Bab 43โGerald?โ suara Irene yang memanggilnya membuat Gerald mengangkat wajahnya, ia tersenyum tipis melihat Irene saat ini berdiri tepat di depan pintu.โHmm?โIrene menggigit bibir bawahnya, โApa aku mengganggumu?โ tanya Irene ragu.โTidak,โ Gerald berdiri dari duduknya, berjalan menghampiri Irene, โbahkan kau bisa menggangguku kapan saja,โ sambung Gerald begitu tiba di depan Irene.Deg! โHahโฆโ Irene kembali di buat tercengang dengan perkataan Gerald. Ia menatap Gerald dan berkata pelan, โGerald. Aku ingin membicarakan sesuatu.โโHmm, ayo.โ Gerald menarik pelan tangan Irene, membawanya duduk di sofa dengan nyaman.Mereka berdua duduk di sofa yang panjang, bahkan jarak Gerald saat ini begitu dekat dengan Irene.โUhm apa kamu bisa duduk di sana?โ Irene menunjuk sofa satu seater.Gerald mengikuti arah tangan Irene, dan dengan tegas berkata, โTidak.โโGerald, pleaseโฆโGerald menaikkan satu alisnya, โTidak. Apa bedanya?โโBeda!โ jawab Irene cepat.โBukannya kalau aku disini lebih bagu
Bab 44โApa aku terlihat bercanda?โ tanya Gerald balik dengan sorot mata yang tajam. Napas Irene terhenti, sampai urat lehernya pun menegang karena intensitas Gerald saat ini.โGeraldโฆโโSurat kontrak itu tidak perlu kamu pikirkan! Itu hanyalah salah satu alasan agar aku bisa bersamamu.โ Suara Gerald terdengar dalam, membuat seluruh urat saraf Irene meremang. Wanita cantik itu terpaku dengan manik indah di depannya yang kini menatapnya begitu lekat.โJangan pernah berpikir untuk pergi dariku, bahkan ke ujung dunia pun aku akan mencarimu,โ sambung Gerald sembari tangannya mengusap bibir ranum Irene yang merekah dan berkilau.Kata-kata Gerald seperti mantra yang menyihir Irene, membuatnya menutup mata saat wajah Gerald mendekat, meraup bibirnya dengan lembut. Gerald tersenyum tipis melihat Irene yang tidak menolaknya, ia melepaskan ciumannya, โPilih aku menjadi tempatmu bersandar, Irene.โIrene menggigit bibir bawahnya, tangannya naik menahan dada Gerald, berger
Bab 45Sembari menunggu balasan, ia menikmati tontonan yang ada di depannya, melihat Irene yang sedang membuka box tersebut, bahkan di wajah cantiknya terlihat senyuman tipis yang sangat manis, anehnya membuat dia tenang dan bahagia.Gerald menjadi semakin yakin dengan perasaannya saat ini, yang dulunya ia pikir hanya perasaan penasaran, berganti rasa terpikat sesaat sekarang dengan yakin ia berkata ingin memiliki wanita ini seutuhnya.โIni berlebihan, Gerald. Kamu bisa memberikan aku ponsel yang biasa-biasa saja,โ ucap Irene tidak enak hati.Gerald tersenyum tipis, โKamu yang berlebihan, itu hanya sebuah ponsel!โ Kemudian ia bergerak semakin dekat dengan Irene, dan melakukan panggilan dari ponselnya.Riingg!Ponsel di tangan Irene berdering, membuat wanita cantik itu cukup terkejut, โSimpan nomorku.โโIya.โ Irene tersenyum tipis dan menyimpan nomor ponsel Gerald, โGeraldโKontak pertama yang ada di ponselnya.โAh iya! Aku harus menghubungi nomor tadiโฆโ Irene mencari foto yang tadi ia
