Share

Chapter 006

last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-12 10:17:56

Ayla tidak ingin berlama-lama di ruangan ini. Setelah menyelesaikan tanda tangannya, ia langsung berdiri, mengambil tasnya, dan melangkah cepat menuju pintu tanpa menoleh ke belakang.

Victor mengangkat alis, sudut bibirnya sedikit terangkat saat melihat sikap Ayla yang begitu ingin kabur darinya. Ia tidak terburu-buru, tapi tatapan matanya tetap tertuju pada sosok wanita itu yang semakin menjauh.

Darren mengamati keduanya dengan minat. “Jangan terlalu keras padanya, Victor.”

Victor hanya tersenyum miring sebelum beranjak dari kursinya. “Aku tidak perlu berusaha. Dia yang selalu melawan.”

Tanpa menunggu lebih lama, ia mengikuti Ayla keluar.

Sesampainya di depan lift, Ayla menekan tombol lift berulang kali, berharap pintu besi itu segera terbuka. Ia tahu Victor akan menyusulnya, dan ia tidak ingin satu ruangan dengan pria itu lebih lama lagi.

Pintu lift berdenting dan terbuka. Ayla pun langsung melangkah masuk. Tapi sebelum pintu benar-benar tertutup, sebuah tangan besar menahannya.

Victor.

Sial.

Ia masuk dengan santai, membiarkan pintu menutup di belakang mereka, mengunci mereka dalam ruang sempit itu.

“Kenapa buru-buru?” tanyanya ringan, suaranya rendah dan dalam, tapi ada sesuatu di balik nada itu yang membuat Ayla semakin waspada.

Ayla menghembuskan napas tajam. “Aku tidak punya alasan untuk berlama-lama di tempat yang sama denganmu.”

Victor tertawa kecil. “Oh? Kupikir kau baru saja menandatangani kontrak untuk selalu ada di dekatku.”

Ayla mengeratkan genggamannya pada tali tasnya, menahan dorongan untuk menghantamkan sesuatu ke kepala pria itu.

Lift mulai bergerak turun. Suasana sunyi menyelimuti, hanya ada suara pelan dari mesin di atas mereka. Sementara Victor bersandar pada dinding lift, memperhatikannya tanpa malu-malu.

“Kau tidak bertanya kenapa aku memilihmu?”

Ayla menoleh tajam. “Aku tidak peduli.”

Victor tersenyum kecil, matanya berkilat. “Aku tidak percaya itu.”

Ayla ingin membalas, tetapi tiba-tiba, lampu lift berkedip. Seketika, lift berguncang keras, membuat Ayla hampir kehilangan keseimbangan. Alarm berbunyi nyaring, lalu—

Lift berhenti.

Lampu berubah redup, hanya menyisakan cahaya darurat yang berpendar lemah. Dada Ayla mencelos. Ia menekan tombol darurat berulang kali, tapi tidak ada respons.

“Jangan panik,” suara Victor terdengar stabil, meskipun ia sendiri kini berdiri tegak, wajahnya lebih serius.

Ayla menatapnya tajam. “Jangan panik? Serius? Kita terjebak di lift!”

Victor mengangkat bahu. “Kita tidak akan lama di sini.”

Ayla menekan tombol interkom, berharap ada teknisi yang merespons. Tetapi sebelum ada jawaban, lift berguncang sekali lagi—lebih keras kali ini.

Refleks, Ayla tersandung ke belakang. Dalam sepersekian detik, tangan Victor menangkapnya, menariknya ke dalam genggamannya. Dada Ayla nyaris bertemu dengan dadanya.

Jantungnya berdebar lebih cepat—bukan karena lift yang macet, tetapi karena kedekatan ini. Ia segera mendorong Victor menjauh, tetapi pria itu tidak melepaskan tangannya.

“Apa yang kau lakukan?” desis Ayla, matanya menyalang.

Victor menatapnya, masih menggenggam pergelangan tangannya erat. “Menyelamatkanmu.”

Ayla menghela napas kasar, mencoba menarik tangannya, tapi genggaman Victor terlalu kuat. “Lepaskan.”

Victor menatapnya sesaat sebelum akhirnya melepaskan cengkeramannya perlahan. “Kau baik-baik saja?”

Ayla mendengus. “Aku akan lebih baik jika kita keluar dari sini.”

Lift berguncang lagi, kali ini lebih kecil. Beberapa detik kemudian, suara dari interkom akhirnya terdengar.

“Maaf atas gangguannya. Ada sedikit gangguan teknis, tetapi lift akan kembali beroperasi dalam beberapa menit.”

