Share

Chapter 002

last update Last Updated: 2025-03-12 10:15:34

"Ugh!"

Kepalan tangan Ayla mengeras di atas meja bar yang dingin. Kepalanya terasa berat. Bukan karena alkohol, tapi karena emosi yang berkecamuk di dadanya.

Lima tahun Ayla membangun kariernya dari nol. Ia bekerja siang dan malam tanpa mengenal lelah. Tapi dalam satu hari, kariernya jatuh karena seorang pria tidak tahu diri.

Ryan Kenzie.

Bajingan itu bukan hanya menghancurkan kariernya. Tapi juga berhasil menendangnya keluar dari industri entertainment seakan-akan ia tidak pernah ada.

Dan Bianca.

Ayla meremas gelas bourbon lebih erat. Tangannya sedikit gemetar. Matanya terpaku pada layar ponselnya. Ia melihat foto Ryan dan Bianca berdiri di samping CEO Star Vision.

Tentu saja. Mereka sudah merencanakan ini sejak awal.

Ayla terkekeh, tapi bukan karena lucu. Lebih seperti tawa getir seseorang yang baru saja menyadari betapa kejamnya dunia yang selama ini dijalaninya.

Rambut Ayla berantakan, bahkan beberapa helai jatuh menutupi wajahnya yang lelah. Riasan di matanya sedikit luntur. Blazer hitamnya terbuka, menampakkan kemeja sutra putih yang sedikit kusut. Biasanya, ia selalu tampil rapi dan profesional, tapi tidak malam ini.

Tepat saat Ayla hendak meneguk sisa minuman, seseorang menarik kursi di sampingnya.

"Ayla?"

Suara berat itu membuat Ayla menoleh dengan malas.

Ayla mengenal pria itu. Ia adalah Darren Langston yang merupakan CEO MAHA Entertainment.

Darren duduk santai di sampingnya. Kemeja navy di tubuh Darren yang tegap sangat cocok dengan lengan tergulung sampai siku. Tentunya memperlihatkan otot-otot tangan yang terbentuk sempurna. Rahang tegas, dan mata tajam penuh perhitungan, menatap Ayla penuh minat.

Ayla mendengus. "Kalau kau datang untuk menertawakan aku, lebih baik pergi!"

Nada sarkas Ayla terdengar malas. Hubungannya dengan Darren tak pernah baik. Apalagi, Darren adalah sepupu seseorang yang pernah mematahkan hatinya. Meskipun Darren sendiri merupakan orang berpengaruh di industri hiburan.

Darren hanya tersenyum kecil sebelum mengangkat tangannya, memberi isyarat pada bartender.

"Dua scotch."

Ayla memutar matanya. "Aku tidak butuh belas kasihanmu."

"Aku tidak menawarkan belas kasihan," jawab Darren santai. "Aku menawarkan peluang."

Ayla menoleh, menatapnya dengan mata menyipit. "Apa maksudmu?"

Darren menyandarkan punggungnya ke kursi, mengambil gelasnya yang baru saja disajikan.

"Aku ingin kau bekerja denganku."

Ayla terkekeh sumbang. "Kau gila!"

"Tidak juga," Darren membalas dengan tenang. "Aku tahu apa yang terjadi hari ini. Aku juga tahu Ryan Kenzie adalah pria brengsek yang tidak tahu cara menghargai orang yang membuatnya berada di puncak."

Darren menyesap minumannya sebelum melanjutkan, "Aku membutuhkan seseorang yang bisa menangani bintang besar. Seseorang yang punya otak, keberanian, dan keteguhan hati."

Darren menatap Ayla langsung. "Dan aku tahu, kau masih punya banyak kartu untuk dimainkan."

Ayla menatapnya balik, matanya berkilat marah. "Semua kartu sudah diambil dariku."

Darren tersenyum kecil. "Benarkah? Atau kau hanya belum siap untuk membalas?"

Ayla terdiam.

Darren benar-benar tahu cara menekan seseorang. "Apa yang akan kudapat?" tanyanya akhirnya, mencoba tetap terdengar dingin.

Darren menyunggingkan senyum kecil. "Kesempatan untuk menghancurkan Bianca dan Ryan. Ambil kembali posisi yang seharusnya milikmu."

Jantung Ayla berdetak lebih cepat. Tapi juga… terlalu menggoda untuk ditolak.

Tangan Ayla yang masih memegang gelas sedikit mengendur. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Lalu dengan penuh tekad, ia mengangkat gelasnya, menatap Darren dengan mata berbinar.

"Aku tertarik."

Darren tersenyum puas. "Bagus."

Mereka mengangkat gelas masing-masing, menandai awal dari sesuatu yang lebih besar.

Namun sebelum mereka sempat meminumnya, ponsel Ayla bergetar di atas meja. Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal.

