Home / Romansa / Hasrat Terlarang Kakak Ipar / [6] Pulang Sampai Malam

Share

[6] Pulang Sampai Malam

Author: Kim Meili
last update Huling Na-update: 2025-10-04 12:52:12

“Simon, kamu mau apa?”

Olivia yang melihat Simon melangkah mendekatinya pun langsung perlahan mundur. Dia menatap lekat, tidak mengalihkan pandangan sama sekali. Olivia takut, kalau dia berpaling, pria itu akan menangkapnya.

“Menurutmu, aku mau apa, Olivia?” Simon malah balik bertanya. Dia mulai melepas jas dan melempar asal.

Olivia menelan saliva pelan ketika melihat hal itu. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Simon, tetapi dia yakin kalau itu bukanlah hal yang baik. Alarm bahaya dalam otaknya langsung memperingatkan secara alami. Hingga Olivia yang hendak menabrak tembok langsung menyingkir. Dia berharap bisa lepas dari kejaran Simon. Sayangnya, baru saja Olivia terlepas, Simon kembali meraih tubuhnya dan mengurung dengan kedua tangan.

“Simon, jangan macam-macam,” kata Olivia memperingatkan.

“Aku gak macam-macam, Olivia. Aku hanya ingin melihatmu saja,” sahut Simon. Sebelah tangannya terulur, mengusap bibir Olivia pelan. Dia melakukan gerakan yang membuat Olivia menjadi salah tingkah.

Melihat wajah memerah wanita di depannya, Simon semakin bersemangat. Tanpa aba-aba, dia mulai menyatukan bibir dan menyesapnya lembut. Simon mulai bermain, mengabsen satu per satu isi di mulut Olivia.

“Lebih baik nikmati, Olivia. Lagi pula, Sean juga bermain dengan wanita lain, kan?” bisik Simon.

Benar. Sean bermain dengan wanita lain tanpa memikirkan perasaan istrinya. Olivia yang mulai terhasut dengan ucapan Simon pun memilih pasrah dan mulai membalas. Dalam benaknya, dia hanya berpikir, ‘Sean saja bisa, kenapa aku tidak?’ Gila memang, tetapi Sean yang memaksanya menjadi segila ini.

‘Kena kamu,’ batin Simon. Bibirnya tersenyum sinis, merasa menang karena bisa menghasut Olivia

“Aku tidak mau di sini, Olivia. Jadi, ikut aku ke kamar,” kata Simon.

Olivia hendak menolak, tetapi tiba-tiba saja pria itu mengangkat tubuhnya. Simon bahkan dengan tenang meletakkan di satu punggung, membuat Olivia melebarkan kedua mata. Dia terkejut dan tidak siap dengan perlakuan pria itu. Hingga tubuhnya diletakkan di ranjang, membuat Olivia membuang napas lirih.

“Aku rasa, kemarin malam kamu tidak mengingatnya, Olivia. Jadi, sekarang aku akan membuatmu ingat,” ucap Simon, melepas satu per satu kancing pakaiannya.

Setelah dada bidangnya terlihat sepenuhnya, Simon mulai menaiki ranjang, tetapi tepat disaat yang sama, dering ponsel terdengar. Olivia tahu itu ponsel miliknya, membuatnya bangkit dan siap mengambil benda pipih tersebut. Olivia takut kalau ada hal penting.

Sayangnya, Simon langsung mencegah. Pria itu kembali mendorongnya, membuatnya berbaring di ranjang. Kedua tangannya bahkan sudah diletakkan di atas kepala, membuat Olivia tidak bisa bergerak.

“Simon, aku harus angkat panggilan,” kata Olivia.

Simon diam, tetapi dia melirik ke arah ponsel milik Olivia. Melihat nama Sean tertera di layar, bibirnya tersenyum sinis. Dia bahkan dengan enteng berkata, “Bukan hal penting. Hanya orang iseng.” Setelahnya, Simon menundukkan tubuh dan memberikan kecupan di leher Olivia

Sedangkan di tempat lain, Sean yang menghubungi Olivia semakin kesal karena tidak ada jawaban. Dia menghentikan panggilan dan menggenggam ponsel erat. Rahangnya mengeras dengan tatapan tajam.

“Aku benar-benar akan menghabisimu saat pulang nanti, Olivia,” gumam Sean.

***

“Gila. Simon benar-benar ingin membunuhku,” gumam Olivia dengan wajah masam. Rasanya benar-benar kesal dengan Simon yang terus saja menggodanya. Bahkan, untuk pulang saja, rasanya Olivia tidak memiliki tenaga.

Namun, dia tetap memilih pulang. Selarut apapun, dia harus pulang supaya tidak menimbulkan kecurigaan. Pasalnya, kalau dia bilang ada dinas di luar kota, mereka pasti curiga. Dia baru masuk. Jadi, tidak mungkin Simon akan mengajaknya dinas di luar kita secepat itu.

