Share

Part 64. Sah

Author: Rich Ghali
last update Last Updated: 2025-06-02 23:58:14

Dengan peralatan dan persiapan seadanya, akhirnya ijab kabul tetap dilakukan juga. Karena orang tua atau pun wali Maudy tidak ada, bapak penghulu yang menikahkah mereka.

Di dalam kamar mewah dan luas itu, ijab kabul dilakukan dengan hikmat dan senyap.

“Saya terima nikah dan kawinnya Maudy Marisa binti Almarhum Bapak Romawi dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar menyusul.” Suara bariton milik Mahen menggema di dalam ruangan itu. Disusul dengan kata sah yang berasal dari Tama dan para saksi yang ada di sana.

“Alhamdulillah.”

Bapak penghulu mulai memimpin doa untuk pasangan yang baru halal menjadi pasangan suami istri itu. Setelah doa selesai, mereka diminta untuk bersalaman sebagai pasangan.

Maudy dan Mahen tampak kikuk dengan status baru mereka. Lelaki berhidung mancung itu tampak mati gaya, ia tidak bisa menyembunyikan rasa gugup yang datang menyerang. Sebab, tiba-tiba diminta untuk melakukan ijab kabul, ia benar-benar tidak memiliki persiapan sama sekali. Terlebih persiapan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Hasrat Terlarang Abang Ipar   Part 67. Kesal

    “Papa minta kamu buat resign.” Maudy berucap seraya menatap dengan dalam pada lelaki yang tengah terbaring lemah di brankar. “Kenapa?” Mahen bertanya dengan kening berkerut. Bingung, sebab ia merasa bahwa dirinya tidak melakukan kesalahan apa-apa. Mengapa sang ayah tiba-tiba meminta ia untuk resign? Maudy menghela napas dengan dalam. “Aku menikah denganmu bukan untuk menyaksikan kau sakit seperti ini.” “Kau keberatan untuk merawatku? Kau bisa pulang jika kau merasa terbebani olehku.” Mahen berucap dengan lemah. Tampak gurat kekecewaan memenuhi wajah pucatnya. Sorot Maudy tampak berubah. Senyum miris terbit menghiasai wajah cantiknya. Ia berusaha untuk tidak mengambil hati ucapan lelaki itu. Barangkali ia yang telah salah berucap hingga Mahen memberikan jawaban menohok seperti barusan. Maudy duduk di kursi samping brankar. Ia menatap dengan lekat pada jarum infus yang menancap di punggung tangan Mahen. Hampir dua minggu mereka sah menjadi suami istri, tapi hubungan mereka hany

  • Hasrat Terlarang Abang Ipar   66. Drop

    Maudy terbangun ketika mendengar rengekan putranya. Ia melepas pelukan Mahen di tubuhnya dengan sangat lembut, lalu bangkit untuk duduk. Mahen ikut bangun di saat Maudy melepas pelukan. Ia menggeliat, meregangkan otot-ototnya yang terasa begitu tegang.Ini sudah malam keempat, tapi mereka masih belum melakukan malam pertama layaknya suami istri yang sesungguhnya. Sebab, kondisi Mahen yang kembali memburuk setelah ia masuk kerja kemarin. Ia kembali drop.“Jangan ke mana-mana.” Mahen menahan dengan lembut ketika mendengar langkah kaki Maudy yang hendak beranjak keluar dari kamar. Ia tidak ingin ditinggal sendirian.“Aku keluar sebentar, mau menenangkan Sean.”“Di sini saja.” Mahen tidak mengizinkan.“Kau akan terganggu. Sepertinya dia merasa gerah karena AC yang mati. Dia terbiasa tidur di dalam suhu ruangan yang cukup dingin.”“Nyalakan saja AC-nya.” Mahen berucap dengan suara seraknya yang terdengar begitu berat.“Jangan mengada-ada, kau bisa semakin parah demamnya nanti.” Maudy prot

  • Hasrat Terlarang Abang Ipar   Part 65. Rencana Bulan Madu

    Mahen terbangun di pagi hari, tubuhnya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Ia bangkit untuk duduk, meregangkan otot sebentar, lalu turun dari ranjang. Sorot matanya yang tajam mencari keberadaan Maudy yang kini sudah berstatus menjadi istrinya. Tidak ada Maudy di sana, sementara ia ingat betul jika mereka tidur dalam ranjang yang sama tadi malam setelah berbincang panjang lebar sehabis makan malam.Mahen memeriksa ponsel kerjanya. Tidak ada panggilan masuk sama sekali, pesan juga tidak ada. Tampaknya ia belum akan masuk kerja hari ini.Lelaki berahang keras itu melangkah keluar dari kamar. Pernikahannya dengan Maudy benar-benar menjadi obat paling mujarab. Saat pulang dari rumah sakit kemarin, tubuhnya masih sangat lemah. Kepalanya juga sangat pusing. Namun, kali ini rasa pusing itu tidak bersisa sama sekali. Ia juga sudah lebih kuat dan segar dari sebelumnya.“Sayang.” Mahen memeluk Maudy dari belakang ketika ia melihat wanita itu tengah menyiapkan sarapan.Maudy menoleh, rasanya

