Home / Romansa / Hasrat Terlarang Kakak Ipar / [5] Hari Pertama Bekerja

Share

[5] Hari Pertama Bekerja

Author: Kim Meili
last update Last Updated: 2025-10-03 19:15:01

“Silahkan, Nona. Tuan Simon sudah menunggu anda.”

Olivia yang baru saja datang ke perusahaan Simon dibuat terpana dengan bangunan tersebut. Semua tersusun dengan rapi dan gaya yang elegan. Baru masuk saja, Olivia sudah disuguhkan dengan desain perusahaan yang berbeda dari perusahaan kebanyakan. Dia menatap sekitar dan menganggukkan kepala.

‘Pantas saja dia sombong. Ternyata memang lebih kaya dari keluarga Sean,’ batin Olivia.

“Nona, saya harap anda lebih berhati-hati dan jangan melakukan kesalahan. Tuan Simon tidak suka kalau sekretarisnya ceroboh dan tidak bisa menjaga emosi. Jadi, saya harap apapun yang terjadi nanti, anda bisa mengendalikan emosi,” ucap pria yang membimbing Olivia.

Olivia hanya bergumam pelan dan menganggukkan kepala. Seberapa emosian Simon, dia jauh lebih mengerti daripada semua karyawan di perusahaan. Olivia bahkan salud ketika mendengar banyak yang berminat bekerja di perusahaan Simon. Dia pikir, bos jahat tidak akan pernah diperebutkan.

“Nona, sudah sampai,” kata Dafa—orang kepercayaan Simon.

“Terima kasih, Dafa,” sahut Olivia.

Dafa hanya menganggukkan kepala dan pergi. Sedangkan Olivia yang ditinggal sendiri hanya diam. Dia menatap pintu ruangan yang tertutup. Sebelum masuk, Olivia mnarik napas dalam dan membuang perlahan. Beberapa kali dia melakukan hal itu. Rasanya cukup nervous.

‘Tenang, Olivia. Ini hanya Simon,’ batin Olivia menenangkan diri sendiri. Hingga dia yang sudah merasa sedikit tenang pun mengetuk pintu. Sejenak, Olivia menunggu seseorang mengizinkannya masuk. Hingga terdengar suara Simon dari dalam, membuat Olivia membuka pintu secara perlahan.

“Masuk, Olivia,” kata Simon tanpa menatap ke arah wanita itu.

Olivia menelan saliva pelan ketika melihat Simon yang tampak mendominasi. Dia sedikit gugup, sekaligus takut. Meskipun Simon adalah kakak iparnya, tetap saja Olivia tidak dekat. Bahkan pertemuan mereka bisa dihitung dengan jari.

“Aku rasa Dafa sudah menjelaskan semuanya. Kamu juga bukan pertama kali bekerja, kan? Jadi, aku rasa kamu bisa langsung bekerja. Tidak perlu orang untuk mengajarimu lebih dulu,” kata Simon. Kali ini menatap ke arah Olivia berada.

Olivia hanya bergumam pelan dan menganggukkan kepala. Tangannya memegang map dan mengepal perlahan. Di dalam ruangan Simon, dia merasa semuanya menyeramkan.

“Ada lagi?” tanya Simon.

Olivia sembari melamun, tetapi setelahnya dia menggelengkan kepala dan berkata, “Tidak. Kalau begitu, aku permisi dulu.” Olivia langsung melangkah lebar.

“Tunggu.”

Olivia yang baru selangkah itu pun menurut. Dia menatap ke arah Simon berada, memperhatikan setiap gerak pria itu. Melihat Simon yang mendekat ke arahnya, Olivia menelan saliva pelan. Kakinya juga reflek mundur, berusaha menghindari pria itu. Hingga tubuhnya tertabrak pinggiran meja, membuat Olivia tersentak kaget.

“Mau kemana, Olivia?” tanya Simon, tepat di depan wajah Olivia.

“Mau ... mulai kerja,” jawab Olivia gugup.

“Bagaimana kalau sebelum bekerja, kita lakukan sesuatu duu?” tanya Simon.

‘Sesuatu? Apa maksudnya?’ batin Olivia.

