"Memangnya apa yang akan kamu lakukan?"
Bella berusaha terlihat tenang, meskipun sebenarnya hatinya sangat gelisah dan takut dengan ancaman Renand. "Kamu tahu aku gak pernah main-main dengan perkataan ku. Jadi bersiaplah!" "Ya, ya aku sangat tahu sifatmu itu, tapi kamu juga harus ingat ada batasan yang gak boleh di lewati." Bella berkemas, memasukan ponsel ke dalam tasnya. "Aku pulang!" Tanpa menunggu jawaban Ren, ia sudah bergegas berjalan ke pintu dan membuka pintu apartemen Renand setelah memakai sepatunya. Jantung Bella berpacu, ia bersandar sebentar di pintu untuk menenangkan hatinya sendiri. Lalu berjalan meninggalkan unit apartemen Renand. "Kenapa semua harus jadi serumit ini? setelah ini aku dan Ren gak bisa jadi kayak dulu lagi?" batinnya. Bella inget masa kecil mereka, saat mereka masih akrab dan saling menyayangi. Renand selalu ada buat dia, ngelindungin dia, dan menjadi teman curhatnya saat dia sedang ada dalam masalah. Tapi setelah orang tuanya meninggal, Renand berubah. Dia jadi dingin, keras, dan susah ditebak. Bella Kembali kerumahnya sebentar hanya untuk mandi dan berganti pakaian lalu dia segera bergesas pergi ke kantor. Sesampainya di gedung kantor. Han yang juga bekerja disana, dan dia sudah menunggu Bella dengan raut muka yang gelisah. Bella berdecak kesal saat melihat Han. "Bella," langsung berjalan cepat saat melihat Bella memasuki lobi. "Semalam kenapa susah sekali di hubungi?" Bella diam tak menjawab. Tunangan nya itu memang pria yang tak tahu malu meskipu. sudah ketahuan sedang tidir dengan Fanya... sahabat Bella sendiri, ia masih berani datang dan berbicara pada Bella. "Kamu marah?" Han meraih tangan Bella, tapi langsung di tepisnya. "Aku bisa jelasin semuanya." Bella masuk ke dalam lift, dan Han menyusul masuk. "Bella, jangan diam aja. Kamu membuatku takut. Apa perlu aku berlutut sekarang agar kamu mau dengarkan aku." Han hendak berjongkok, tapi Bella langsung menatap sinis Han. "Kamu pandai sekali, Han. Dan kamu tidak tahu malu! Setelah semalam kamu tidur dengan Fanya kamu masih berani nampakin hidung kamu di depan aku?" "Semalam hanya kecelakaan, Bella. Aku mabuk, aku mengira wanita di bawahku itu kamu." Bella terkekeh sebentar, menertawakan perkataan Han."Kamu pikir aku wanita, bodoh? Erangan kamu semalam bukan seperti orang yang gak sadar... jelas-jelas kamu begitu menikmatinya,Han." Saat pintu lift terbuka, Bella keluar dengan langkah cepat tapi Han masih saja membuntutinya. "Berhenti mengikutiku, Han!" "Aku bekum selesai menjelaskan, Bel. Semalam Fanya yang menggidaku." "Hah, alasan nu berubah? bukan lagi karena mabuk? tapi Fanya yang menggoda? Kalau Fanya tahu dia pasti sakit hati." ujar Bella, tanpa menoleh Han. "Bell, aku mohon! maafin aku!" Bella sampai di meja kerjanya, menyimpan tas nya dengan kasar di atas meja samapai terdengar bunyi "Bukk". "Kamu sudah berkhianat, Han. Aku gak bisa melanjutkan hubungan ini." "Bagaimana