Share

Chapter 003

last update Last Updated: 2025-03-12 10:16:10

"Tenang, Ayla! Kau bukan orang yang mudah kalah."

Ayla menatap pantulan dirinya di dinding kaca gedung megah di depannya. Langit biru pagi terpantul di permukaannya, membuatnya tampak semakin tinggi dan berwibawa.

MAHA Entertainment.

Nama itu terpampang angkuh di atas pintu masuk utama, seperti pengingat bahwa dunia hiburan tidak pernah tidur. Ini bukan sekadar gedung; ini adalah pusat kekuasaan.

Ayla menarik napas panjang, menekan perasaan gugup yang merayap di dadanya.

Hari ini, Ayla tidak datang sebagai seseorang yang dipermalukan. Tapi, datang untuk membuktikan bahwa dirinya masih layak berada di dunia ini.

Tanpa ragu, Ayla melangkah masuk.

Begitu melewati pintu kaca otomatis, atmosfer di dalam langsung berbeda. Jika DxD terasa seperti panggung penuh kepalsuan, di mana semua orang berusaha terlihat lebih bersinar daripada yang lain, maka MAHA Entertainment seperti markas para eksekutif.

Efisiensi. Disiplin. Tidak ada yang bekerja setengah hati di sini.

Meja resepsionis besar dari marmer hitam berada tepat di tengah lobi. Seorang wanita muda berseragam putih dan blazer navy berdiri di belakangnya. Rambut cokelatnya tersanggul rapi, dan wajahnya menyiratkan profesionalisme tanpa cela.

"Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?"

"Ayla Dewita," jawabnya tanpa ragu. "Saya ada janji dengan Darren Langston."

Resepsionis itu menelusuri layar monitornya sebelum mengangguk. "Ya, Anda sudah ditunggu. Silakan naik ke lantai 18! Ruangannya ada di ujung koridor."

Ayla tidak berterima kasih, hanya mengangguk singkat dan berjalan menuju lift.

Saat lift terbuka di lantai 18, pemandangan di depannya langsung menyita perhatian.

Lantai ini jauh lebih eksklusif dibandingkan lobi. Dindingnya dihiasi panel kayu mahal dengan aksen emas, sementara lampu gantung kristal di langit-langit memancarkan cahaya mewah.

Staf-staf berlalu-lalang dengan ekspresi fokus. Para pria mengenakan setelan gelap yang rapi, sementara para wanita memakai rok pensil dan blazer berpotongan sempurna. Tidak ada yang terlihat malas atau sibuk menggosip.

Ayla merasakan tatapan-tatapan yang mengarah padanya.

Sebagian hanya melirik sekilas sebelum kembali bekerja. Namun, ada juga yang saling berbisik.

Tentu saja mereka mengenalnya.

Ayla Dewita, manajer yang pernah berjaya, lalu terhempas ke dasar.

Ayla mengabaikan mereka dan terus berjalan. Sampai akhirnya, ia berdiri di depan pintu kaca buram dengan logo CEO MAHA Entertainment terukir di tengahnya.

Dengan mantap, Ayla mengetuk.

"Masuk!" Terdengar suara berat dari dalam.

Ayla membuka pintu dan melangkah masuk.

Ruangan Darren lebih luas dari yang ia bayangkan. Jendela besar di belakang meja kerjanya menyajikan pemandangan kota dari ketinggian, sementara interior ruangan didominasi warna gelap yang elegan. Meja kayu mahoni di tengah ruangan bersih tanpa tumpukan dokumen yang berantakan.

Di belakang meja itu, Darren duduk dengan santai.

Kemeja hitamnya digulung hingga siku, menampilkan pergelangan tangan kokohnya yang dihiasi jam tangan mahal. Sorot matanya tajam, penuh perhitungan.

Ayla tidak menunggu sapaan basa-basi. Ia melangkah maju dan duduk di kursi di depannya.

Darren menaikkan satu alis, lalu menyeringai kecil.

"Kau datang tepat waktu."

"Aku tidak suka terlambat," balas Ayla.

Darren menyandarkan punggung ke kursinya, menyilangkan jari di atas meja. "Bagus. Karena mulai hari ini, kita tidak punya waktu untuk main-main."

Ayla menatapnya penuh tekad. "Apa yang harus aku lakukan?"

Darren menyeringai. "Menangani seorang bintang."

