Share

Chapter 004

last update Last Updated: 2025-03-12 10:16:46

Ayla terpaku di tempatnya.

Otaknya berusaha menyangkal kenyataan yang ada di depan matanya. Tapi tidak peduli seberapa keras ia mencoba, pria itu tetap berdiri di sana. Nyata. Dengan tubuh tegap, tangan dimasukkan ke saku celana, dan senyum tipis yang terlihat santai, tetapi justru memancarkan kesombongan.

Victor Noelle.

Pria yang pernah Ayla cintai lebih dari siapa pun. Namun, meninggalkannya di altar tiga tahun lalu tanpa sepatah kata.

Jari-jari Ayla mencengkeram lengan kursi begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih. Detak jantungnya melonjak liar, tetapi ia menolak membiarkan kegelisahannya terlihat.

Ayla menelan ludah. Ia mencoba meredam sensasi aneh di perutnya yaitu perpaduan amarah, sakit hati, dan sesuatu yang ia benci untuk akui… ketakutan.

Sementara itu, Victor tetap diam, hanya mengamatinya dengan tatapan tajam yang sulit ditebak. Lalu, dengan gerakan santai, ia menyandarkan diri ke meja Darren, seolah situasi ini tidak lebih dari pertemuan bisnis biasa.

“Kau terlihat terkejut, Ayla.”

Suaranya masih sama. Dalam, tenang, dan mengandung nada yang membuat bulu kuduknya meremang.

Ayla mengangkat dagunya, menatap Victor lurus-lurus dengan sorot mata dingin. “Terkejut?” Ia tertawa pendek, sinis. “Tidak.”

Menyilangkan tangan, ia mencoba menenangkan detak jantungnya yang masih berdebar cepat. “Aku hanya bertanya-tanya kenapa seseorang yang seharusnya sudah mati di hidupku masih berani berdiri di depanku.”

Senyum Victor tidak luntur. Justru semakin dalam. Tapi matanya… ada sesuatu yang tersembunyi di sana. Sesuatu yang membuat Ayla semakin waspada.

Darren, yang sejak tadi menikmati ketegangan di antara mereka, akhirnya menyela dengan nada ringan seolah baru saja menyaksikan drama yang menarik.

“Kalian bisa menyelesaikan urusan pribadi nanti. Sekarang mari kita bicara bisnis.”

Ayla mengalihkan tatapannya ke Darren dan menghela napas panjang, berusaha mengendalikan emosinya. “Kalau kau berharap aku menangani dia,” katanya tegas, “maka kau salah besar!"

Darren tidak tampak terkejut. Ia hanya menyandarkan tubuhnya ke kursi, lalu tanpa terburu-buru mendorong sebuah berkas ke arah Ayla.

“Kau mungkin ingin melihat ini dulu.”

Ayla memandang dokumen itu dengan kecurigaan yang jelas. Ia tidak langsung menyentuhnya. Tetapi setelah beberapa detik, rasa penasarannya menang. Ia meraih dokumen tersebut dan mulai membaca.

Matanya melebar. Itu adalah kontrak Victor dengan MAHA Entertainment. Namun bukan jumlah yang tertera di sana yang membuatnya kaget. Melainkan halaman terakhir, ada satu klausul yang membuat darahnya berdesir.

Victor Noelle hanya akan memperbarui kontrak jika Ayla Dewita menjadi manajernya.

Ayla merasakan amarah mendidih di dadanya. Ia mendongak, menatap Victor dengan tajam. “Kau bercanda?”

Victor tetap tenang. Tidak ada ekspresi mengejek di wajahnya, hanya ketenangan yang membuatnya semakin menyebalkan. “Aku tidak pernah bercanda, kau tahu.”

Sebuah dengusan marah keluar dari bibir Ayla sebelum ia membanting dokumen itu ke meja dengan kasar. “Aku tidak akan melakukannya.”

Darren masih santai, bahkan tersenyum kecil. “Sayang sekali.” Ia melirik sekilas ke Victor sebelum kembali menatap Ayla. “Padahal aku sudah menyiapkan penawaran yang lebih dari cukup untuk membuatmu berpikir dua kali.”

