ini dan itu berbeda. Sekara

  • Hasrat Terlarang Abang Ipar   Part 62. Jangan Menggodaku

    Mahen benar-benar senang ketika ia mendapat satu kecupan dari Maudy. Itu berupa vitamin baginya, membuat kesembuhannya dua kali lipat berangsur pulih lebih cepat.Siang ini Mahen sudah bisa duduk cukup lama tanpa bersandar sama sekali. Wajahnya yang pucat perlahan mulai terlihat lebih segar. Kini ia sendirian. Sebab, Maudy belum datang, sementara Tama telah berangkat kerja.Pintu ruangan Mahen terbuka. Ia menoleh dengan senyuman ketika mendapati seorang wanita yang masuk dari sana. Namun, senyum itu menghilang ketika Susan yang datang, bukan Maudy.Dari mana wanita itu tahu jika Mahen tengah dirawat di rumah sakit? Mahen menyorotnya dengan bingung. Keningnya berkerut, ia menatap Susan dengan sorot penuh tanda tanya.Susan mendekat dengan senyum manis di bibirnya. Ia membawa keranjang buah, menaruhnya di nakas ketika ia berhenti tepat di samping brankar.“Bagaimana keadaanmu?” Susan bertanya dengan penuh perhatian. Senyum dan tatapannya terlihat sangat tulus.“Sedang apa kau di sini?”

  • Hasrat Terlarang Abang Ipar   Part 61. Dilarikan ke Rumah Sakit

    “Sebaiknya dibawa ke rumah sakit saja.” Dokter menyarankan setelah tubuh Mahen diperiksa.“Dia sakit apa, Dok?” Maudy semakin dibuat panik. Sebab, dokter sampai menyarankan agar Mahen dibawa ke rumah sakit. Bukankah itu pertanda jika kondisinya cukup mengkhawatirkan.“Dia kena tifus.”Maudy menghela napas dengan kasar. Pantas saja Mahen terlihat sangat lemah, ternyata dia terkena tifus. Bukan demam biasa karena kelelahan bekerja. Demamnya sampai separah itu.“Kau dokter, harusnya kau tahu apa yang baik untuk tubuhmu. Kau harusnya lebih peduli pada kesehatanmu.” Maudy memberi nasihat pada Mahen. Wajahnya tidak bisa berbohong jika ia sangat peduli pada kesehatan lelaki itu. Matanya menunjukkan kekhawatiran yang begitu besar. Tifus salah satu penyakit mematikan jika tidak ditangani dengan sangat baik.Mahen hanya tersenyum tipis, tidak melakukan pembelaan sama sekali.“Jangan senyam-senyum kalau diberitahu. Jika kau tidak peduli pada kesehatanmu, pikirkan orang-orang yang menyayangimu.”

  • Hasrat Terlarang Abang Ipar   Part 60. Memperbaiki Diri

    Maudy menatap pintu kamar Mahen dengan pikiran yang dipenuhi oleh tanda tanya. Ini sudah jam delapan pagi, tapi lelaki itu tidak kunjung keluar dari kamar. Ia bahkan telah melewatkan jadwal sarapan pagi ini.“Hanum, tadi malam Mas Mahen pulang jam berapa?” Maudy bertanya pada Hanum yang tengah mengepel lantai ruang tengah.“Kurang tau, Mbak. Aku sudah tidur pas Tuan Mahen pulang.” Hanum menjawab seraya terus mengepel lantai.Maudy menghela napas dengan dalam. Ia raih ponselnya yang berada di atas meja. Ia tekan icon memanggil setelah menemukan nomor lelaki itu.Suara dering terdengar hingga ke tempat Maudy, tapi tidak ada tanggapan sama sekali. Ponsel itu tetap dibiarkan berdering hingga mati sendiri. Maudy mengulangi hingga beberapa kali. Namun, tetap saja tidak ada tanggapan sama sekali.Maudy semakin dibuat khawatir. Ia kembali menekan icon memanggil. Kali ini panggilan diterima oleh Mahen.“Halo.” Suara lelaki itu terdengar serak dan lemah. Seperti orang yang tengah sakit.“Mas, k

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status