Share

Bab 3

Author: dessy C
last update Last Updated: 2025-09-18 16:05:16

Bella berdiri kaku di depan pintu apartemen Renand. Suaranya tenang, tapi matanya bergetar.

“Memangnya… apa yang akan kamu lakukan?”

Renand menatapnya tajam, tatapan yang menusuk sampai ke dasar hati.

“Kamu tahu aku nggak pernah bercanda dengan kata-kataku. Jadi, bersiaplah.”

Bella tersenyum tipis, getir.

“Ya… aku tahu sifatmu. Tapi jangan lupa, ada batas yang nggak boleh dilewati.”

Tangannya cepat meraih tas, langkahnya tegas. “Aku pulang.”

Pintu tertutup dengan bunyi keras. Bella bersandar di baliknya, matanya terpejam rapat. Nafasnya tercekat.

Kenapa semua jadi serumit ini?

Potongan kenangan masa kecil melintas cepat. Renand yang dulu lembut, hangat, selalu melindunginya. Tapi kini… dingin, keras, penuh sisi gelap yang menakutkan.

---

Pagi harinya, Bella melangkah masuk ke lobi kantor. Rambutnya masih basah sedikit, wajahnya letih. Tapi langkahnya berhenti.

Han berdiri di sana, menunggunya. Wajahnya tegang, matanya penuh cemas.

“Bella!” serunya. “Kenapa semalam kamu nggak angkat teleponku? Aku hampir gila!”

Bella menoleh sekilas, lalu terus berjalan. Ia tak peduli.

Han buru-buru meraih tangannya.

“Bella, dengar aku sebentar!”

Bella menepis kasar. “Lepaskan.”

Lift terbuka. Bella masuk. Han memaksa ikut sebelum pintu tertutup.

Di dalam ruang sempit itu, Han hampir berlutut. Suaranya pecah.

“Bella… aku mohon. Jangan diam begini. Kalau perlu, aku jatuh berlutut di depanmu sekarang juga!”

Bella berbalik, menatapnya dengan mata berair tapi penuh amarah.

“Kamu benar-benar nggak tahu malu, Han. Setelah tidur dengan Fanya… kamu masih berani menemuiku?”

Han terkejut, wajahnya hancur.

“Itu… itu kecelakaan! Aku mabuk. Aku pikir… aku pikir itu kamu.”

Bella tertawa miris.

“Kamu pikir aku sebodoh itu? Suara eranganmu semalam… itu jelas bukan suara orang mabuk, Han. Kamu menikmatinya.”

Pintu lift terbuka. Bella melangkah keluar cepat. Han tetap mengejar.

“Bella, tolong! Itu Fanya yang mulai duluan. Dia yang menggoda aku!”

Bella berhenti sejenak, menoleh dengan tatapan tajam seperti pisau.

“Lucu sekali. Tadi kamu bilang mabuk. Sekarang menyalahkan Fanya. Apa lagi nanti? Menyalahkan aku?”

“Bella…” Han suaranya bergetar. “Aku mohon… maafkan aku.”

Sampai di meja, Bella menjatuhkan tasnya dengan keras. Rekan-rekan mulai memperhatikan, berbisik-bisik.

Bella menatap Han, matanya berkilat.

“Kamu sudah berkhianat, Han. Sekali kepercayaan hancur… nggak akan pernah kembali.”

Han hampir menangis.

“Lalu bagaimana dengan pernikahan kita?! Undangan sudah tersebar, gedung sudah dipesan, orang tua kita—”

Bella menyela, suaranya meledak.

“Kamu harusnya memikirkan itu SEBELUM tidur dengan Fanya!”

Keheningan sejenak. Semua mata tertuju ke mereka. Han terdiam, wajahnya penuh putus asa.

“Bella… tolong… beri aku satu kesempatan lagi.”

Bella menutup mata sejenak, lalu mengusirnya dingin.

“Pergi, Han. Aku ke sini untuk kerja. Bukan untuk jadi tontonan.”

Han terhenti, napasnya berat. “Baiklah… tapi pulang nanti… kita harus bicara.”

Bella tidak menjawab. Begitu Han pergi, tubuhnya jatuh ke kursi. Tangannya bergetar. Nafasnya sesak.