Ayla menyipitkan matanya. “Maksudmu?”

Darren menyandarkan diri ke kursinya, ekspresinya berubah serius. “Gaji yang kami tawarkan tiga kali lipat dari yang kau dapatkan di DxD.”

Ayla tahu, MAHA Entertainment tidak main-main soal bayaran. Tapi… tiga kali lipat? Itu jumlah yang sulit untuk diabaikan begitu saja.

Namun, uang bukanlah segalanya.

“Aku tidak tertarik.” Nada suaranya tajam, tanpa keraguan. “Beri aku artis lain.”

Darren tertawa kecil, seolah menikmati kepolosannya. “Kalau saja semudah itu.”

Darren mengetuk-ngetuk jarinya ke meja, lalu mencondongkan tubuh ke depan.

Tatapan Darren menajam. “Kau tahu, Ayla… gaji tinggi bukan satu-satunya alasan kau harus mempertimbangkan ini.”

Ayla tidak suka nadanya. Terlalu percaya diri. Terlalu yakin bahwa ia punya sesuatu yang bisa menggoyahkannya.

Ayla menatap pria itu dengan tajam. “Apa lagi sekarang?”

Darren tidak langsung menjawab. Ia hanya menatapnya dalam diam sebelum akhirnya berkata, “Aku tahu tentang berapa banyak tanggunganmu, Ayla.”

Jantung Ayla berdetak lebih cepat.

Darren tidak berhenti. “Tentang orang-orang yang bergantung padamu. Jika kau menolak kesempatan ini…” Ia mengangkat bahu. “Aku tidak bisa menjamin mereka akan baik-baik saja. Kau akan sulit mendapat tempat yang lebih bagus karena hasutan buruk Bianca.”

Tatapan mata Ayla menggelap. Darren tidak secara langsung mengancamnya, tapi pesannya jelas. Dan fakta bahwa Darren tahu tentang kehidupan pribadinya membuat darah Ayla terasa membeku.

Jika Ayla menolak, Ryan dan Bianca pasti akan langsung merasa menang. Ini bukan hanya tentang dia dan Victor. Tapi tentang perang bisnis dan sekarang ia terjebak.

Di hadapannya, Victor masih tetap diam. Tidak menawarkan bantuan dan tidak mencoba membujuknya. Hanya menatap. Seolah membiarkan Ayla bergulat dengan pikirannya sendiri.

Dulu, Ayla pernah mempercayai Victor dengan seluruh hatinya. Namun, ia berakhir dikhianati. Kini, ia dipaksa untuk bekerja dengannya lagi. Apakah Ayla benar-benar harus melakukan ini?

Ayla menutup mata, menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan. Ia tahu jawabannya. Dengan enggan, ia mendongak dan menatap Darren dengan ekspresi dingin.

“Baiklah.”

Darren tersenyum puas. “Keputusan yang cerdas.”

Namun yang membuat dada Ayla semakin sesak bukanlah senyum kemenangan Darren. Melainkan ekspresi Victor yang tersenyum tipis, seolah sudah tahu sejak awal bahwa Ayla tidak akan bisa menolak.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 005

    Ayla menatap kontrak di hadapannya dengan rahang mengeras. Jari-jarinya mencengkeram sandaran kursi, mencoba menahan gejolak yang berputar di dadanya.Di seberang meja, Darren dengan santai mendorong berkas itu lebih dekat. Senyum kecilnya menyiratkan kemenangan.“Ini kesepakatannya.”Suara Darren terdengar begitu ringan, seolah yang ditawarkannya bukanlah perangkap yang akan mengikat Ayla. “Gaji tiga kali lipat dari DxD, fasilitas premium, dan kebebasan penuh dalam mengelola klien.”Kedengarannya menggiurkan. Tawaran yang sulit ditolak. Tapi Ayla bukan orang bodoh. Tawaran semewah ini selalu datang dengan harga yang mahal. Dalam hal ini, harganya adalah sesuatu yang paling ia hindari.Tenggorokan Ayla terasa kering. Ia menelan ludah, lalu mendongak, menatap Darren dengan sorot tak percaya sebelum kembali menatap kontrak di hadapannya.Darren mengangkat alis, masih dengan ekspresi percaya diri yang membuat Ayla ingin membalikkan meja.“Kau ragu?”Darren menghela napas dramatis, lalu