Ayla menyipitkan mata. "Bintang?"

Darren mengangguk pelan. "Dan bukan sembarang bintang."

Sebelum Ayla sempat bertanya lebih lanjut, pintu ruangannya diketuk.

Seorang pria melangkah masuk. Langkahnya percaya diri, seolah dunia berputar di sekelilingnya.

Sosok pria itu tinggi dan atletis. Wajahnya tampan berstruktur tegas dan mata tajam yang berkilat penuh percaya diri. Rambut hitamnya sedikit acak-acakan, tetapi justru membuatnya terlihat semakin karismatik. Ia mengenakan jaket kulit hitam di atas kaus putih polos, menciptakan kesan maskulin yang kuat.

Tubuh Ayla menegang. Ia sangat mengenal pria ini.

"Tidak mungkin," gumamnya.

Darren tersenyum tipis. "Kenalkan! Inilah proyek pertamamu di MAHA Entertainment."

Pria itu melangkah lebih dekat, menyeringai penuh percaya diri.

"Sudah lama, Ayla."

Ayla menggertakkan giginya.

Sial!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 043

    Victor menatapnya lekat-lekat. “Kamu masih memikirkannya?”Ayla mengerjap, jantungnya menghantam tulang rusuk. “Apa maksudmu?”“Mimpi itu,” bisik Victor. “Yang kamu alami semalam. Aku tahu kamu belum lupa.”Ayla membeku.“Bajingan,” gumamnya. “Kau!”“Kau memerah sekarang,” potong Victor, senyumnya melebar sedikit. “Bukan karena dingin. Tapi karena kau takut aku benar.”Ayla mendorong dadanya, tapi Victor tetap tak bergeming. Satu tangannya naik, menyentuh pipi Ayla dengan punggung jemarinya gerakan yang lembut tapi mengancam.“Kau bilang aku egois,” ucap Victor pelan. “Tapi kali ini aku akan berikan kau pilihan.”Ayla menatapnya curiga. “Pilihan?”Victor menunduk sedikit, bibirnya hampir menyentuh telinga Ayla saat berbisik, “Tinggal malam ini di sini dengan aku.”Ayla mendorong dada Victor sekuat tenaga, hingga ia bisa bangkit dari pangkuannya. Wajahnya merah, bukan lagi karena malu tapi karena marah. Matanya menyala, rahangnya mengeras.“Kau gila!” teriaknya tajam. “Kau pikir aku si

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 042

    Malam terasa tenang dengan angin semilir menyapu permukaan air kolam yang memantulkan cahaya bulan. Di kejauhan, para kru sudah mulai berkemas, sebagian kembali ke kamar, sementara yang lain memilih berkumpul di area makan, merayakan akhir syuting dengan obrolan ringan dan tawa pelan.Tapi tidak dengan Ayla.Ia duduk di kursi rotan menghadap kolam renang, dengan segelas teh dingin yang mulai mencair dalam genggamannya. Malam itu terasa sunyi di sekitar kolam. Hanya suara dedaunan dan riak air yang mengisi ruang kosong di antara pikiran-pikirannya.“Sendiri, manajer?”Suara berat itu membuat Ayla menoleh.Victor berdiri di sana, mengenakan kaos tipis berwarna gelap dan celana training. Sepatu ketsnya dibiarkan terbuka talinya, dan rambutnya sedikit berantakan seolah ia baru saja mengacaknya sendiri. Tapi ekspresi wajahnya datar.Ayla mengangkat alis, tampak tak suka dengan kehadiran Victor. Setelah berusaha menghindari pria itu seharian, tiba-tiba mereka malah bertemu di sini. “Kau ta

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 041

    Jantung Ayla masih berdegup tak karuan. Ia sempat mengutuk dirinya sendiri karena mimpi panas tentang Victor, tubuhnya, dan bisikan-bisikan menggoda yang terasa terlalu nyata.Begitu pintu tertutup, Ayla menyandarkan tubuhnya ke belakang. "Sial, apa karena aku mabuk makanya aku bisa mimpi kayak gitu? Astaga Ayla, kau pantas mati," desisnya pelan.Ia menyentuh wajahnya yang masih panas. Bayangan tubuh Victor dalam mimpi itu kembali hadir. Kulitnya, otot perutnya, dan cara pria itu menyuruhnya menyentuhnya.“Arght!” Ayla memekik kecil dan menepuk wajahnya sendiri."Ah, kau masih membayangkan pria brengsek itu, Ayla? Kau memang pantas mati!"Dengan gerakan cepat, Ayla melepas jubahnya, berganti pakaian dengan kaos crew hitam dan celana panjang senada. Rambutnya dikuncir seadanya, lalu ia keluar dari kamar sambil menggantungkan ID card di leher.Lorong villa masih sepi, tapi di ruang belakang, tempat setting taman, suara-suara mulai terdengar. Ayla melangkah cepat ke arah tenda logistik.

