Share

Bab 2

Penulis: dessy C
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-18 15:19:35

Pagi harinya Bella membuka matanya, kepalanya terasa berdenyut-denyut. Ia mengingat kejadian tadi malam, sontak mengecek ke dalam selimut dan hatinya mencelos.

"Aku benar-benar melakukan dengan Ren?"

Bella langsung bangun duduk dengan tangan yang masih memegang selimut di dadanya.

Ia Menoleh ke arah samping, "Apa Renand sudah berangkat kerja?" tanya nya pada diri sendiri.

Namun tiba-tiba saja Pintu kamar mandi terbuka.

"Kamu sudah bangun?" Renand keluar dari kamar mandi sambil mengancingkan kemejanya.

"Iya," jawab Bella canggung, "Kamu bangun pagi-pagi sekali?"

"Aku harus ke kantor," jawab Renand. "Kamu tidur sangat pulas tadi, aku gak tega membangunkan mu. Kamu pasti lelah."

Wajah Bella langsung memerah, saat ingat mereka berdua sudah menghabiskan malam yang panas tadi malam.

"Baru jam setengah enam, masih pagi sekali. Tidur lagi lah lagi!"

"enggak perlu, aku juga harus siap-siap."

"Baiklah, kalau itu mau mu aku gak akan maksa."

Hening menggantung, penuh kecanggungan terutama bagi Bella. Lalu tiba-tiba ia berkata.

"Apa aku benar-benar mabuk tadi malam? sampai mau melakukan itu denganmu?"

"Kata-kata mu kejam sekali, Bel." Renand bangkit mengambil segelas air di nakas lalu meminumnya. "Seolah kamu tidak akan mau melakukan itu saat kamu dalam keadaan sadar."

Bella bangkit mengais pakaian nya yang berserakan di lantai, lalu dengan cepat memakainya kembali.

"Jelas gak mau lah. kita ini saudara sepupu, Renand... apa kamu lupa?" ucap Bella santai, tangan nya seraya merapihkan bajunya yang kusut.

"Aku gak suka kamu terus berkata kita saudara sepupu." Renand melangkah mendekati Bella, suaranya rendah namun terdengar dingin. "Dari dulu, aku selalu memandangmu sebagai wanita yang ingin ku milik."

Pernyataan itu sangat mengejutkan bagi Bella. Ia melangkah mundur saat Renand semakin mendekat, sampai punggungnya membentur dinding.

Mata Renand menatap tajam, aura nya sangat mengintimidasi.

"Selama ini aku menyimpan nya dengan rapih. Selalu berpura-pura baik-baik saja setiap kamu bermesraan dengan tunanganmu yang brengsek itu di depanku.... padahal aku cemburu."

Bella membeku di tempat. Nafasnya memburu, sementara dada terasa sesak. Ia tidak pernah melihat Renand seperti ini sebelumnya, matanya gelap, penuh amarah sekaligus luka yang selama ini tersembunyi.

"Ren..." Bella berusaha menenangkan suaranya, meski lidahnya terasa kelu. "Kamu sadar gak sih, apa yang kamu omongin?."

Renand terkekeh pelan, getir. "Tentu saja, Bella. Aku sadar betul apa yang sedang aku katakan dan aku sudah menunggu-nunggu momen ini sejak lama. Aku sudah jatuh cinta sama kamu sejak lama."

Bella menggeleng keras. "Hentikan! Jangan ngomong sembarangan. Dan yang terjadi tadi malam anggap saja itu kecelakaan. Kita harus lupakan kejadian tadi malam."

Namun, Renand justru mencondongkan tubuhnya, menahan kedua tangan Bella ke dinding. Suaranya parau, sarat emosi yang menekan.

"Aku sudah terlalu lama menahan, Bel. Tadi malam..." ia terdiam sejenak, menelan ludah, "... tadi malam, akhirnya aku bisa memilikimu, meski cuma sebentar. Dan kamu malah meyuruhku melupakannya? Seolah itu nggak berarti apa-apa?"

Bella menatap wajah Renand yang begitu dekat, menyadari bahwa tatapan itu bukan sekadar tatapan biasa.

"Kamu mulai gak waras,"

Renand memejamkan mata, menarik napas panjang, lalu perlahan melepaskan genggamannya. Ia berbalik, meninju dinding dengan keras hingga buku jarinya berdarah.