    Last Updated : 2025-03-12
  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 006

    Ayla tidak ingin berlama-lama di ruangan ini. Setelah menyelesaikan tanda tangannya, ia langsung berdiri, mengambil tasnya, dan melangkah cepat menuju pintu tanpa menoleh ke belakang.Victor mengangkat alis, sudut bibirnya sedikit terangkat saat melihat sikap Ayla yang begitu ingin kabur darinya. Ia tidak terburu-buru, tapi tatapan matanya tetap tertuju pada sosok wanita itu yang semakin menjauh.Darren mengamati keduanya dengan minat. “Jangan terlalu keras padanya, Victor.”Victor hanya tersenyum miring sebelum beranjak dari kursinya. “Aku tidak perlu berusaha. Dia yang selalu melawan.”Tanpa menunggu lebih lama, ia mengikuti Ayla keluar.Sesampainya di depan lift, Ayla menekan tombol lift berulang kali, berharap pintu besi itu segera terbuka. Ia tahu Victor akan menyusulnya, dan ia tidak ingin satu ruangan dengan pria itu lebih lama lagi.Pintu lift berdenting dan terbuka. Ayla pun langsung melangkah masuk. Tapi sebelum pintu benar-benar tertutup, sebuah tangan besar menahannya.Vic

    Last Updated : 2025-03-12
  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 007

    Keheningan di dalam lift begitu pekat hingga Ayla bisa mendengar detak jantungnya sendiri, keras dan tidak beraturan. Napasnya pendek, tersengal, seakan oksigen di dalam ruangan sempit itu menghilang begitu saja.Ia berdiri kaku, punggung menempel pada dinding logam dingin, kedua tangan mengepal erat di sisi tubuhnya.'Tidak, tidak, tidak... Kenapa harus sekarang?'Matanya melirik sekilas ke arah Victor melalui sudut mata. Pria itu berdiri tak jauh darinya, begitu dekat hingga keberadaannya terasa menyesakkan.Aroma kayu cendana bercampur mint dari tubuh Victor menyerbu indranya—aroma yang dulu selalu membuatnya tenang, tetapi kini justru mengaduk-aduk perasaannya. Tangannya mencengkeram ponsel erat, seolah benda kecil itu bisa menjadi jangkar yang menahannya tetap waras.Tiba-tiba, lampu lift berkedip satu kali—sebentar, tetapi cukup membuat jantung Ayla melompat panik. Ia menahan napas, merasa sesak oleh bayangan masa lalu yang berputar tanpa ampun di kepalanya.'Kumohon!'Suara mek

    Last Updated : 2025-03-12
  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 008

    Ayla memacu mobilnya tanpa arah yang jelas. Hujan rintik mulai turun, membasahi kaca depan mobilnya, menciptakan pola acak yang segera dihapus oleh sapuan wiper. Napasnya masih belum stabil, pikirannya masih dipenuhi kekacauan setelah pertemuannya dengan Victor.Ia mengeraskan genggaman pada kemudi, berusaha mengabaikan perasaan yang berkecamuk di dalam dadanya. Hanya satu tempat yang terpikir olehnya.Panti Asuhan Melati.Tempat yang dulu selalu menjadi pelariannya. Tempat yang dulu menjadi rumahnya sebelum ia diadopsi oleh pasangan suami istri yang penuh kasih sayang. Orang tua angkatnya telah lama tiada, dan sejak itu, ia jarang kembali ke panti. Namun, malam ini... ia ingin kembali.Ayla menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri. Namun sebelum menuju ke sana, ia membelokkan mobilnya ke sebuah toko roti di pinggir jalan. Tangannya meraih payung yang tergeletak di kursi penumpang, lalu keluar dari mobil dan berjalan cepat menuju toko.Bau roti yang baru dipanggang langsung meny