Dan hanya ada dua nama yang terus menjerat pikirannya. Han dan Renand.

Dua pria, dua luka, dua arah yang makin lama makin menghancurkannya. Semakin membuatnya bingung, apa yang harus ia lakukan kepada mereka berdua.

Han, dengan pengkhianatannya.

Renand, dengan sisi gelap dan pesonanya yang membuatnya sulit berpaling.

Hatinya seolah ditarik ke dua arah. Satu jalan penuh luka, satu jalan penuh bahaya.

Bella menggenggam erat tangannya sendiri, menahan gejolak yang semakin menggila di dadanya.

“Aku tidak tahu… siapa yang lebih berbahaya untukku. Han… atau Renand.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hasrat Terlarang Sepupu Tampan   Bab 49

    Tubuh Bella terasa berat. Pandangannya kabur, langkahnya limbung di lorong gelap rumah Martin. Keringat dingin bercampur panas aneh dari dalam tubuhnya. Suara detak jantungnya sendiri terdengar seperti palu di telinga.“Apa… yang dia lakukan padaku…” bisiknya.Dari balik bayangan lorong, seseorang muncul, wajahnya samar di bawah cahaya redup. Sosok itu terkejut melihat Bella yang nyaris terjatuh. Ia cepat menahan tubuh Bella sebelum membentur lantai.“Bella? Hei! Kamu kenapa?”Bella hanya menggigit bibir, berusaha menahan tubuhnya yang bergetar hebat. “Han… dia… sesuatu di minumanku…”Renand terdiam. Tatapan matanya berubah dingin. Ia menggendong Bella ke kamar kosong di ujung lorong, membaringkannya perlahan.“Tenang. Aku di sini.”Bella berusaha menahan kesadarannya yang mulai kabur. “Jangan… jangan biarkan dia mendekat lagi…”Renand mengangguk, lalu menatap ke arah pintu dengan rahang menegang."Renand, tolong aku!" Bella merengek, bangkit dengan pakaian tidur yang sedikit terbuka,

  • Hasrat Terlarang Sepupu Tampan   bab 48

    Setelah pertungan Renand, perasaan Bella semakin kacau ia merasa kini tak ada lagi yang bisa ia harapkan. Hidupnya benar-benar hampa, dan selalu mendapat pengkhianatan. Bella merenung di kamarnya, karena hanya itu yang bisa ia lakukan. Sampai akhirnya ia tak tahan lagi menjadintawanan keluarga Martin."Aku ingin kita pindah, Han," kata Bella pada Han, saat Han baru saja keluar dari kamar mandi."Pindah bagaimana maksudnya?""Kalau kamu masih mau pernikahan ini sampai satu tahun, kita pindah ke rumah orang tua ku.""Tapi, Ayah tidak akan setuju.""Kalau kamu tidak mau, kita bercerai saja,""Bella," Han tidak mau bercerai, meskipun perjanjian pernikahan hanya satu tahun tapi Han tidak akan pernah menceraikan Bella apapun yang terjadi. "Nanti aku bicarakan dulu dengan orang tuaku, ya?""Aku tunggu jwabanmu secepatnya.""Baiklah," Han mengambil segelas air di nakas, dan saat Bella kembali menatap ke luar jendela Han memasukan sebuah serbuk ke dalam minuman Bella, lalu berjalan menghampir

  • Hasrat Terlarang Sepupu Tampan   Bab 47

    Hari pertunangan itu berlangsung megah di kediaman keluarga Han. Taman belakang disulap menjadi tempat pesta, dihiasi bunga putih dan lampu-lampu gantung yang berkilau seperti bintang. Musik lembut mengalun, tamu-tamu berbusana elegan saling bertukar senyum, membicarakan betapa serasinya pasangan yang sedang dirayakan hari itu, Renand Wijantara dan Amanda Daraswita.Amanda tampak cantik dalam gaun krem muda, senyum tak pernah lepas dari wajahnya. Namun di sampingnya, Renand berdiri dengan ekspresi datar. Tatapannya dingin, terlalu kaku untuk disebut bahagia. Sesekali, matanya mencari ke sekeliling ruangan… dan berhenti pada satu sosok di kejauhan.Bella.Ia berdiri di sudut taman, mengenakan dress hitam sederhana, rambutnya dibiarkan tergerai. Senyum tipis yang dipaksakan tak mampu menyembunyikan matanya yang kosong. Sejak awal acara, Bella menghindari kontak mata dengan siapa pun, apalagi dengan Renand.Namun tatapan itu… tatapan yang sama penuh kerinduan dan luka yang terus mengikut