Unknown: Jangan bermimpi, Ayla! Kau tidak akan pernah bisa menang. Kau sudah mati di industri ini. Tapi kalau kau masih ingin bertarung… bersiaplah! Aku akan memastikan kau benar-benar hancur.

Ayla menegang.

Darren yang memperhatikan perubahan ekspresinya, bertanya, "Apa itu?”

"Ancaman," jawab Ayla dengan seringai dingin.

Darren menyesap scotch-nya dengan santai. "Dari siapa?"

Ayla tak menjawab, sibuk mengetik balasan. Setelah menekan tombol kirim, ia menaruh ponselnya kembali di meja. Dan untuk pertama kalinya malam ini, Ayla tersenyum.

Sementara itu, Darren menatap Ayla diam-diam. Kemudian menarik napas pelan.

Tidak ada yang tahu, tapi Ayla bukanlah seseorang yang ia temui secara kebetulan malam ini. Sudah berbulan-bulan ia memperhatikan Ayla dari jauh. Menganalisis pergerakannya dan menunggu saat yang tepat untuk mendekatinya.

Namun, bukan karena alasan sentimental.

Darren memiliki aturan ketat dalam bisnisnya. Darren tidak pernah merekrut seseorang hanya karena permintaan orang lain.

Tapi Victor Noelleーsepupu sekaligus aktor di bawah naungannya yang jarang meminta bantuan siapa pun, secara pribadi datang padanya.

Darren tersenyum saat mengingat kata-kata Victor tentang Ayla hari itu. Tentu saja, Ayla tidak boleh mengetahuinya.

Darren menyeringai kecil, menyesap minumannya lagi. Ayla mungkin berpikir ini adalah awal dari balas dendamnya. Tapi bagi Darren, ini adalah permainan yang lebih besar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 043

    Victor menatapnya lekat-lekat. “Kamu masih memikirkannya?”Ayla mengerjap, jantungnya menghantam tulang rusuk. “Apa maksudmu?”“Mimpi itu,” bisik Victor. “Yang kamu alami semalam. Aku tahu kamu belum lupa.”Ayla membeku.“Bajingan,” gumamnya. “Kau!”“Kau memerah sekarang,” potong Victor, senyumnya melebar sedikit. “Bukan karena dingin. Tapi karena kau takut aku benar.”Ayla mendorong dadanya, tapi Victor tetap tak bergeming. Satu tangannya naik, menyentuh pipi Ayla dengan punggung jemarinya gerakan yang lembut tapi mengancam.“Kau bilang aku egois,” ucap Victor pelan. “Tapi kali ini aku akan berikan kau pilihan.”Ayla menatapnya curiga. “Pilihan?”Victor menunduk sedikit, bibirnya hampir menyentuh telinga Ayla saat berbisik, “Tinggal malam ini di sini dengan aku.”Ayla mendorong dada Victor sekuat tenaga, hingga ia bisa bangkit dari pangkuannya. Wajahnya merah, bukan lagi karena malu tapi karena marah. Matanya menyala, rahangnya mengeras.“Kau gila!” teriaknya tajam. “Kau pikir aku si

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 042

    Malam terasa tenang dengan angin semilir menyapu permukaan air kolam yang memantulkan cahaya bulan. Di kejauhan, para kru sudah mulai berkemas, sebagian kembali ke kamar, sementara yang lain memilih berkumpul di area makan, merayakan akhir syuting dengan obrolan ringan dan tawa pelan.Tapi tidak dengan Ayla.Ia duduk di kursi rotan menghadap kolam renang, dengan segelas teh dingin yang mulai mencair dalam genggamannya. Malam itu terasa sunyi di sekitar kolam. Hanya suara dedaunan dan riak air yang mengisi ruang kosong di antara pikiran-pikirannya.“Sendiri, manajer?”Suara berat itu membuat Ayla menoleh.Victor berdiri di sana, mengenakan kaos tipis berwarna gelap dan celana training. Sepatu ketsnya dibiarkan terbuka talinya, dan rambutnya sedikit berantakan seolah ia baru saja mengacaknya sendiri. Tapi ekspresi wajahnya datar.Ayla mengangkat alis, tampak tak suka dengan kehadiran Victor. Setelah berusaha menghindari pria itu seharian, tiba-tiba mereka malah bertemu di sini. “Kau ta