    Last Updated : 2025-03-12
  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 009

    Ayla tiba di apartemennya tepat pukul sepuluh malam. Begitu ia membuka pintu, lampu otomatis menyala, menerangi ruangan dengan cahaya putih lembut. Kilatan sinarnya memantul di lantai marmer yang dingin, sementara bayangannya sendiri tampak samar di dinding. Suasana apartemen terasa sunyi, hanya suara langkahnya yang terdengar menggema di dalam ruangan.Tangannya terangkat ke leher, memijat pelan titik-titik tegang yang terasa kaku. Tanpa melepas mantel, ia berjalan menuju pantry. Kulkas terbuka dengan suara desisan halus saat ia menarik pegangan pintunya. Udara dingin menyentuh wajahnya, sementara matanya mencari sesuatu yang bisa sedikit menenangkan pikirannya.Susu vanila.Ayla mengambil botol kaca itu dan menuangkan isinya ke dalam gelas. Aroma manisnya samar-samar menguar, tetapi tidak cukup untuk meredakan gejolak yang masih berkecamuk di dalam dadanya. Ia menghela napas, menatap cairan putih itu sesaat sebelum menggenggam gelas dengan lebih erat.Besok, ia akan bertemu dengan

    Last Updated : 2025-03-21
  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 010

    Ayla mengenakan handuk kimono, sementara rambutnya yang masih basah tergulung rapi di balik handuk yang dililit di kepalanya. Ia berjalan keluar dari kamar mandi, udara dingin menyentuh kulitnya, namun ia justru merasa lebih ringan.“Ah, berendam benar-benar efektif,” gumamnya seraya meregangkan tubuh, lalu bersenandung kecil saat langkahnya menuju pantry.Namun, begitu sampai, perutnya tiba-tiba terasa sedikit ngilu. Barulah ia teringat sejak pulang dari panti asuhan sore tadi, ia belum memasukkan apa pun ke dalam perutnya.Ayla membuka kulkas, berharap menemukan sesuatu yang bisa mengisi perutnya. Tapi, yang ada hanya botol air mineral, satu kotak susu, dan beberapa bahan makanan yang bahkan ia malas untuk mengolahnya.Ia mendesah pelan. ‘Kenapa aku tidak membeli sesuatu tadi?’“Ah, sudahlah!”Alih-alih memasak, ia mengambil sepotong pizza sisa kemarin, malas untuk repot-repot memanaskannya. Dengan satu tangan membawa pizza dan tangan lainnya menggenggam segelas susu dingin, Ayla du

    Last Updated : 2025-03-22
  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 011

    Tiiit! Tiiit! Tiiit!Bunyi alarm bergema tajam, menembus keheningan pagi dengan irama yang memekakkan telinga. Suara itu menusuk kesadarannya, semakin lama semakin nyaring, memaksa Ayla untuk bangun dari alam mimpinya.Ayla tersentak, terduduk dengan napas memburu dan jantung berdegup tak karuan. Tubuhnya terasa panas, keringat dingin mengalir di pelipis dan tengkuknya. Tangannya mengepal erat seprai, mencoba menenangkan diri dari debaran yang masih tersisa."Apa itu tadi?" gumamnya, suaranya terdengar serak dan penuh ketidakpercayaan.Seketika, ingatan dari mimpinya menyeruak ke permukaan. Gambaran bibir yang menyatu, desakan tubuh, napas yang memburu, semuanya terasa begitu nyata.Mata Ayla membulat sempurna. "Aku mimpi berciuman panas dengan Victor?!" serunya.Setengah berbisik, setengah berteriak, seolah ingin meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu hanyalah ilusi tidur. Tangannya langsung menampar pipinya sendiri, mencoba mengusir efek mimpi aneh yang baru saja dialaminya. "Astaga,

    Last Updated : 2025-03-22
  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 012