dengan rencana pernikahan kita, Bella? Undangan yang sudah di cetak, Gedung yang sudah kita sewa? Dan bagaimana dengan orang tua kita?" "Harusnya kamu berpikir begitu sebelum kamu tidur dengan dengan Fanya!" "Aku salah! aku bodoh mau tergoda olehnya. Bella, kasih aku kesempatan, aku mohon!" Beberapa teman kantor Bella yang sudah berdatangan mulai melirik ke arah mereka membuat Bella tak nyaman. "Pergilah! tinggalkan aku! aku mau kesini mau kerja bukan mau mendengarkan alasan konyolmu itu." "Bella, please! Maafin aku!" "Bicara nya nanti saja!" Bella mulai risih oleh tatapan orang-orang kantor yang mulai berbisik-bisik setelah melirik le arah nya dan Han. "Sekarang pergilah!" "Baik aku pergi sekarang, tapi pulang kerja nanti kita harus bicara, ya?" Akhirnya Han pergi. Bella terhenyak di kursi kerjanya. Pikirannya semakin kacau. Masalahnya dengan Han dan dengan Renand benar-benar menyita pikirannya.Bella benar-benar merasa menyesal tidak mengusir Renand dengan sungguh-sungguh. Ia membiarkan Renand ada di sini. Membiarkan tatapan itu terus mengejarnya, menahannya di dalam lingkaran yang tak bisa ia putuskan sendiri. "Ren! Jangan begini!" hanya kalimat itu yang bisa Bella keluarkan dari mulutnya m, saat Renand merengkuh pinggang nya dan bibir nya mendarat tepat di bibir Bella. Awalnya Bella membelalakan matanya saat menerima ciuman mendadak itu, namun lama kelamaan ia seakan larut dalam permainan panas bibir Renand. Renand melepas ciuman nya perlahan, dan lembut berbeda saat ia mendaratkan bibirnya yang lebih terkesan kasar dan tergesa. Bella menarik nafas nya mengambil kembaki pasokan udara yang tadi nyaris habis. "Ren, plis! jangan lakukan!" hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Bella, dengan mata yang masih terpejam dan suara yang hampir mirip bisikan. "Bibirmu berkata jangan, tapi tubuhmu bereaksi berbeda." Suara Renand dalam dan bergetar, nyaris seperti bisikan
“Lihatlah, kamu bahkan tidak menyangkalnya. Jadi dalam hubungan ini kita sama-sama mencari sedikit hiburan sebelum melangkah ke pernikahan, benarkan, Bella?” suara Han terdengar tenang, tapi matanya berkilat penuh tuduhan. Bella menatapnya dingin, sorot matanya menusuk. “Selingkuh bukan hiburan, Han. Itu pengkhianatan—dan pengkhianatan tidak pernah bisa dimaafkan.” Han mendengus, wajahnya semakin mendekat. “Jadi siapa yang benar-benar berselingkuh? Kamu atau aku? Atau kita sama-sama main api?” Suaranya merendah, nyaris berbisik. “Demi kebaikan bersama, lupakan yang sudah terjadi. Mari kita lanjutkan rencana pernikahan ini.” Tangannya mencoba meraih jemari Bella. Bella menarik tangannya cepat, lalu tertawa getir. “Demi kebaikan bersama?” katanya menirukan dengan nada mengejek. “Lebih tepatnya demi kebaikanmu. Kamu takut, kan? Takut orang tuamu marah kalau tahu semua ini. Aku tahu betapa mereka menaruh harapan besar pada pernikahan kita.” Han terdiam sesaat, rahangnya mengeras.