"Kalau kamu nggak bisa nerima aku sebagai pria yang mencintaimu..." suaranya bergetar, penuh kepedihan, "maka aku akan jadi mimpi burukmu, Bel. Karena aku nggak akan pernah bisa lagi berpura-pura hanya jadi sepupu yang manis di matamu."

"Kamu ngancam aku? sayang nya aku gak takut sama ancaman mu!" Bella balik menatap tajam Renand

"Bagus kalau kamu gak takut! kita lihat saja nanti apa yang aku lakukan."

Bella bergidik ngeri saat mendengar Renand berkata seperti itu. Baru kali ini ia melihat sepupunya seperti itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hasrat Terlarang Sepupu Tampan   Bab 11

    Bella benar-benar merasa menyesal tidak mengusir Renand dengan sungguh-sungguh. Ia membiarkan Renand ada di sini. Membiarkan tatapan itu terus mengejarnya, menahannya di dalam lingkaran yang tak bisa ia putuskan sendiri. "Ren! Jangan begini!" hanya kalimat itu yang bisa Bella keluarkan dari mulutnya m, saat Renand merengkuh pinggang nya dan bibir nya mendarat tepat di bibir Bella. Awalnya Bella membelalakan matanya saat menerima ciuman mendadak itu, namun lama kelamaan ia seakan larut dalam permainan panas bibir Renand. Renand melepas ciuman nya perlahan, dan lembut berbeda saat ia mendaratkan bibirnya yang lebih terkesan kasar dan tergesa. Bella menarik nafas nya mengambil kembaki pasokan udara yang tadi nyaris habis. "Ren, plis! jangan lakukan!" hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Bella, dengan mata yang masih terpejam dan suara yang hampir mirip bisikan. "Bibirmu berkata jangan, tapi tubuhmu bereaksi berbeda." Suara Renand dalam dan bergetar, nyaris seperti bisikan

  • Hasrat Terlarang Sepupu Tampan   Bab 10

    “Lihatlah, kamu bahkan tidak menyangkalnya. Jadi dalam hubungan ini kita sama-sama mencari sedikit hiburan sebelum melangkah ke pernikahan, benarkan, Bella?” suara Han terdengar tenang, tapi matanya berkilat penuh tuduhan. Bella menatapnya dingin, sorot matanya menusuk. “Selingkuh bukan hiburan, Han. Itu pengkhianatan—dan pengkhianatan tidak pernah bisa dimaafkan.” Han mendengus, wajahnya semakin mendekat. “Jadi siapa yang benar-benar berselingkuh? Kamu atau aku? Atau kita sama-sama main api?” Suaranya merendah, nyaris berbisik. “Demi kebaikan bersama, lupakan yang sudah terjadi. Mari kita lanjutkan rencana pernikahan ini.” Tangannya mencoba meraih jemari Bella. Bella menarik tangannya cepat, lalu tertawa getir. “Demi kebaikan bersama?” katanya menirukan dengan nada mengejek. “Lebih tepatnya demi kebaikanmu. Kamu takut, kan? Takut orang tuamu marah kalau tahu semua ini. Aku tahu betapa mereka menaruh harapan besar pada pernikahan kita.” Han terdiam sesaat, rahangnya mengeras.

  • Hasrat Terlarang Sepupu Tampan   Bab 9

    [BERITA ONLINE--HEADLINE] Renand Xavier, CEO muda pewaris Xavier Crop, tertangkap kamera sedang berciuman dengan wanita misteius dalam ruangan gedung kantor. Indentitas wanita tersebut belum terungkap. Netizen berspekulasi kalau wanita tersebut karyawan internal, model bahkan ada yang beranggapan itu orang terdekat sang CEO. Skandal ini sontak menggemparkan dunia bisnis dan sosialita, mengingat Renand Xavier terkenal sebagai pria dingin dan tak pernah terekspos dalam hubungan asmaranya. Sebuah poto di tampilkan dengan jelas meskipun wajah keduanya di buramkan. Nampak Renand memegang pinggang gadis di poto tersebut dan bibir mereka saling bersentuhan. Renand mematikan televisi dengan remotenya, lalu bersandar santai di kursinya."Bagus, Ren. Sekarang kamu jadi selebriti," ujar Leo. "Siapa wanita itu? Kenapa aku gak tahu kalau kamu punya pacar?""Memangnya aku harua selalu melapor padamu?" balas RenandLeo melempar pandangan tak suka saat mendengar jawaban Renand."Tapi wamita di