    “Fokus, Ayla!” gumamnya, mencoba menyemangati diri sendiri.Ia menarik napas panjang, menahannya sejenak, lalu menghembuskannya perlahan. Setelah memastikan mobilnya terparkir dengan sempurna, Ayla tidak langsung turun. Jemarinya mencengkeram kemudi dengan kuat, matanya terpejam beberapa detik, mencoba menenangkan debaran jantung yang terasa sedikit tidak normal akibat mimpi semalam. Setelah merasa cukup siap, barulah ia keluar.Namun, alih-alih berjalan santai seperti biasa, Ayla malah mengendap-endap bak maling yang takut ketahuan."Aman," bisiknya pelan.Baru saja ia hendak berlari kecil menuju lift basement, suara seseorang tiba-tiba menyapanya."Selamat pagi, manajer baru."Ayla hampir berteriak, tetapi refleksnya lebih cepat. Ia langsung menutup mulut dengan kedua tangan, matanya membelalak kaget.Victor, yang berdiri tidak jauh darinya, menaikkan sebelah alis. Melihat reaksi aneh itu, ia malah semakin mendekat, menundukkan sedikit badannya hingga sejajar dengan wajah Ayla. Tata

    Last Updated : 2025-03-23

Latest chapter

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 033

    “Cut!”Suara lantang dari sutradara membuat seluruh tim produksi seolah menarik napas lega bersamaan. Beberapa detik kemudian, sorak kecil pun terdengar dari arah kru kamera.“Nice banget!” ucap salah satu asisten sutradara sambil mengacungkan jempol. “Great energy, guys!”“Terima kasih semuanya!” tim lighting berseru hampir bersamaan saat mulai mematikan lampu satu per satu.“Good job, Victor, Luna!” seru kru wardrobe sambil melintas membawa tumpukan kostum cadangan.Beberapa kru lain menepuk-nepuk bahu sesama, sebagian bercanda santai saat mulai membongkar peralatan. Suasana sedikit rileks, namun tetap teratur. Seseorang dari tim audio bahkan menyalakan musik ringan dari ponselnya, membuat suasana lebih santai. Beberapa peserta mulai berdiri dari kursi santai mereka, beringsut menuju area kamar untuk mengganti pakaian. Ada yang memesan jus kelapa muda dari kru katering yang baru datang.Victor berdiri perlahan dari kursi rotannya, mengambil sebotol air mineral dari atas meja bunda

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 032

    Setelah sesi coffee talk yang cukup menguras emosi dan tawa, kru kemudian mengarahkan para peserta ke lokasi berikutnya.Area poolside. Sebuah set telah disiapkan. Payung rotan besar, kursi santai berlapis kain linen, dan minuman tropikal dalam gelas tinggi yang diletakkan di atas meja rotan bundar. Angin laut bertiup ringan, membawa serta aroma asin dan wangi kelapa dari lotion para peserta.Hari sudah condong ke siang, dan sinar matahari mulai mengintip malu-malu dari balik awan. Suara ombak tak jauh dari sana menyatu dengan derit kursi, gesekan sandal di lantai kayu, dan tawa ringan beberapa kru yang masih menyelesaikan set up.Luna duduk menyamping di salah satu kursi rotan. Gaun sundress putih tipis membalut tubuhnya dengan lembut, mengikuti lekuk punggung dan paha saat ia menyilangkan kaki dengan elegan. Bagian pundaknya terbuka, sengaja dibiarkan begitu agar kulitnya terkena matahari. Rambut hitam bergelombangnya ia biarkan lepas, dibiarkan tertiup angin tanpa banyak disisir.