[BERITA ONLINE--HEADLINE] Renand Xavier, CEO muda pewaris Xavier Crop, tertangkap kamera sedang berciuman dengan wanita misteius dalam ruangan gedung kantor. Indentitas wanita tersebut belum terungkap. Netizen berspekulasi kalau wanita tersebut karyawan internal, model bahkan ada yang beranggapan itu orang terdekat sang CEO. Skandal ini sontak menggemparkan dunia bisnis dan sosialita, mengingat Renand Xavier terkenal sebagai pria dingin dan tak pernah terekspos dalam hubungan asmaranya. Sebuah poto di tampilkan dengan jelas meskipun wajah keduanya di buramkan. Nampak Renand memegang pinggang gadis di poto tersebut dan bibir mereka saling bersentuhan. Renand mematikan televisi dengan remotenya, lalu bersandar santai di kursinya."Bagus, Ren. Sekarang kamu jadi selebriti," ujar Leo. "Siapa wanita itu? Kenapa aku gak tahu kalau kamu punya pacar?""Memangnya aku harua selalu melapor padamu?" balas RenandLeo melempar pandangan tak suka saat mendengar jawaban Renand."Tapi wamita di
Hari itu Bella baru saja keluar dari kantor untuk makan siang ketika ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk. “Bella, Tante mau ketemu kamu sebentar. Ada yang ingin Tante bicarakan. Bisa, kan?” Itu dari Bu Ratna, ibunya Han. Bella sempat ragu, tapi akhirnya membalas singkat: “Baik, Tante. Di mana?” Tak lama, ia sudah duduk di dalam mobil mewah berwarna hitam, dengan sopir yang membawanya ke sebuah tempat yang tak ia kenali. Sepanjang jalan, Bu Ratna tersenyum ramah, seakan tidak ada yang janggal. “Bella, kamu makin cantik saja. Tante bersyukur sekali Han memilihmu.” Suaranya hangat, tapi ada penekanan halus di dalamnya. Bella tersipu kaku. “Ah… Tante terlalu memuji.” Mobil berhenti. Ketika pintu dibuka, Bella terperanjat. Di hadapannya berdiri sebuah butik megah dengan etalase yang memamerkan gaun-gaun pengantin putih berkilau. Jantungnya berdetak kencang. “Tante… kita… kenapa ke sini?” Bu Ratna merangkul lengannya erat, seakan tak memberi ruang untuk mundur. “Sayang, waktunya
Ruang kantor itu dipenuhi sisa aroma kopi yang samar-samar. Dindingnya berlapis cat abu-abu lembut. Di belakang meja, kursi kulit hitam tinggi tampak kokoh, memberi kesan wibawa. Renand duduk sambil memegangi berkas di tangannya."Dia benar-benar manusia sampah!" ujarnya seraya mengetuk sebuah poto dengan telunjuknya.Dalam poto itu nampak Han tertawa sambil di kelilingi wanita di bar. Dan beberapa berkas rekam jejak Han dan proyek-proyek kotornya."Buat apa kamu menyelidiki dia?" ujar teman Renand, Leo. Dia yang di suruh untuk menyelidiki Han. "Setahu ku, dia tunangan Sepupumu,"Renand meletakan memembereskan poto-poto itu dan meletakan nya di laci meja kantornya."Ya, kamu benar. Pria hidung belang ini tunangan Bella." ucapnya santai."Jangan bilang kamu mau menghancurkan hububgan mereka dengan itu?" "Hubungan mereka sudah hancur sendiri tanpa campur tanganku, " ucapan Renand santai dan selalu berwibawa setiap yang mendengar pasti takut dengan auranya. "Aku hanya memastikan saja,
Pagi itu rumah terasa lebih sepi dari biasanya. Bella turun ke ruang makan masih dengan rambut tergerai acak, hanya mengenakan kaos longgar dan celana pendek. Meja makan sudah rapi, hanya ada secangkir teh hangat yang ditinggalkan Mama untuknya sebelum berangkat bersama Papa subuh tadi.Ia duduk, menyeruput teh pelan sambil menatap kosong ke arah jendela. Sunyi itu menekannya. Biasanya ada suara Papa yang sibuk menelepon rekan kerja, atau Mama yang cerewet mengatur sarapan.Namun sepi itu tak berlangsung lama.Langkah kaki berat terdengar dari arah tangga. Bella refleks menoleh dan melihat Renand turun dengan santai, mengenakan kaos hitam polos dan celana jogger. Rambutnya masih agak berantakan, tapi justru membuat wajahnya makin mencolok.“Pagi.” Suaranya datar, tapi dalam.Bella buru-buru mengalihkan pandangan. “Pagi.”Renand langsung menarik kursi di seberang, duduk sambil membuka koran yang ada di meja. “Papa dan Mama sudah berangkat?”“Udah. Subuh tadi.” Bella berusaha terdengar