Sedangkan Simon yang melihat wajah cemas Olivia hanya diam dan tersenyum sinis. Sebelah tangannya mulai terulur, mengusap pipi Olivia secara perlahan. Merasakan kulit Olivia yang begitu lembut, Simon mulai berpikir hal lain. Hingga tiba-tiba, dia menarik Olivia, membuat wanita itu berada dalam dekapannya.

“Simon, apa yang kamu lakukan?” tanya Olivia.

Namun, Simon tidak menjawab sama sekali. Dia malah semakin mendekat dan menyatukan bibir. Dia melumat secara perlahan, membuat Olivia langsun mematung. Olivia yan tidak pernah mendapat perlakuan semacam itu hanya bisa terdiam, tidak membalas, tetapi tidak menolak karena seketika pikirannya kosong. Hingga Simon yang sudah puas berhenti, mengusap sisa saliva yang tertinggal di bibir Olivia.

“Bagaimana rasanya merasakan langsung, Olivia?” tanya Simon setengah berbisik.

Olivia yang awalnya melamun pun langsung tersadar. Dengan cepat, dia mendorong tubuh Simon. Sejujurnya dia marah dengan pria itu, tetapi Olivia tidak memiliki keberanian untuk melawannya. Hingga dai memilih membalikkan tubuh dan melangkah lebar. Secepat mungkin, Olivia menjauh dari Simon.

Sedangkan Simon yang melihat Olivia salah tingkah tertawa kecil dan bergumam, “Manis.”

***

“Selamat bekerjasama,” kata Simon setelah menyelesaikan pertemuan dengan rekan bisnis.

“Selamat bekerjasama,” sahut rekan bisnis Simon, “kalau begitu, saya permisi dulu.”

Simon hanya menganggukkan kepala, membiarkan rekan bisnisnya pergi. Dia kembali mengemasi berkas di depannya dan menyerahkan ke arah Olivia. Melihat wanita itu hanya diam, Simon kembali tersenyum sinis.

“Aku mengajakmu kesini bukan untuk melamun, Olivia,” tegur Simon.

“Oh, maaf,” sahut Olivia lesu.

“Duduk di depanku,” kata Simon.

Olivia yang mendengar pun terdiam sejenak, tidak langsung menurut. Tapi, saat Simon memberikan isyarat, Olivia baru tersadar. Dia langsung menurut, duduk di hadapan pria tersebut.

“Makan,” kata Simon.

“Terima kasih,” sahut Olivia.

Olivia segar menyendok makanan di depannya dan siap menyantap, tepat saat dia mendongakkan kepala, manik matanya menatap seseorang yang sangat dikenalnya. Melihat Sean yang tengah bergandengan mesra dengan wanita lain membuat hatinya memanas. Selama ini dia hanya di rumah, menjadi istri yang baik. Meski Sean selalu mengabaikannya, tetapi Olivia masih berharap pria itu melihat ke arahnya.

Namun, mengingat apa yang terjadi di malam pesta pernikahan, Olivia kembali merasa kesal. Kedua tangan yang memegang sendok pun tanpa sadar mengepal, menunjukkan otot tangan yang begitu jelas. Rahangnya juga mengeras, tidak terima dengan balasan yang diberikan.

“Sangat romantis,” kata Simon. Sebenarnya dia tidak mengetahui kedatangan Sean, tetapi saat melihat reaksi di wajah Olivia, dia menjadi penasaran. Siapa sangka, dia malah melihat adik tirinya bersama wanita lain.

Sedangkan Olivia yang mendengar hanya diam. Dia memilih menghabiskan makanannya, memendam sakit hatinya dalam-dalam.

“Kalau gak mau melihat, jangan dipaksa, Olivia. Lebih baik kita pergi. Aku akan mengantarmu pulang,” kata Simon.

Olivia hendak menolak, tetapi pria itu sudah lebih dulu bangkit dan melangkahkan kaki. Mau tidak mau, Olivia menurut. Di sini Simon atasannya. Jadi, dia harus menurut. Hingga keduanya sudah sampai di mobil, membuat Olivia membuang napas kasar.

“Suamimu selingkuh dan kamu tidak merasa sakit hati, Olivia?” tanya Simon.

“Itu bukan urusanmu,” jawab Olivia.

“Ah, aku lupa. Aku rasa Sean memang tidak menginginkanmu. Soalnya malam pertama saja aku yang dapat,” kata Simon mengejek.