“Darimana saja kamu, Olivia?”

Olivia yang baru saja memasuki ruang keluarga langsung berhenti ketika mendengar pertanyaan itu. Dia mengalihkan pandangan, menatap Sean yang tengah duduk di salah satu sofa. Sebenarnya Olivia sedan malas berurusan dengan pria itu, tetapi kali ini Olivia memilih mendekat.

“Sudah berani pulang malam sekarang?” Sean menatap ke arah Olivia lekat, “apa yang diajarkan anak kurang ajar itu sampai kamu berani pulang selarut ini?”

“Aku ada kerjaan yang harus diselesaikan, Sean. Makanya pulang malam,” jawab Olivia.

“Kamu pikir aku percaya?” Sean tersenyum sinis. Dai melangkah ke arah Olivia berada, berhenti tepat di depan istrinya.

“Selama ini aku memang tidak menyentuhmu, Olivia. Itu karena aku tidak mau bersentuhan dengan wanita licik sepertimu. Tapi kamu tetap harus ingat. Kamu itu tetaplah menantu keluarga Charles. Semua orang tahu, kamu itu istriku. Jadi, jangan macam-macam di luar sana. Jangan sampai perilakumu ini membuat nama keluarga Charles menjadi rusak. Kalau sampai itu terjadi, aku akan memberikan hukuman untukmu,” ucap Sean dengan nada mengancam.

Setelah itu, Sean langsung melangkah pergi. Sedangkan Olivia hanya diam dan membuang napas lirih. Dia mencoba menghilangkan kekesalan dan sakit hati karena apa yang sudah dilakukan Sean kali ini.

‘Padahal jelas-jelas dia yang berselingkuh, tetapi sok menasehati,’ batin Olivia.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   [27] Dia Sudah Kembali!

    “Masuk.”Simon yang sejak tadi sibuk dengan pekerjaan langsung berhenti ketika mendengar seseorang mengetuk pintu. Manik matanya menatap ke arah pintu yang perlahan terbuka. Hingga dia melihat siapa yang masuk, membuatnya langsung mengukir senyum. Perlahan, dia bangkit dan melangkah pelan.“Aku mau memberikan dokumen yang kamu minta,” kata Olivia sembari menyerahkan map berisi dokumen.Namun, Simon tidak langsung menerima. Dia hanya diam, memperhatikan Olivia yang masih berdiri di depannya. Manik matanya mengamati wanita yang saat ini tengah menunggu tindakannya. Hingga Simon mengulurkan tangan dan melingkar di pinggang Olivia. Dengan tenang, dia menarik pelan dan memangkas jarak yang sempat ada.“Simon, ini di kantor,” ujar Olivia mengingatkan.“Ini kantorku, Sayang. Tidak ada yang bisa masuk tanpa seizinku,” sahut Simon dengan enteng.Memang tidak ada, tetapi kalau ada yang melintas di depan ruangan itu, jelas mereka melihat apa yang sedang mereka lakukan. Olivia sendiri merasa tida

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   [26] Memperingatkan dengan Serius

    “Bagaimana kondisimu sekarang, Elsa? Apa sudah membaik?” tanya Sean dengan sorot mata cemas.Elsa yang saat itu hanya berbaring langsung menganggukkan kepala. Wajahnya tampak pucat dan lemah. Sejak pagi dia hanya berbaring dan tidak melakukan apapun.“Perutmu juga masih sakit?” tanya Sean.“Hanya sedikit. Tiduran sebentar, nanti juga sembuh,” jawab Elsa.Sean membuang napas lirih. Wajahnya menunjukkan simpati dengan kondisi Elsa saat ini. Setiap kali datang bulan, wanita itu pasti merasakan sakit. Hingga dia membantu Elsa berbaring dan menyelimuti.“Kamu istirahat dulu. Aku buatkan makanan untukmu,” kata Sean kembali.Elsa yang sudah bebaring hanya diam, tetapi saat melihat Sean hendak pergi, Elsa menahannya. Dia menggenggam erat dan menggigit bibir bagian bawah. Wajahnya memelas dengan perasaan tidak karuan. Hingga dering ponsel terdengar, membuat keduanya mengalihkan pandangan.“Siapa?” tanya Elsa saat melihat Sean menatap layar ponsel dengan sorot mata meragu.“Papaku,” jawab Sean,