Bab 46โApa benar disini?โ tanya Gerald memastikan tujuan mereka sudah tepat dengan yang ia instruksikan.โBenar Tuan, ini sudah sesuai dengan alamat yang Tuan berikan.โGerald mengangguk, ia melirik ke arah Irene yang semenjak tadi lebih banyak diam di perjalanan.โKita sudah tiba,โ ucapan Gerald membuyarkan lamunan Irene.โAh iya.โ Irene menatap keluar. Terlihat sebuah rumah bergaya American style dengan aksesn ukiran klasik.โAyo?โIrene turun dari mobil begitu Gerald mengulurkan tangan, di sambutnya tangan itu. Kemudian mereka berjalan masuk ke dalam rumah tersebut.Terlihat pria paruh baya berdiri di teras rumah, seperti memang sedang menunggu kedatangan mereka.Hanya berjarak lebih dari satu meter, Gerald dan Irene berhenti tepat di depan pria paruh baya tersebut, โTuan Ryan Thompson?โ ujar Gerald sembari mengulurkan tangannya.Suaranya yang berat dan beribawa tentu saja membuat Gerald adalah seorang pengusaha yang di segani.Ryan memandangi Gerald dan Irene bergantian, โYa benar
Bab 47Gerald dan Irene baru saja tiba di depan pelataran lobby Hotel. Namun langkah Irene segera terhenti saat melihat, sosok pria yang ada di depannya saat ini tengah menghadang jalan.Tanpa sadar, ia segera berjalan mundur, berdiri tepat di belakang Gerald. Ia masih belum siap untuk bertemu secara langsung seperti ini dengan Owen, di mana ia baru saja melihat kejadian menjijikan pagi ini.Tentu saja Gerald, langsung memasang tubuhnya untuk melindungi Irene. Ia tidak sangka jika pria ini sudah berada di Hotel. Kalau tahu ia akan meminta keamanan untuk melarang pria berengsek untuk menginjakkan kaki ke dalam Hotel.He can? Of course.Pemilik Hotel ini adalah sahabatnya bahkan dapat dikatakan saudara laki-lakinya. Dengan permintaannya, ia bisa melakukan hal tersebut.โTuan Gerald, apa kabar hari ini?โ Owen menyapa Gerald dengan ramah, kemudian pandangannya beralih menatap Irene, dengan wajah tersenyum miring.โHai sayang. Kamu terlihat semakin cantik.โGerald langsung memasang badan,
"Hah sial! Thank you bro!" Begitu memutuskan panggilan telponnya bersama Austin. Gerald segera berlari tanpa memperhatikan apapun lagi. Victor yang sedari tadi hanya mengikutinya dari belakang segera berlari lebih cepat menuju mobil yang masih terparkir di depan pintu utama Hotel. "Silahkan Tuan." Victor membuka pintu mobil, Gerald pun masuk dengan tergesa-gesa. Ia menggeser layar ponsel dan membuka aplikasi yang Finley kirimkan. Dan luar biasanya, ia bisa tahu di mana keberadaan Irene saat ini. Titik-titik berwarna merah terlihat terus bergerak secara realtime di layar ponselnya. "Thank's Fin!" gumamnya bermonolog. Ia bersyukur langsung meminta Victor intuk langsung menginstal software peretas ini di ponsel Irene. Seandainya tidak, ia pasti akan sangat menyesalinya. Apalagi jika sampai terjadi sesuatu kepada wanitanya itu. Ia yakin akan menghabisi pria berengsek itu tanpa sisa. "Sepertinya mereka ke arah rumah itu." Tebak Gerald saat melihat arah tujuan di layar p
Bab 49โTidak perlu, katakan padanya kalau dia bisa menjualnya kapan pun!โ Irene bersuara penuh percaya diri, menatap Owen dengan tatapan yang tajam. Ia tidak akan membiarkan pria itu kembali membodohinya.Ekspresi wajah Owen saat ini jelas menunjukkan kebingungan dan kemarahan. โKenapa?โ tantang Irene, tidak memberi kesempatan untuk mundur pada pria yang masih berstatus suaminya itu.Gerald berdiri di sampingnya, jujur ia ingin sekali memuji wanitanya itu. โDamn! Wanitaku memang luar biasa!โ gumamnya dalam hati, merasa bangga dengan keberanian Irene. Ia tidak menyangka Irene akan bertindak seberani ini. Jika Irene diam, dialah yang akan bertindak.โIrene, kamu tidak bercanda kan? Aku tahu rumah ini sangat penting buatmu,โ kata Owen, berusaha mengambil alih situasi.Irene berdiri tegap, menegaskan posisinya. "Ya. Jadi panggil wanita itu.""Siapa yang kau panggil wanita itu, Irene? Aku Ibumu!" suara Bertha terdengar keras, baru saja keluar dari rumah. Ia terkejut mendengar keributan dar