  • Hasrat Terlarang Sepupu Tampan   Bab 8

    Hari itu Bella baru saja keluar dari kantor untuk makan siang ketika ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk. “Bella, Tante mau ketemu kamu sebentar. Ada yang ingin Tante bicarakan. Bisa, kan?” Itu dari Bu Ratna, ibunya Han. Bella sempat ragu, tapi akhirnya membalas singkat: “Baik, Tante. Di mana?” Tak lama, ia sudah duduk di dalam mobil mewah berwarna hitam, dengan sopir yang membawanya ke sebuah tempat yang tak ia kenali. Sepanjang jalan, Bu Ratna tersenyum ramah, seakan tidak ada yang janggal. “Bella, kamu makin cantik saja. Tante bersyukur sekali Han memilihmu.” Suaranya hangat, tapi ada penekanan halus di dalamnya. Bella tersipu kaku. “Ah… Tante terlalu memuji.” Mobil berhenti. Ketika pintu dibuka, Bella terperanjat. Di hadapannya berdiri sebuah butik megah dengan etalase yang memamerkan gaun-gaun pengantin putih berkilau. Jantungnya berdetak kencang. “Tante… kita… kenapa ke sini?” Bu Ratna merangkul lengannya erat, seakan tak memberi ruang untuk mundur. “Sayang, waktunya

  • Hasrat Terlarang Sepupu Tampan   Bab 7

    Ruang kantor itu dipenuhi sisa aroma kopi yang samar-samar. Dindingnya berlapis cat abu-abu lembut. Di belakang meja, kursi kulit hitam tinggi tampak kokoh, memberi kesan wibawa. Renand duduk sambil memegangi berkas di tangannya."Dia benar-benar manusia sampah!" ujarnya seraya mengetuk sebuah poto dengan telunjuknya.Dalam poto itu nampak Han tertawa sambil di kelilingi wanita di bar. Dan beberapa berkas rekam jejak Han dan proyek-proyek kotornya."Buat apa kamu menyelidiki dia?" ujar teman Renand, Leo. Dia yang di suruh untuk menyelidiki Han. "Setahu ku, dia tunangan Sepupumu,"Renand meletakan memembereskan poto-poto itu dan meletakan nya di laci meja kantornya."Ya, kamu benar. Pria hidung belang ini tunangan Bella." ucapnya santai."Jangan bilang kamu mau menghancurkan hububgan mereka dengan itu?" "Hubungan mereka sudah hancur sendiri tanpa campur tanganku, " ucapan Renand santai dan selalu berwibawa setiap yang mendengar pasti takut dengan auranya. "Aku hanya memastikan saja,

  • Hasrat Terlarang Sepupu Tampan   Bab 6

    Pagi itu rumah terasa lebih sepi dari biasanya. Bella turun ke ruang makan masih dengan rambut tergerai acak, hanya mengenakan kaos longgar dan celana pendek. Meja makan sudah rapi, hanya ada secangkir teh hangat yang ditinggalkan Mama untuknya sebelum berangkat bersama Papa subuh tadi.Ia duduk, menyeruput teh pelan sambil menatap kosong ke arah jendela. Sunyi itu menekannya. Biasanya ada suara Papa yang sibuk menelepon rekan kerja, atau Mama yang cerewet mengatur sarapan.Namun sepi itu tak berlangsung lama.Langkah kaki berat terdengar dari arah tangga. Bella refleks menoleh dan melihat Renand turun dengan santai, mengenakan kaos hitam polos dan celana jogger. Rambutnya masih agak berantakan, tapi justru membuat wajahnya makin mencolok.“Pagi.” Suaranya datar, tapi dalam.Bella buru-buru mengalihkan pandangan. “Pagi.”Renand langsung menarik kursi di seberang, duduk sambil membuka koran yang ada di meja. “Papa dan Mama sudah berangkat?”“Udah. Subuh tadi.” Bella berusaha terdengar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status