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   [25] Mulai Curiga

    Olivia menuruni satu per satu anak tangga dengan tenang. Manik matanya menatap sekitar. Rumah itu tampak benar-benar sepi. Padahal biasanya banyak sekali pegawai yang bekerja, tetapi hari ini sepertinya semua sedang mengambil cuti.“Olivia.”Olivia yang mendengar panggilan itu pun langsung mengalihkan pandangan. Melihat sang mama mertua ada di ruang makan, Olivia tersenyum lebar. Kakinya melangkah pelan, menuju ke asal suara.“Kamu mau berangkat bekerja?” tanya Gina dengan suara lembut.Olivia sendiri hanya menganggukkan kepala dan bergumam pelan. Manik matanya menatap ke arah sekitar. Tidak ada Sean. Hanya ada kedua mertuanya yang siap untuk sarapan.‘Jangan-jangan dia belum pulang,’ batin Olivia, tetapi sesaat kemudian dia menghilangkan pikiran tersebut. Dia tidak perlu mengurusi Sean lagi. Pria itu sudah dewasa. Jadi, harus mulai bertanggung jawab untuk urusannya sendiri.“Kalau begitu ayo kita sarapan,” ajak Gina.Tidak mungkin rasanya menolak. Mama mertuanya baru saja pulang dar

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   [24] Selalu Menjadi Prioritas

    “Sean, bisa hari ini kamu jangan pulang? Aku takut kalau perutku sakit lagi. Kamu juga tahu sendiri, kan? Aku tidak memiliki keluarga di sini. Jadi, aku tidak tahu harus minta tolong dengan siapa. Sahabatku juga lagi gak di sini,” kata Elsa dengan wajah memelas.Sean terdiam, tidak langsung menjawab ucapan Elsa. Dia sedang mempertimbangkan keputusannya. Sean tidak mau kalau masalahnya dengan Elsa hari ini sampai ke telinga sang papa. Dia tahu, selama ini papanya sedang mengawasi. Hanya saja, akhir-akhir ini sang papa jauh lebih ketat dari sebelumnya.‘Kalau sampai kau ketahuan ke rumah Elsa, apa ini tidak akan jadi masalah?’ batin Sean dengan meragu.“Sean, kenapa diam saja?” tanya Elsa karena tidak juga mendapat jawaban. Dia pun memegang lengan baju Sean dan menarik pelan.Sean yang awalnya melamun langsung tersadar. Dia menatap ke arah Elsa yang tampak begitu pucat. Ada perasaan tidak tega, tetapi dia juga tidak mungkin melawan sang papa. Dirinya belum sepenuhnya menjadi pewaris. K

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   [23] Berusaha untuk Memisahkan

    “Elsa.”Elsa yang saat itu tengah duduk langsung mengalihkan pandangan. Dia menatap ke asal suara. Mendapati Sean sudah berada di depannya, Elsa langsung memasang wajah penuh kesakitan. Tangannya terus memegangi perut, sesekali mendesis pelan.“Sayang, kamu kenapa?” tanya Sean dengan wajah cemas. Dia mengalihkan pandangan, menatap sekitar yang tampak berantakan. Di sana ada pecahan gelas juga, membuatnya semakin khawatir.“Sebenarnya ini kenapa?” tanya Sean kembali. Dia memegang jemari Elsa dan mengelus secara perlahan.“Perutku tiba-tiba saja sakit, Sean. Mungkin karena mau datang bulan,” jawab Elsa.“Terus kenapa gak hubungi aku dari pagi?” tanya Sean lagi.“Aku pikir Cuma masalah sepele saja. Minum obat juga bakal sembuh, tapi ternyata aku salah. Sakitnya malah semakin terasa,” jawab Elsa dengan wajah memelas dan menunjukkan penyesalan.Sean yang mendengar hal itu membuang napas kasar. Dia menarik Elsa dan mendekap lembut. Sebelah tangannya mengelus pelan sembari berkata, “Lain kal

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   [22] Semakin Tersadar

    “Jangan kamu kira perkataan ku tadi karena aku menyukaimu, Olivia. Ingat, aku tidak akan menyukai wanita licik sepertimu. Aku melakukan itu hanya karena malas mendengar ocehan Papa.”Olivia yang mendengar ucapan Sean hanya diam dan tersenyum sinis. Dia sendiri malas meladeni Sean. Perlakuan pria itu juga tidak bisa membuat hatinya luluh. Sekarang Olivia bahkan sudah memiliki rasa apapun dengan Sean, yang ada malah muak setiap kali melihat wajah munafik Sean.“Sekarang kamu bisa mengendalikan Papa. Entah apa yang kamu katakan, tetapi Papa selalu membelamu. Apa kamu puas?” Sean menatap ke arah Olivia dengan sorot mata merendahkan.Namun, Olivia hanya diam. Dia sempat menatap sekilas dan kembali mengalihkan pandangan. Rasanya jalanan jauh lebih indah daripada menatap waja Sean yang memuakkan. Sayangnya Sean berpikir lain. Pria itu langsung berhenti, membuat Olivia tersentak kaget.“Apa-apaan kamu, Sean?” tanya Olivia, kesal karena Sean yang berhenti mendadak.“Seharusnya aku yang bertany

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status