  • Hasrat Terlarang Abang Ipar   Part 64. Sah

    Dengan peralatan dan persiapan seadanya, akhirnya ijab kabul tetap dilakukan juga. Karena orang tua atau pun wali Maudy tidak ada, bapak penghulu yang menikahkah mereka.Di dalam kamar mewah dan luas itu, ijab kabul dilakukan dengan hikmat dan senyap.“Saya terima nikah dan kawinnya Maudy Marisa binti Almarhum Bapak Romawi dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar menyusul.” Suara bariton milik Mahen menggema di dalam ruangan itu. Disusul dengan kata sah yang berasal dari Tama dan para saksi yang ada di sana.“Alhamdulillah.”Bapak penghulu mulai memimpin doa untuk pasangan yang baru halal menjadi pasangan suami istri itu. Setelah doa selesai, mereka diminta untuk bersalaman sebagai pasangan.Maudy dan Mahen tampak kikuk dengan status baru mereka. Lelaki berhidung mancung itu tampak mati gaya, ia tidak bisa menyembunyikan rasa gugup yang datang menyerang. Sebab, tiba-tiba diminta untuk melakukan ijab kabul, ia benar-benar tidak memiliki persiapan sama sekali. Terlebih persiapan

  • Hasrat Terlarang Abang Ipar   Part 63. Ayah untuk Sean

    Tiga hari dirawat di rumah sakit, akhirnya Mahen diperbolehkan untuk pulang. Siang ini, Maudy yang mengurus semuanya. Mengurus administrasi untuk kepulangan, memesan taksi karena Maudy tidak bisa menyetir sendiri, memapah Mahen dari halaman rumah sakit menuju taksi, juga dari taksi menuju kamar.Wanita berambut hitam pekat itu mengurus Mahen dengan sangat baik. Seolah lelaki itu adalah pasangan hidupnya.Mahen masih sedikit lemah dengan wajah yang terlihat pucat.Lelaki bertubuh tinggi tegap itu rebahan di atas ranjang dengan dibantu oleh Maudy. Sesekali terdengar batuk yang berasal darinya.“Mau ke mana?” Mahen bertanya ketika melihat Maudy berjalan menuju pintu keluar setelah menyelimuti tubuhnya dengan selimut tebal.“Keluar.” Maudy menjawab dengan lembut.“Kenapa?”“Kenapa apanya?” Kening Maudy tampak berkerut.“Selama di rumah sakit, kau selalu menemaniku. Kau tidak ingin meninggalkanku sama sekali. Mengapa di sini kau tidak ingin menetap di kamarku?”“Ini dan itu berbeda. Sekara

  • Hasrat Terlarang Abang Ipar   Part 62. Jangan Menggodaku

    Mahen benar-benar senang ketika ia mendapat satu kecupan dari Maudy. Itu berupa vitamin baginya, membuat kesembuhannya dua kali lipat berangsur pulih lebih cepat.Siang ini Mahen sudah bisa duduk cukup lama tanpa bersandar sama sekali. Wajahnya yang pucat perlahan mulai terlihat lebih segar. Kini ia sendirian. Sebab, Maudy belum datang, sementara Tama telah berangkat kerja.Pintu ruangan Mahen terbuka. Ia menoleh dengan senyuman ketika mendapati seorang wanita yang masuk dari sana. Namun, senyum itu menghilang ketika Susan yang datang, bukan Maudy.Dari mana wanita itu tahu jika Mahen tengah dirawat di rumah sakit? Mahen menyorotnya dengan bingung. Keningnya berkerut, ia menatap Susan dengan sorot penuh tanda tanya.Susan mendekat dengan senyum manis di bibirnya. Ia membawa keranjang buah, menaruhnya di nakas ketika ia berhenti tepat di samping brankar.“Bagaimana keadaanmu?” Susan bertanya dengan penuh perhatian. Senyum dan tatapannya terlihat sangat tulus.“Sedang apa kau di sini?”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status