Ayla menghembuskan napas lega, tetapi ketika ia melirik ke samping, ia mendapati Victor masih menatapnya.

“Kenapa menatapku seperti itu?” geramnya.

Victor menurunkan suaranya, nyaris seperti bisikan. “Tidak, hanya kau masih terlihat sama.”

Sebuah ketegangan baru mengisi ruang sempit di antara mereka, lebih pekat daripada sekadar lift yang rusak. Dan Ayla sadar, terjebak dalam lift ini bersama Victor adalah awal dari masalah yang lebih besar.

“Tentang tiga tahun lalu, aku—”

“Stop!” Ayla langsung memotong sebelum Victor sempat menyelesaikan kalimatnya.

Tatapannya tajam, penuh ketegasan. “Apa pun yang ingin kau katakan, aku tidak tertarik. Itu masa lalu.”

Ayla menarik napas dalam, berusaha menjaga nada suaranya tetap stabil. “Sekarang, kau dan aku tidak ada hubungan apa pun selain manajer dan talent.”

Victor menatapnya dalam diam, ekspresinya sulit ditebak. Beberapa detik berlalu sebelum akhirnya ia menipiskan bibir, matanya berkilat samar—entah karena frustrasi atau sesuatu yang lain.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
mochaca
next, aku tunggu kelanjutannya
goodnovel comment avatar
mochaca
aku suka banget dengan karakter ayla
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 043

    Victor menatapnya lekat-lekat. “Kamu masih memikirkannya?”Ayla mengerjap, jantungnya menghantam tulang rusuk. “Apa maksudmu?”“Mimpi itu,” bisik Victor. “Yang kamu alami semalam. Aku tahu kamu belum lupa.”Ayla membeku.“Bajingan,” gumamnya. “Kau!”“Kau memerah sekarang,” potong Victor, senyumnya melebar sedikit. “Bukan karena dingin. Tapi karena kau takut aku benar.”Ayla mendorong dadanya, tapi Victor tetap tak bergeming. Satu tangannya naik, menyentuh pipi Ayla dengan punggung jemarinya gerakan yang lembut tapi mengancam.“Kau bilang aku egois,” ucap Victor pelan. “Tapi kali ini aku akan berikan kau pilihan.”Ayla menatapnya curiga. “Pilihan?”Victor menunduk sedikit, bibirnya hampir menyentuh telinga Ayla saat berbisik, “Tinggal malam ini di sini dengan aku.”Ayla mendorong dada Victor sekuat tenaga, hingga ia bisa bangkit dari pangkuannya. Wajahnya merah, bukan lagi karena malu tapi karena marah. Matanya menyala, rahangnya mengeras.“Kau gila!” teriaknya tajam. “Kau pikir aku si

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 042

    Malam terasa tenang dengan angin semilir menyapu permukaan air kolam yang memantulkan cahaya bulan. Di kejauhan, para kru sudah mulai berkemas, sebagian kembali ke kamar, sementara yang lain memilih berkumpul di area makan, merayakan akhir syuting dengan obrolan ringan dan tawa pelan.Tapi tidak dengan Ayla.Ia duduk di kursi rotan menghadap kolam renang, dengan segelas teh dingin yang mulai mencair dalam genggamannya. Malam itu terasa sunyi di sekitar kolam. Hanya suara dedaunan dan riak air yang mengisi ruang kosong di antara pikiran-pikirannya.“Sendiri, manajer?”Suara berat itu membuat Ayla menoleh.Victor berdiri di sana, mengenakan kaos tipis berwarna gelap dan celana training. Sepatu ketsnya dibiarkan terbuka talinya, dan rambutnya sedikit berantakan seolah ia baru saja mengacaknya sendiri. Tapi ekspresi wajahnya datar.Ayla mengangkat alis, tampak tak suka dengan kehadiran Victor. Setelah berusaha menghindari pria itu seharian, tiba-tiba mereka malah bertemu di sini. “Kau ta