Bab 50โDan kau Owen! Aku ingin kita bercerai!โ tegas Irene tak berkedip sedikitpun, suaranya jelas dan penuh keyakinan. Matanya tidak meninggalkan Owen, seolah menantangnya untuk membantah.Owen terkejut, "Irene!" teriak pria itu. Ia tidak menyangka Irene akan berani mengucapkan kalimat itu di depan umum, apalagi di depan Gerald."Aku ingin kita bercerai!" ulang Irene memperkuat keinginannya saat ini, suaranya tidak bergetar sedikit pun. Ia telah memutuskan, dan tidak ada yang bisa mengubah keputusannya."Tidak... Tidak...!" Owen menolak dengan tegas, wajahnya memerah karena emosi. "Aku tidak menyetujuinya. Apa salahku padamu, Irene? Ayo kita bicarakan baik-baik... Ya?" Ia berusaha mendekati Irene, namun langkahnya terhenti karena Gerald yang berdiri di antara mereka."Aku tidak peduli, Owen!" kemudian Irene menoleh ke Gerald, "Ayo?" Wanita cantik itu enggan untuk mengatakan jika ia telah melihat suaminya sendiri tidur bersama wanita yang berstatus ibu tirinya itu.Karena rasanya aka
Bab 66Keluar dari apartment, Irene yang sedari tadi penasaran langsung menoleh ke arah Gerald, "Ge..." "Nanti sayang." Gerald merengkuh pinggang Irene, membawa wanita cantiknya itu, berjalan menuju mobil yang terparkir. Irene menyipitkan matanya, menghembus napas kesal akan rasa penasarannya, tetapi alhasil membuat kekehan kecil lolos dari Gerald, "Hah! Menggemaskan!" batinnya. Senang? Tentu saja. Sekarang wanitanya tidak lagi terikat dengan seseorang, dia akan membuat Irene menjadi miliknya. Secepatnya! Itulah yang ada dipikirannya saat ini. "Ada apa?" tanya Irene sambil mendongakkan kepalanya ke atas untuk melihat wajah Gerald. Gerald tersenyum tipis, ia mendekatkan wajahnya tepat di telinga Irene, "Aku ingin memakanmu, sayang." Blush! Wajah Irene memerah dan memanas, ia mengalihkan pandangannya. Meskipun sudah sering mendengar kata-kata erotis itu, ia masih tidak terbiasa, bahkan mungkin akan tidak pernah terbiasa. Hingga mereka benar-benar tiba di depan mobil, di mana Vic
Irene menggigit bibir bawahnya dan menjawab, "Surat cerai!" dengan lugasnya. "Su-surat cerai?" kaget Owen yang kini memperlihatkan dia kembali daru alam bawah sadarnya.Seperti baru saja di sambar petir, Owen melangkah, mendekat ke arah Irene. "Aku tidak akan menyetujuinya, Irene!" sahut Owen dengan wajah menahan amarah. Gerald dengan cepat langsung berdiri di depan Irene, membuat posisinya menjadi garda terdepan untuk sang wanita. Dan hal itu berhasil, Owen terkesiap, membuat pria itu berhenti, bahkan mundur selangkah.Tubuh tegap pria besar itu hampir menutupi tubuh Irene yg berada tepat di belakangnya. Aura intimidasi terasa begitu kuat. Owen mengepal erat tangannya menahan amarah yang kini ia rasakan harus tertelan didalam perasaan mencekam."Tuan Gerald, bisa anda memberikan waktu pada aku dan istriku?""Tidak!" jawab Gerald dingin. "Kamu hanya perlu menandatangani ini dan selesaikan semuanya!"Ia mengambil map yang ada ditangan Irene, menyodorkannya pada Owen. "Aku berikan w
