Share

BAB 27

Author: Rich Mama
last update Last Updated: 2025-09-08 23:37:00
Fajar baru saja menyingkap tirai ketika Ayu bangun lebih dulu dari semua penghuni rumah itu.

Suara ayam jantan di kejauhan seolah membangunkannya lebih cepat dari alarm. Tubuhnya masih agak lelah karena malam tadi ia hanya tidur sebentar.

Banyak hal berkecamuk di kepala, terutama tentang Ari. Tentang apa yang mereka lakukan semalam. Tentang dosa dan kerinduan yang berkelindan dalam satu ikatan.

Pagi ini Ayu bertekad untuk mengalihkan pikirannya. Ia harus kembali pada rutinitas, apalagi berada di rumah mertua. Tidak pantas jika ia bermalas-malasan. Dengan cepat ia merapikan diri lalu menuju dapur.

Bau wangi bumbu-bumbu mulai memenuhi udara. Ayu menggoreng ayam, tempe dan tahu kesukaan Dimas, menyiapkan sambal terasi, dan memasak sayur bening.

Tak lupa, ia membuat sup ayam bening hangat yang ia tahu sangat digemari Novia.

Sementara untuk Ari, ia sengaja membuat telur dadar gulung isi cabai hijau. Menu favorit yang dulu sering ia masak di kos.

Dapur riuh dengan suara wajan berad
Rich Mama

Kasih karma apa nih enaknya...

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   BAB 29

    “Terima kasih, Mas, sudah nganterin Ayu,” ucap wanita itu setelah mobil berhenti perlahan di depan rumah Ayu.Matanya menatap Ari hanya sekilas, seolah takut jika tatapan lebih lama akan membuka tabir yang seharusnya tetap terkunci.“Tunggu Yu,” tahan Ari pada pergelangan tangan Ayu agar wanita itu tidak segera keluar dari mobil tersebut. Suara Ari terdengar parau, seperti menahan sesuatu. Ia meraih tangan Ayu, menggenggamnya erat. Jantung Ayu berdegup kencang, wajahnya memerah.Ayu kembali dibuat Ari salah tingkah. Ia sebenarnya merasa sangat malu karena tadi sudah dibuat basah oleh kakak iparnya tersebut.“Mas … jangan di sini. Tetangga bisa lihat,” bisik Ayu panik.Namun, sebelum sempat ia mundur, Ari menariknya sedikit lebih dekat. Bibirnya langsung singgah di bibir Ayu, cepat namun penuh perasaan. Seperti seseorang yang tahu bahwa ciuman itu adalah larangan, tapi juga satu-satunya hal yang bisa menyelamatkan kewarasan mereka berdua.Ayu memejamkan mata sekejap, lalu buru-buru

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   BAB 28

    Ayu buru-buru menyingkirkan tangan Ari sebelum mobil benar-benar berhenti di depan sekolah. Hatinya berdebar kencang, wajahnya memerah bukan hanya karena malu, tapi juga karena takut. Andai ada yang melihat, habislah sudah dirinya. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menguasai diri ketika mobil perlahan berhenti di tepi gerbang.“Mas, sudah … cukup,” bisiknya cepat, lalu membuka pintu mobil. Ia bergegas keluar, menunggu Dimas yang sudah bersemangat ingin segera turun.“Yuk, Dim. Mbak Ayu antar sampai gerbang,” ajaknya, menyembunyikan getar suara di balik senyumnya.Dimas yang masih memegang tas sekolahnya dengan polos mengangguk. “Iya, Mbak.”Ia berlari kecil ke arah Ayu, lalu menggandeng tangan wanita itu. Ayu tertegun sesaat merasakan hangatnya genggaman tangan mungil tersebut. Begitu tulus, begitu polos. Tak ada noda di baliknya, tak seperti dirinya yang penuh beban rahasia.Langkah mereka menyusuri trotoar kecil menuju pintu masuk sekolah. Anak-anak lain berdatangan bersama or