Mendengar hal itu, Olivia berdecak kecil dan memutar bola mata pelan. Dia memilih diam, membiarkan Simon mengemudi. Dia hanya menikmati suasana di jalanan. Hingga dia mrassa aneh, membuatnya menatap ke arah Simon.

“Simon, ini bukan jalan ke arah rumahku,” kata Olivia.

“Aku memang gak berniat mengantarmu ke rumah, Olivia,” sahut Simon.

“Maksudnya?” Olivia mulai menatap lekat. Tanda bahaya dalam otaknya langsung berbunyi, seakan memperingatkan.

‘Sebenarnya dia mau membawaku kemana?’ batin Olivia. Hingga tidak berselang lama, Simon berhenti.

“Ini dimana, Simon?” tanya Olivia.

“Rumahku,” jawab Simon enteng. Dia langsung turun dan melangkah ke arah pintu di sebelah Olivia.

“Kenapa kamu malah membawaku ke rumahmu?” tanya Olivia ketika Simon sudah mengukurkan tangan.

“Karena aku mau kamu,” jawab Simon, diikuti senyum sinis setelahnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   [6] Pulang Sampai Malam

    “Simon, kamu mau apa?”Olivia yang melihat Simon melangkah mendekatinya pun langsung perlahan mundur. Dia menatap lekat, tidak mengalihkan pandangan sama sekali. Olivia takut, kalau dia berpaling, pria itu akan menangkapnya.“Menurutmu, aku mau apa, Olivia?” Simon malah balik bertanya. Dia mulai melepas jas dan melempar asal.Olivia menelan saliva pelan ketika melihat hal itu. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Simon, tetapi dia yakin kalau itu bukanlah hal yang baik. Alarm bahaya dalam otaknya langsung memperingatkan secara alami. Hingga Olivia yang hendak menabrak tembok langsung menyingkir. Dia berharap bisa lepas dari kejaran Simon. Sayangnya, baru saja Olivia terlepas, Simon kembali meraih tubuhnya dan mengurung dengan kedua tangan.“Simon, jangan macam-macam,” kata Olivia memperingatkan.“Aku gak macam-macam, Olivia. Aku hanya ingin melihatmu saja,” sahut Simon. Sebelah tangannya terulur, mengusap bibir Olivia pelan. Dia melakukan gerakan yang membuat Olivia menjadi salah ti

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   [5] Hari Pertama Bekerja

    “Silahkan, Nona. Tuan Simon sudah menunggu anda.”Olivia yang baru saja datang ke perusahaan Simon dibuat terpana dengan bangunan tersebut. Semua tersusun dengan rapi dan gaya yang elegan. Baru masuk saja, Olivia sudah disuguhkan dengan desain perusahaan yang berbeda dari perusahaan kebanyakan. Dia menatap sekitar dan menganggukkan kepala.‘Pantas saja dia sombong. Ternyata memang lebih kaya dari keluarga Sean,’ batin Olivia.“Nona, saya harap anda lebih berhati-hati dan jangan melakukan kesalahan. Tuan Simon tidak suka kalau sekretarisnya ceroboh dan tidak bisa menjaga emosi. Jadi, saya harap apapun yang terjadi nanti, anda bisa mengendalikan emosi,” ucap pria yang membimbing Olivia.Olivia hanya bergumam pelan dan menganggukkan kepala. Seberapa emosian Simon, dia jauh lebih mengerti daripada semua karyawan di perusahaan. Olivia bahkan salud ketika mendengar banyak yang berminat bekerja di perusahaan Simon. Dia pikir, bos jahat tidak akan pernah diperebutkan.“Nona, sudah sampai,” ka

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   [4] Tidak Akan Membiarkan Dia Memikirkanmu

    “Pa, kenapa Papa malah mendukung Olivia kerja di perusahaan Simon? Papa tahu kan dia itu seperti apa? Dia tidak pernah menyukai keluarga kita.”Sean yang kesal karena sang papa mendukung keinginan Simon pun langsung melayangkan protes. Sejak tadi dia sudah menahan karena sang papa yang memberikan isyarat, tetapi nyatanya, papanya tetap tidak mengatakan apa pun. Bahkan, papanya tampak mendukung sepenuhnya.“Pa, Olivia itu istriku. Dia anggota keluarga kita. Kalau dia bekerja dengan Simon dan menjadi sekretarisnya, dia bisa saja menyiksanya. Selain itu, keluarga kita juga bisa malu karena keluarga kita bekerja dengan orang lain,” kata Sean.Charles yang sejak tadi diam pun menatap ke arah putranya berada. Dia menarik napas dalam dan membuang secara perlahan. Simon dan Sean memang putranya, tetapi keduanya memiliki sifat berbeda. Simon jauh lebih diam dan tenang, tetapi dibalik itu semua, putranya sangatlah mematikan. Sedangkan Sean sendiri sosok yang tidak sabaran dan keras kepala. Hal