Bab 64โDimana dia sekarang berada?โ tanya Gerald pada Victor begitu masuk ke dalam mobil setelah Irene. Suaranya terdengar tegas, namun dengan nada yang santai.โDi apartment Tuan,โ jawab Victor sembari menutup pintu mobil. Kemudian mengitari badan mobil, mengambil tempat di posisi pengemudi.Begitu Victor duduk, Gerald berkata, "Langsung ke sana saja.""Baik Tuan Gerald." Victor memulai mesin mobil dan mulai melaju ke tujuan.Irene mengerutkan keningnya, kemudian menoleh ke Gerald, "Kita mau kemana Gerald?" Ia bertanya dengan nada penasaran, matanya berkilau dengan rasa ingin tahu.Gerald tersenyum tipis, "Tentu saja menyelesaikan semuanya hari ini sayang." Suaranya terdengar lembut, namun dengan nada yang tegas."Ya?" Irene kembali bingung, kemudian sadar kemana arah Gerald, "Maksud kamu menemui Owen?" Ia bertanya dengan nada yang sedikit ragu, matanya terlihat khawatir."Iya sayang, aku tidak ingin menundanya barang sedetik pun," ucap Gerald lugas. Lalu menatap wajah cantik wanita
Bab 63Gerald pun menceritakan siapa Evan sebenarnya, di mana Evan adalah seorang Kepala di bagian pemerintahan, dan Evan adalah sepupu dari Austin Harold. Suaranya terdengar santai, namun dengan nada yang serius. "Evan adalah salah satu orang terpercaya di pemerintahan ini, dan ia juga sepupu dari Austin Harold."Irene cukup terkejut dan akhirnya paham kenapa Gerald terlihat akrab dengan Evan. Mengingat bagaimana Gerald dan pria bernama Austin saat malam itu layaknya saudara. "Hmm ok Gerald." jawab Irene mengerti, ia tersenyum lembut. Matanya berkilau dengan rasa penasaran, namun juga terlihat lega karena sudah memahami hubungan antara Gerald dan Evan yang terlihat begitu dekat.Beberapa menit pun berlalu hingga pintu kembali terbuka, terlihat Evan berjalan masuk dengan dua map kulit berwarna coklat dan biru di tangannya. Perhatian Gerald dan Irene pun teralihkan, pandangan mereka terfokus pada Evan yang berjalan mendekat.Evan meletakkan map berwarna biru terlebih dahulu di atas mej
Bab 62Gerald dan Irene duduk di sofa yang nyaman dengan seorang pria dengan jas yang terlihat begitu rapi. Ruangan ini terlihat mewah, dengan dekorasi yang elegan dan jendela besar yang membiaskan cahaya alami ke dalam ruangan. Pria tersebut, yang kemudian Gerald sebut sebagai Evan, menatap Gerald dengan wajah menyunggingkan senyum tipis."So, apa yang aku bisa bantu Tuan Gerald?" Evan bertanya, matanya berkilau dengan rasa penasaran. Ia tidak bisa tidak memperhatikan Irene, yang duduk di samping Gerald dengan postur yang sedikit tegang.Gerald menghela napas pelan, "Evan... Aku mau kamu mengurus dokumen-dokumen Irene dan regalisir semuanya." Suaranya terdengar tegas, namun dengan nada yang lembut ketika ia menatap Irene.Evan yang tadi tersenyum seketika terkekeh pelan, "Hah, aku merasa pernah mengalami ini," gumamnya pelan. Ia memandang Gerald dengan mata yang berkilau, seolah-olah mengingat kenangan lama pada kakak sepupunyaโAustin Harold."Ok, ok, sebelum itu ceritakan apa yang s
Bab 61Wajah Irene kembali memanas, โHem, Gerald. AkuโโโAku tidak menuntutmu untuk menjawabku sekarang, tapi aku tidak menunggu untuk di tolak.โUcapan Gerald layaknya sebuah ultimatum pada Irene dan seolah memastikan agar ia tidak akan bisa lepas dari pria ini.Ia menarik napas lembut, โBeri aku waktu.โGerald tersenyum, mengecup puncak kepala Irene. Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi.Setelah itu keduanya kembali focus di layar depan mereka. Gerald memberikan penjelasan singkat kepada Irene tentang rencananya dan para sahabatnya yang telah membantunya tadi.โTapi yang pasti aku tidak mau kamu ikut mengawasi,โ tegas Gerald kepada wanitanya itu.โGerald, please. Aku ingin sedikit berkontribusi dalam hal ini, lagi pula ini adalah permasalahanku. Aku dan kedua orang tuaku.โโSemua yang berhubungan denganmu akan menjadi tanggung jawabku. Jadi, semua masalah yang kamu hadapi saat ini, biarkan aku yang menanganinya. Karena siapapun yang sudah menyakitimu, tidak akan kumaafkan.โ Gerald men