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 041

    Jantung Ayla masih berdegup tak karuan. Ia sempat mengutuk dirinya sendiri karena mimpi panas tentang Victor, tubuhnya, dan bisikan-bisikan menggoda yang terasa terlalu nyata.Begitu pintu tertutup, Ayla menyandarkan tubuhnya ke belakang. "Sial, apa karena aku mabuk makanya aku bisa mimpi kayak gitu? Astaga Ayla, kau pantas mati," desisnya pelan.Ia menyentuh wajahnya yang masih panas. Bayangan tubuh Victor dalam mimpi itu kembali hadir. Kulitnya, otot perutnya, dan cara pria itu menyuruhnya menyentuhnya.“Arght!” Ayla memekik kecil dan menepuk wajahnya sendiri."Ah, kau masih membayangkan pria brengsek itu, Ayla? Kau memang pantas mati!"Dengan gerakan cepat, Ayla melepas jubahnya, berganti pakaian dengan kaos crew hitam dan celana panjang senada. Rambutnya dikuncir seadanya, lalu ia keluar dari kamar sambil menggantungkan ID card di leher.Lorong villa masih sepi, tapi di ruang belakang, tempat setting taman, suara-suara mulai terdengar. Ayla melangkah cepat ke arah tenda logistik.

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 040

    Ayla menggigit bibir bawahnya kuat, hingga nyaris meninggalkan bekas. Matanya menyala, sayu tapi tajam, seperti api kecil yang diam-diam menyambar. Nafasnya mulai tidak beraturan, tapi ia tidak bergeming. Ia hanya terbaring di sana, membiarkan jubahnya terbuka separuh, memperlihatkan kulit pucat yang menggoda dalam pantulan lampu temaram.Tatapannya tak lepas dari Victor, seolah menantang pria itu untuk segera membuka satu-satunya penutup di tubuhnya. Tanpa kata, tangan Ayla mulai bergerak, tidak gemetar, tidak ragu. Ia menyentuh dada Victor sekali lagi, menyusuri otot yang menegang di bawah kulitnya. Tidak seperti di awal yang terpaksa, kali ini Ayla benar-benar menikmatinya. Sentuhan itu bukan sekadar menyentuh biasa. Dia seolah mengklaim tubuh Victor. Ayla tak ingat jika Victor memiliki tubuh seseksi ini. “Lepas itu,” bisik Ayla akhirnya. Suaranya serak, rendah, penuh amarah yang dibungkus hasrat. “Buat aku lupa bahwa kau adalah si brengsek,” tambahnya, nyaris tak terdengar.V

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 039

    BLAMMM!!!Pintu terbanting keras. Gagangnya bergetar hebat saat Ayla mendorongnya dengan kasar, lalu menguncinya rapat dari dalam. Suara hentakan tumitnya terdengar lantang di lantai kayu saat ia masuk, napasnya memburu.Pipinya merah padam, bukan hanya karena udara malam yang dingin, tapi karena malu, marah, dan kesal yang bercampur aduk dalam dada. Sementara jantungnya? Berdebar tak karuan. Seolah ingin memecah tulang rusuk dan kabur dari tubuhnya sendiri.“Apa karena aku mabuk?” gumamnya seraya menggigit kukunya. “Makanya aku bisa secara tak sadar masuk ke kamarnya?” lanjut Ayla menambahkan.Dia berjalan mondar-mandir, sebelum memejamkan mata dan menahan napas untuk sesaat, menahan rasa ingin memukul dirinya sendiri.“Astaga, Ayla, kau benar-benar pantas mati!”Dengan langkah gusar, dia melempar sepatunya ke sudut ruangan, menjatuhkan tas ke lantai, lalu menghempaskan diri duduk di pinggir ranjang.Namun otaknya tak bisa diam.Gambaran dada bidang Victor muncul begitu saja dalam b

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 038

    Ayla mengumpulkan keberaniannya, tubuhnya menggigil entah karena marah, malu, atau karena sesuatu yang lain yang bahkan tak ingin ia akui. Dengan gerakan tiba-tiba, ia mengangkat kedua tangannya dan mendorong dada Victor dengan sekuat tenaga.Namun tangan Victor lebih cepat. Ia menangkap pergelangan tangan Ayla, mencengkeramnya dengan lembut namun cukup kuat untuk membuat Ayla tak bisa melawan.“Lepaskan!” desis Ayla, berusaha melepaskan cengkeraman itu, tapi tubuh Victor terlalu dekat.“Aku bilang lepaskan, brengsek!”Bukannya menurut, Victor justru menarik Ayla mendekat.“Ah...”Air di bathtub langsung berombak ketika tubuh Ayla sedikit terangkat dari posisi nyaman sebelumnya. Dada mereka hampir bersentuhan. Nafas mereka bertabrakan. Mata Victor menatap dalam ke iris gelap Ayla yang sekarang terbuka lebar dengan ketegangan dan kemarahan.Namun Victor hanya diam beberapa detik. Mempelajari ekspresi wanita di depannya. Lalu ia mencondongkan wajahnya dan mengecup bibir Ayla dengan ger

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status