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   [3] Tidak Akan Melepaskan

    “Kamu harus tenang, Olivia. Jangan kamu pikirkan. Anggap tidak pernah terjadi apa pun. Kamu harus terus bersikap biasa.”Olivia yang sejak tadi merasa salah tingkah mulai memberikan sugesti untuk diri sendiri. Meski dia sudah mengatakan tidak akan mengungkitnya, tetap saja kenangan itu terlintas dalam benaknya. Apalagi saat dia mandi dan mendapati banyak bekas di tubuhnya, membuat Olivia kembali merasa tidak enak hati. Dai juga takut kalau kejadian semalam diketahui keluarga besarnya.“Olivia, kamu pasti bisa. Lagi pula, Simon pasti sudah pulang. Dia kan gak pernah betah di rumah ini,” ucap Olivia dengan diri sendiri. Dia ingat, Simon paling malas kalau datang ke rumah keluarga Sean. Meski keduanya memiliki ayah yang sama, tetapi sikap keduanya berbeda.Olivia menarik napas dalam dan membuang perlahan. Dia melakukan hal yang sama berulang kali. Hingga merasa dirinya sudah membaik, membuatnya keluar kamar dan menuruni satu per satu anak tangga. Olivia langsung menuju ke arah ruang maka

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   [2] Menghabiskan Malam Panas (21+)

    “Kamu mabuk, Olivia. Jadi, jangan berbuat aneh-aneh. Masuk kamarmu saja,” jawab pria itu. “Aku gak mabuk, Simon. Aku bahkan tahu kalau itu kamu,” kata Olivia. Charles Simon. Pria dengan tubuh tinggi itu hanya diam dan tidak menganggap ucapan Olivia. Dia malah melangkahkan kaki, berniat meninggalkan Olivia. Namun, di waktu yang sama, Olivia malah menarik tangan pria itu. Dia bahkan dengan nekad mengapit kepala Simon dan menempelkan bibir. Olivia langsung melumat kasar. Hingga Simon menjauhkan tubuh wanita itu. Napasnya terdengar berat dengan tatapan tajam. “Olivia, kamu sadar sama apa yang kamu lakukan?” tanya Simon dengan suara berat. “Sadar. Aku mau kamu menemaniku di ranjang,” jawab Olivia dengan senyum manis. Simon sudah mencoba bertahan, tetapi Olivia terus menggodanya. Wanita itu mulai berani menyentuh bagian bawahnya, membuat Simon semakin tidak bisa bertahan. Hingga dia merasa sudah sampai batas kesabaran, membuatnya meraih tangan Olivia dan menggenggam erat. “Kamu yang

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   [1] Tidur Denganku

    “Terima kasih sudah datang ke acara ulang tahun pernikahan kami yang kedua. Saya harap, semoga kami bisa menjadi pasangan yang semakin baik dan pernikahan ini berjalan langgeng.” Semua tamu undangan yang hadir pun langsung bertepuk tangan dan mendoakan pasangan yang saat ini berada di hadapan mereka. Semua orang tampak bahagia. Pasangan yang selalu terlihat mesra itu, benar-benar mendapat berkat dari semua orang. Namun, hal berbeda tampak ditunjukkan sang bintang utama, Olivia Chandra. Wanita dengan rambut sepunggung itu hanya terdiam dan mengulas senyum tipis. Meski sebelah tangannya menggandeng sang suami, pandangannya tampak kosong. “Sean, selamat. Kalian memang pasangan yang serasi. Yang satu cantik, satunya tampak. Benar-benar paket sempurna.” Olivia yang mendengar hal itu pun mengalihkan pandangan. Dia menatap ke arah pria yang bersama sang suami dan melempar senyum tipis. Itu adalah sahabat Sean. “Aku doakan kalian segera memiliki momongan,” kata Brian—salah satu sahabat S

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status