  • Hasrat Terlarang Sepupu Tampan   bab 46

    Kabar itu menyebar secepat kilat, jauh melebihi dugaan Bella.Renand Wijantara, pria yang dulu memohon padanya untuk bertahan, kini resmi mengumumkan pertunangannya dengan Amanda, sepupu Han. Pengumuman itu disiarkan langsung di televisi, disaksikan oleh seluruh keluarga yang terpaku di depan layar. Bella membeku di kursinya, jemarinya mencengkeram erat cangkir kopi, seolah mencari kekuatan.Han, dari ujung meja makan, menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan. "Kabar bahagia, bukan?" ujarnya datar, sambil mengaduk teh.Bella membisu, matanya terpaku pada Renand di layar. Pria itu tersenyum kaku di samping Amanda, tangan mereka bertautan di depan kamera.Han menyandarkan tubuh, tatapannya menusuk. "Tidak ingin memberi selamat?"Bella mendengus pelan. "Untuk apa?""Untuk pria yang dulu kau bela mati-matian." Han mendekat, suaranya tajam namun rendah. "Setidaknya kau bisa tenang sekarang. Dia sudah memiliki calon istri yang jelas."Bella menoleh cepat. "Berhenti bicara seperti itu

  • Hasrat Terlarang Sepupu Tampan   bab 45

    Suara ketukan pintu terdengar pelan tapi berulang—ritmis, penuh kesengajaan. Han yang sedang menatap layar laptopnya langsung menegakkan tubuh. Ia tidak sedang menunggu siapa pun.“Masuk,” katanya datar, tanpa mengalihkan pandangan.Pintu terbuka. Aroma parfum manis yang pernah ia kenal memenuhi ruangan. Han terdiam.“Sudah lama, ya,” suara itu lembut, tapi menusuk seperti belati.Han mendongak perlahan. “Fanya.”Perempuan itu tersenyum miring. Ia menutup pintu dan berjalan santai mendekat, tumit sepatunya menimbulkan suara kecil di lantai marmer. “Kamu kelihatan kaget. Padahal aku cuma ingin ngobrol.”“Ngobrol?” Han mendengus. “Kalau kamu datang buat main-main lagi, keluar saja.”“Main-main?” Fanya tertawa pendek, matanya berkilat. “Lucu sekali kamu ngomong begitu. Padahal dulu kamu yang paling suka main dengan aku.”“Sudah cukup.” Han menekan meja dengan telapak tangannya. “Kita selesai waktu itu. Jangan buat masalah lagi.”Fanya mengangkat alis, senyumnya tidak hilang. “Kamu yakin

  • Hasrat Terlarang Sepupu Tampan   Bab 44

    Siang itu rumah keluarga Han terasa lengang. Semua orang pergi bekerja, Han, kedua orang tuanya, bahkan Amanda yang biasanya sibuk di rumah pun ikut keluar untuk menghadiri rapat bisnis. Hanya para pelayan yang lalu-lalang dengan langkah hati-hati, takut membuat kegaduhan di rumah yang kini terasa terlalu besar dan terlalu sunyi.Namun, di antara kesunyian itu, suara mobil berhenti di depan gerbang.Renand turun dari mobil dengan langkah pasti. Wajahnya tegang, matanya gelap. Sejak kejadian makan malam itu, Bella terus menghindar darinya, tidak membalas pesan, tidak menjawab telepon, bahkan menghilang setiap kali mereka berada di tempat yang sama.Hari ini, ia tidak ingin menunggu lagi. Ia harus tahu alasannya.“Selamat siang, Pak,” sapa salah satu pelayan gugup ketika Renand melangkah masuk tanpa banyak bicara. “Nyonya muda sedang di taman belakang.”Renand hanya mengangguk, lalu terus berjalan melewati lorong panjang menuju taman. Setiap langkahnya berat, seolah membawa beban yang m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status