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   BAB 27

    Fajar baru saja menyingkap tirai ketika Ayu bangun lebih dulu dari semua penghuni rumah itu. Suara ayam jantan di kejauhan seolah membangunkannya lebih cepat dari alarm. Tubuhnya masih agak lelah karena malam tadi ia hanya tidur sebentar. Banyak hal berkecamuk di kepala, terutama tentang Ari. Tentang apa yang mereka lakukan semalam. Tentang dosa dan kerinduan yang berkelindan dalam satu ikatan. Pagi ini Ayu bertekad untuk mengalihkan pikirannya. Ia harus kembali pada rutinitas, apalagi berada di rumah mertua. Tidak pantas jika ia bermalas-malasan. Dengan cepat ia merapikan diri lalu menuju dapur. Bau wangi bumbu-bumbu mulai memenuhi udara. Ayu menggoreng ayam, tempe dan tahu kesukaan Dimas, menyiapkan sambal terasi, dan memasak sayur bening. Tak lupa, ia membuat sup ayam bening hangat yang ia tahu sangat digemari Novia. Sementara untuk Ari, ia sengaja membuat telur dadar gulung isi cabai hijau. Menu favorit yang dulu sering ia masak di kos. Dapur riuh dengan suara wajan berad

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   BAB 26

    Ari menepuk keningnya dengan tangan yang bebas. Napasnya terhembus berat. “Astaga! Aku benar-benar lupa. Ponselku ketinggalan di bengkel, Yu. Lagi dicas dan aku nggak sempat memeriksanya lagi. Sama sekali bukan karena aku sengaja mengabaikanmu.” Ayu terdiam, berusaha mencerna. Sebagian dari hatinya lega, tapi sebagian lagi tetap diselimuti keraguan. Ia menunduk, berusaha menyembunyikan ekspresi yang kacau. Sementara itu, Ari menatapnya dalam-dalam, ingin menjelaskan lebih jauh, tapi terhalang kehadiran Dimas yang mengamati dengan seksama. Ada begitu banyak yang ingin ia katakan, namun kata-kata itu terperangkap di tenggorokannya. Malam kian larut. Setelah puas bercerita, akhirnya Dimas tertidur pulas di kamarnya. Ari duduk di tepi ranjang, menatap wajah kecil anak itu dengan senyum sendu. Ayu berdiri di sisi lain, menunduk, lalu membetulkan selimut agar menutupi tubuh mungil Dimas dengan sempurna. Suasana kamar begitu hening, hanya terdengar napas teratur Dimas. Pandangan Ari d

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   BAB 25

    Selain itu, Ari juga mengambil satu keranjang buah segar. Ia tahu Dimas suka apel merah dan jeruk manis. Ia ingin ketika anak itu melihatnya nanti, wajah kecil Dimas kembali bersinar cerah. Saat membayar, Ari nyaris kehilangan kendali emosi. Ia menunduk, menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca. “Aku nggak mau kamu merasa sendirian lagi, Dimas.” Tangannya menggenggam kuat plastik berisi kue dan buah-buahan itu. Motor dinyalakan dan ia melaju kencang menuju rumahnya terlebih dahulu. Ari sampai di depan rumah dengan tubuh yang masih terasa pegal. Luka di wajahnya belum sembuh benar. Bekas perkelahian masih tampak jelas. Ia sengaja merapikan rambutnya, berharap lebam di pelipis dan sudut bibir tidak terlalu kentara. Tapi begitu ia membuka pagar, suara Ningsih langsung terdengar tajam. “Lho, Mas Ari! Astaga, wajahmu itu kenapa?!” seru Ningsih dari teras, matanya melebar melihat suaminya pulang dengan keadaan babak belur. Ari berhenti sejenak, menarik napas panjang. Ia tidak ingin

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   BAB 24

    Sore itu, perlahan cahaya jingga menelusup masuk melalui celah tirai kamar Ayu. Hangatnya tidak lagi sekuat siang, melainkan lembut, teduh, seolah ingin membelai siapa saja yang tengah terlelap. Ayu menggeliat pelan, matanya yang berat membuka dengan sedikit rasa kantuk yang masih tersisa. Hening, hanya detik jam dinding yang terdengar samar, berpacu dengan desiran angin yang sesekali menyusup ke dalam ruangan.Refleks, tangan Ayu meraba ke sisi ranjangnya. Kosong. Tidak ada siapa-siapa di sana. Sepi, dingin, seolah sejak lama tidak disentuh. Jantungnya seketika berdegup lebih cepat, tubuhnya berbalik, memastikan. Tapi memang benar, Ari sudah tidak ada di sisinya.“Mas Ari?” panggilnya lirih.Tak ada sahutan. Yang ada hanya suara burung yang kembali ke sarang, meramaikan senja.Ayu duduk perlahan, menyibakkan selimut yang masih menyisakan hangat samar dari tubuhnya. Pandangannya jatuh pada meja kecil di sisi ranjang. Ada secarik kertas yang terlipat rapi, diletakkan tepat di atas per

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status