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 031

    Setelah sarapan, suasana vila pun perlahan berganti. Meja-meja sudah dibersihkan, kru kemudian mulai merapikan alat syuting, dan peserta satu per satu menuju kamar masing-masing untuk bersiap. Udara Bali mulai menghangat, tapi angin laut masih membelai lembut dedaunan kelapa.Ayla berdiri di bawah pohon kamboja di tepi halaman, mengecek ulang rundown yang terjepit di clipboard. Matanya menyapu area, melihat beberapa kru sedang menata kamera, lighting sudah mulai dipasang, dan makeup artist terlihat sibuk memoles para peserta di sisi lounge.“Pagi ini kita shoot first impression challenge,” kata Rini, salah satu asisten produser yang menghampirinya sambil membawa walkie-talkie.Ayla mengangguk. “Setting di taman depan vila, ya? Aku mau brief peserta dulu.”Langkahnya terarah, mantap seperti biasa, meski perasaannya belum sepenuhnya tenang.Di sudut taman yang rindang, Ayla memanggil peserta satu per satu. Mereka duduk melingkar di atas alas tikar rotan, mengenakan outfit kasual yang t

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 030

    Pagi terasa tiba lebih cepat. Angin laut yang lembut menerpa tirai jendela kamar Ayla. Matahari belum tinggi, tapi hiruk pikuk sudah mulai terdengar dari dapur vila utama. Ayla berdiri di depan cermin, merapikan rambutnya yang digelung sederhana. Rona merah tipis masih tertinggal di pipinya, bekas malam sebelumnya yang tak kunjung benar-benar menghilang dari benaknya.Ayla menarik nafas berulangkali, “Ayla, kau hanya perlu bersikap biasa. Ya, bersikap biasa,” kata Ayla mengulang perkataannya seperti tengah membaca mantra. “Semalam, aku sedikit mabuk. Itu bukan apa-apa. Hanya insiden kecil biasa karena terbawa suasana. Ya, seperti itu.”Ayla menatap wajahnya di cermin dan meyakinkan diri sekali lagi. “Pun, itu hanya sekedar kecupan. Ayolah Ayla, kau tak mungkin seperti ini hanya karena sebuah kecupan bukan? Tidak seperti dirimu saja!”“Ya, apa salahnya dengan kecupan? Aku bahkan pernah menghabiskan satu malam dengan pria random di bar,” kata Ayla lagi. Setelah menarik nafas panjang

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 029

    Malam semakin larut. Langit di atas taman kecil itu dihiasi kerlip bintang yang berserakan seperti pecahan perak. Lampu-lampu taman remang, menyisakan siluet lembut wajah Ayla yang disinari cahaya hangat dari dapur belakang.Kenzo duduk menemani di samping Ayla, tidak terlalu dekat, tapi cukup untuk merasakan hawa tubuh Ayla yang perlahan mulai rileks. Kaleng soda di tangannya sudah tinggal setengah, tetapi tak satu pun dari mereka berbicara lagi. Hening yang nyaman menggantikan semua kegaduhan hari itu.Ayla memejamkan mata sejenak, membiarkan angin menyapu rambutnya. Kenzo mengamatinya diam-diam, garis rahang yang tegas namun lembut, bibir yang sedikit basah oleh soda, dan mata yang sendu. Seolah menyimpan terlalu banyak luka.“Lucu, ya...” suara Kenzo pelan, seperti bisikan. “Kita berdua duduk di sini, padahal tadi siang hampir gak saling bicara.”Ayla membuka mata. Menoleh perlahan.“Lucu?” tanyanya balik.“Iya,” Kenzo tersenyum tipis. “Kadang kamu gak perlu waktu lama buat tahu

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 028

    Langit Bali diselimuti bintang, angin laut berhembus lembut ke arah lounge rooftop tempat para peserta dan kru bersantai. Musik dari speaker kecil mengalun pelan, diselingi tawa-tawa ringan dan bunyi gelas bersentuhan. Beberapa minuman beralkohol beredar di meja, tidak banyak, hanya sekadar pemecah dingin malam.Ayla baru saja menyelesaikan review rekaman hari itu ketika ia naik ke atas untuk mengecek keadaan. Rambutnya diikat setengah, mata lelah tapi tetap awas. Ia tidak berniat tinggal lama, hanya memastikan semuanya terkendali, lalu kembali ke kamarnya.Tapi seseorang memanggilnya.“Ey, Ayla.”Suara itu serak. Dalam.Victor.Ia duduk sendirian di ujung sofa, satu botol bir setengah kosong di tangan. Tatapannya kosong menatap lautan malam, tapi ketika Ayla menoleh, sorot itu langsung menancap padanya.“Kau ngapain masih di sini?” tanya Ayla, berdiri agak jauh, menjaga jarak.Victor tersenyum miring, lalu meneguk minumannya. “Mungkin... menunggu kau datang.”Ayla menghela napas. “V