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 041

    Jantung Ayla masih berdegup tak karuan. Ia sempat mengutuk dirinya sendiri karena mimpi panas tentang Victor, tubuhnya, dan bisikan-bisikan menggoda yang terasa terlalu nyata.Begitu pintu tertutup, Ayla menyandarkan tubuhnya ke belakang. "Sial, apa karena aku mabuk makanya aku bisa mimpi kayak gitu? Astaga Ayla, kau pantas mati," desisnya pelan.Ia menyentuh wajahnya yang masih panas. Bayangan tubuh Victor dalam mimpi itu kembali hadir. Kulitnya, otot perutnya, dan cara pria itu menyuruhnya menyentuhnya.“Arght!” Ayla memekik kecil dan menepuk wajahnya sendiri."Ah, kau masih membayangkan pria brengsek itu, Ayla? Kau memang pantas mati!"Dengan gerakan cepat, Ayla melepas jubahnya, berganti pakaian dengan kaos crew hitam dan celana panjang senada. Rambutnya dikuncir seadanya, lalu ia keluar dari kamar sambil menggantungkan ID card di leher.Lorong villa masih sepi, tapi di ruang belakang, tempat setting taman, suara-suara mulai terdengar. Ayla melangkah cepat ke arah tenda logistik.

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 040

    Ayla menggigit bibir bawahnya kuat, hingga nyaris meninggalkan bekas. Matanya menyala, sayu tapi tajam, seperti api kecil yang diam-diam menyambar. Nafasnya mulai tidak beraturan, tapi ia tidak bergeming. Ia hanya terbaring di sana, membiarkan jubahnya terbuka separuh, memperlihatkan kulit pucat yang menggoda dalam pantulan lampu temaram.Tatapannya tak lepas dari Victor, seolah menantang pria itu untuk segera membuka satu-satunya penutup di tubuhnya. Tanpa kata, tangan Ayla mulai bergerak, tidak gemetar, tidak ragu. Ia menyentuh dada Victor sekali lagi, menyusuri otot yang menegang di bawah kulitnya. Tidak seperti di awal yang terpaksa, kali ini Ayla benar-benar menikmatinya. Sentuhan itu bukan sekadar menyentuh biasa. Dia seolah mengklaim tubuh Victor. Ayla tak ingat jika Victor memiliki tubuh seseksi ini. “Lepas itu,” bisik Ayla akhirnya. Suaranya serak, rendah, penuh amarah yang dibungkus hasrat. “Buat aku lupa bahwa kau adalah si brengsek,” tambahnya, nyaris tak terdengar.V

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 039

    BLAMMM!!!Pintu terbanting keras. Gagangnya bergetar hebat saat Ayla mendorongnya dengan kasar, lalu menguncinya rapat dari dalam. Suara hentakan tumitnya terdengar lantang di lantai kayu saat ia masuk, napasnya memburu.Pipinya merah padam, bukan hanya karena udara malam yang dingin, tapi karena malu, marah, dan kesal yang bercampur aduk dalam dada. Sementara jantungnya? Berdebar tak karuan. Seolah ingin memecah tulang rusuk dan kabur dari tubuhnya sendiri.“Apa karena aku mabuk?” gumamnya seraya menggigit kukunya. “Makanya aku bisa secara tak sadar masuk ke kamarnya?” lanjut Ayla menambahkan.Dia berjalan mondar-mandir, sebelum memejamkan mata dan menahan napas untuk sesaat, menahan rasa ingin memukul dirinya sendiri.“Astaga, Ayla, kau benar-benar pantas mati!”Dengan langkah gusar, dia melempar sepatunya ke sudut ruangan, menjatuhkan tas ke lantai, lalu menghempaskan diri duduk di pinggir ranjang.Namun otaknya tak bisa diam.Gambaran dada bidang Victor muncul begitu saja dalam b

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 038

    Ayla mengumpulkan keberaniannya, tubuhnya menggigil entah karena marah, malu, atau karena sesuatu yang lain yang bahkan tak ingin ia akui. Dengan gerakan tiba-tiba, ia mengangkat kedua tangannya dan mendorong dada Victor dengan sekuat tenaga.Namun tangan Victor lebih cepat. Ia menangkap pergelangan tangan Ayla, mencengkeramnya dengan lembut namun cukup kuat untuk membuat Ayla tak bisa melawan.“Lepaskan!” desis Ayla, berusaha melepaskan cengkeraman itu, tapi tubuh Victor terlalu dekat.“Aku bilang lepaskan, brengsek!”Bukannya menurut, Victor justru menarik Ayla mendekat.“Ah...”Air di bathtub langsung berombak ketika tubuh Ayla sedikit terangkat dari posisi nyaman sebelumnya. Dada mereka hampir bersentuhan. Nafas mereka bertabrakan. Mata Victor menatap dalam ke iris gelap Ayla yang sekarang terbuka lebar dengan ketegangan dan kemarahan.Namun Victor hanya diam beberapa detik. Mempelajari ekspresi wanita di depannya. Lalu ia mencondongkan wajahnya dan mengecup bibir Ayla dengan ger

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status