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 040

    Ayla menggigit bibir bawahnya kuat, hingga nyaris meninggalkan bekas. Matanya menyala, sayu tapi tajam, seperti api kecil yang diam-diam menyambar. Nafasnya mulai tidak beraturan, tapi ia tidak bergeming. Ia hanya terbaring di sana, membiarkan jubahnya terbuka separuh, memperlihatkan kulit pucat yang menggoda dalam pantulan lampu temaram.Tatapannya tak lepas dari Victor, seolah menantang pria itu untuk segera membuka satu-satunya penutup di tubuhnya. Tanpa kata, tangan Ayla mulai bergerak, tidak gemetar, tidak ragu. Ia menyentuh dada Victor sekali lagi, menyusuri otot yang menegang di bawah kulitnya. Tidak seperti di awal yang terpaksa, kali ini Ayla benar-benar menikmatinya. Sentuhan itu bukan sekadar menyentuh biasa. Dia seolah mengklaim tubuh Victor. Ayla tak ingat jika Victor memiliki tubuh seseksi ini. “Lepas itu,” bisik Ayla akhirnya. Suaranya serak, rendah, penuh amarah yang dibungkus hasrat. “Buat aku lupa bahwa kau adalah si brengsek,” tambahnya, nyaris tak terdengar.V

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 039

    BLAMMM!!!Pintu terbanting keras. Gagangnya bergetar hebat saat Ayla mendorongnya dengan kasar, lalu menguncinya rapat dari dalam. Suara hentakan tumitnya terdengar lantang di lantai kayu saat ia masuk, napasnya memburu.Pipinya merah padam, bukan hanya karena udara malam yang dingin, tapi karena malu, marah, dan kesal yang bercampur aduk dalam dada. Sementara jantungnya? Berdebar tak karuan. Seolah ingin memecah tulang rusuk dan kabur dari tubuhnya sendiri.“Apa karena aku mabuk?” gumamnya seraya menggigit kukunya. “Makanya aku bisa secara tak sadar masuk ke kamarnya?” lanjut Ayla menambahkan.Dia berjalan mondar-mandir, sebelum memejamkan mata dan menahan napas untuk sesaat, menahan rasa ingin memukul dirinya sendiri.“Astaga, Ayla, kau benar-benar pantas mati!”Dengan langkah gusar, dia melempar sepatunya ke sudut ruangan, menjatuhkan tas ke lantai, lalu menghempaskan diri duduk di pinggir ranjang.Namun otaknya tak bisa diam.Gambaran dada bidang Victor muncul begitu saja dalam b

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 038

    Ayla mengumpulkan keberaniannya, tubuhnya menggigil entah karena marah, malu, atau karena sesuatu yang lain yang bahkan tak ingin ia akui. Dengan gerakan tiba-tiba, ia mengangkat kedua tangannya dan mendorong dada Victor dengan sekuat tenaga.Namun tangan Victor lebih cepat. Ia menangkap pergelangan tangan Ayla, mencengkeramnya dengan lembut namun cukup kuat untuk membuat Ayla tak bisa melawan.“Lepaskan!” desis Ayla, berusaha melepaskan cengkeraman itu, tapi tubuh Victor terlalu dekat.“Aku bilang lepaskan, brengsek!”Bukannya menurut, Victor justru menarik Ayla mendekat.“Ah...”Air di bathtub langsung berombak ketika tubuh Ayla sedikit terangkat dari posisi nyaman sebelumnya. Dada mereka hampir bersentuhan. Nafas mereka bertabrakan. Mata Victor menatap dalam ke iris gelap Ayla yang sekarang terbuka lebar dengan ketegangan dan kemarahan.Namun Victor hanya diam beberapa detik. Mempelajari ekspresi wanita di depannya. Lalu ia mencondongkan wajahnya dan mengecup bibir Ayla dengan ger

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status