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 027

    Setelah sesi di api unggun selesai dan para peserta satu per satu kembali ke vila, Ayla memilih untuk tetap tinggal di pantai. Cahaya bulan memantul di permukaan laut, menciptakan riak berkilauan yang indah dan sendu. Sepi perlahan menyelimuti, hanya suara ombak dan desir angin yang menemani. Ia berdiri dengan tangan dimasukkan ke dalam saku sweater, memandang ke cakrawala seolah mencari sesuatu yang tak akan pernah benar-benar bisa ia temukan.Langkah kaki terdengar dari arah belakang. Ayla menoleh perlahan.Kenzo.Ia datang tanpa suara, mengenakan jaket parasut tipis dan celana santai, rambutnya sedikit acak karena angin, wajahnya separuh gelap karena cahaya bulan yang tidak merata. Ia berhenti di samping Ayla, tak terlalu dekat, tapi cukup untuk membiarkan keheningan tumbuh nyaman di antara mereka.“Aku nggak nyangka kamu beneran jawab pertanyaanku tadi,” ujar Kenzo, suaranya pelan, seolah takut mengusik malam.Ayla tidak langsung membalas. Ia hanya menarik napas dalam dan membia

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 026

    Malam ketiga di vila pinggir pantai Bali terasa hangat meski angin berembus kencang dari laut. Api unggun menyala tenang di tengah lingkaran kursi rotan yang disusun setengah melingkar, memantulkan cahaya oranye ke wajah-wajah yang berseri karena lelah dan tawa. Di sekeliling, lampu-lampu gantung dari bohlam kecil berkedip lembut, menciptakan suasana seperti pesta kecil yang intim.Ayla duduk di antara dua peserta pria, masih mengenakan sweater abu oversized yang menutupi separuh lengannya, dipadukan dengan celana jeans longgar dan sandal rumah. Rambutnya dibiarkan tergerai, beberapa helaian terbang ditiup angin malam, dan matanya yang tajam tak berhenti mengamati sekeliling—kebiasaan seorang produser yang tak bisa diam.Padahal, awalnya ia tak berniat duduk di sana.Namun, karena salah satu peserta perempuan mendadak sakit, produser memintanya untuk bergabung demi meramaikan sesi behind-the-scenes ini. Ice breaking, katanya. Konten lucu-lucuan. Ayla menolak halus, tapi sorotan kamer

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 025

    Senja mulai turun perlahan, mewarnai langit Bali dengan semburat oranye dan ungu yang indah. Cahaya matahari terakhir jatuh tepat di permukaan kolam infinity, memantulkan warna emas yang hangat. Di rooftop vila, makan malam pertama sudah disiapkan. Meja panjang dari kayu jati dihiasi lampu gantung bohemian dan lilin-lilin kecil dalam toples kaca. Aroma ayam bakar, udang panggang, dan sambal matah menyeruak memikat indra.Para peserta mulai mengambil tempat duduk. Tertawa, bersenda gurau, dan sesekali melempar candaan tentang siapa yang bakal dekat dengan siapa. Semua terdengar natural, seperti yang diharapkan kru produksi.Victor duduk di ujung kanan meja, berseberangan dengan Luna yang tampak tak berhenti menatapnya sambil sesekali memulai obrolan ringan. Di sisi kiri Victor, ada kursi kosong.Ayla datang beberapa menit kemudian, membawa tablet kecil dan earpiece yang tergantung di telinganya. Ia tidak berniat ikut makan malam, hanya ingin memastikan bahwa audio dan angle kamera be

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status