Bab 60โCukup berada disisiku dan terima cintaku.โIrene bergeming, pandangan mereka bertemu, hingga akhirnya Irene menyerah dan menundukkan wajahnya. โNantiโฆโ jawabnya dengan suara nyaris berbisik.Gerald tersenyum lembut, mengecup puncak kepala Irene, โHmm, ayo?โIrene mengangguk, membiarkan Gerald membawanya menuju ruang kerja yang terdengar cukupโberisik?Sebenarnya tadi setelah berganti pakaian, ia langsung menghampiri ruang kerja Gerald, namun ia mengurungkan niatnya saat mendengar suara-suara yang begitu ramai. Hingga akhirnya, ia memutuskan masuk kembali ke dalam kamar.Ceklek!Suara pintu Gerald dorong ke dalam, terlihat tiga pria menoleh dengan kompak. Tentu saja sorot mata ketiga pria itu membuat Irene sedikit kikuk.Namun, lagi dan lagi Gerald langsung meraih pingganya, membuat jarak mereka semakin tipis, berjalan menuju sofa yang kosong.โHai Ireneโฆโ sapa ketiga pria itu dengan kompak.Membuat Gerald membuang napas kasar, โHah! Kalian ini!โIa kemudian menoleh ke arah Ire
Bab 59โEh??? Berengsek! Malah ditutup pintunya!โ umpat Ethan kesal saat melihat Gerald menutup pintu, bahkan jika tadi ia tidak refleks mundur, sudah pasti wajahnya terkena ciuman telak dari daun pintu.โPfftttโฆ.โ Dua pria yang berdiri tepat di belakangnya menahan tawa.Hingga suara ceklekan pintu kembali terdengar, โMau apa kalian kesini?โEthan mendengus kesal bukannya menjawab pertanyaan Gerald, ia menoleh ke belakang, โLangsung saja?โ bertanya pada Kenan dan Finley.โHem boleh saja.โKemudian terlihat beberapa orang pria mengangkat beberapa dos besar yang tidak lain adalah layar monitor. Membuat Gerald semakin mengerutkan keningnya.โBerhentilah bertanya, dan katakan di mana ruangan kerjamu?โ ujar Ethan yang kini kembali focus pada Gerald.Gerald membuang napas kasar, ia tertawa kecil, โSetidaknya beri kabar kalau kalian mau kesini!โ celutuknya sembari membuka lebar pintu, membiarkan para tamunya itu masuk.Ethan lebih dulu masuk, menyusul Finley dan Kenan beserta para bawahann
Bab 58"Ayahmu dibunuh oleh seseorang." Kalimat itu terdengar seperti petir di tengah hari yang cerah, membuat kaki Irene tiba-tiba melemah. Jika Gerald tidak cepat menangkapnya, mungkin wanita cantik itu sudah terjatuh. "Ge-gerald apa yang baru saja kamu katakan?" suara Irene terdengar bergetar.Gerald yang melihat itu membuang napas kasar, tanpa ragu ia langsung memboyong tubuh Irene naik ke dalam gendongannya. Pria tampan itu melangkah menuju ruang tamu, begitu tiba di depan sofa yang nyaman, ia mendudukkan Irene, kemudian duduk tepat di sisi Irene."Gerald, jawab aku!" Irene memandang Gerald dengan mata yang berkaca-kaca, suaranya terdengar bergetar dan penuh harap."Calmdown, hmm??" Gerald menangkup wajah mungil wanita itu, menatapnya dalam. "Take a breath." Ia berusaha menenangkan Irene, tapi wanita cantik itu terus mendesak."Katakan Gerald!" desaknya dengan mata yang semakin berkaca-kaca. "Setahuku Ayah sakit, bahkan dokter..." Irene tidak sanggup melanjutkan, air matanya luruh