Share

Bab 7

Author: dessy C
last update Last Updated: 2025-09-20 08:54:21

Ruang kantor itu dipenuhi sisa aroma kopi yang samar-samar. Dindingnya berlapis cat abu-abu lembut.

Di belakang meja, kursi kulit hitam tinggi tampak kokoh, memberi kesan wibawa. Renand duduk sambil memegangi berkas di tangannya.

"Dia benar-benar manusia sampah!" ujarnya seraya mengetuk sebuah poto dengan telunjuknya.

Dalam poto itu nampak Han tertawa sambil di kelilingi wanita di bar. Dan beberapa berkas rekam jejak Han dan proyek-proyek kotornya.

"Buat apa kamu menyelidiki dia?" ujar teman Renand, Leo. Dia yang di suruh untuk menyelidiki Han. "Setahu ku, dia tunangan Sepupumu,"

Renand membereskan poto-poto itu dan meletakan nya di laci meja kantornya.

"Ya, kamu benar. Pria hidung belang ini tunangan Bella." ucapnya santai.

"Jangan bilang kamu mau menghancurkan hubungan mereka dengan itu?"

"Hubungan mereka sudah hancur sendiri tanpa campur tanganku, " ucapan Renand santai dan selalu berwibawa, setiap yang mendengar pasti takut dengan auranya. "Aku hanya memastikan saja, seberapa brengseknya dia."

"Syukurlah, aku kira kamu akan melakukan sesuatu terhadapnya."

"Tentu saja! cuma sekarang belum saatnya," ucapnya santai seraya bersandar dan melipat tangan di dadanya.

"Jangan gila, Ren! si Han itu anaknya pejabat."

"Aku gak peduli dia mau anak siapa. Kalau dia sudah berani menyakiti Bella, dia harus tanggung akibatnya."

Leo bergidik ngeri mendengarnya karena dia tahu apa yang di ucapkan Renand pasti akan terjadi. Leo sudah berteman dengan Renand sejak di bangku kuliah jadi dia sudah tahu persis sifat temannya itu.

"Terserah kamu lah! Tapi jangan minta bantuan ku lagi, aku gak mau terlibat dengan mereka."

"Penakut kau!"

Leo mendengus kesal, meraih gelas kopi yang sudah dingin di meja kecil samping sofa. Ia menenggak isinya, lalu meletakannya lagi.

"Bukan soal penakut, Ren. Aku cuma tahu kapan harus berhenti sebelum semuanya jadi runyam."

Renand menatapnya dengan tatapan dingin, seakan satu kedipan saja bisa menembus isi kepalanya. Jemarinya mengetuk permukaan meja kayu jati, ritme pelan tapi memicu rasa tertekan di dada Leo.

"Aku gak pernah berhenti di tengah jalan, Leo," suara Renand rendah, dalam, nyaris seperti ancaman yang terucap santai. “Sekali aku sudah menentukan langkah, aku akan tuntaskan. Sampai akhir.”

Leo mengangkat kedua tangannya, menyerah.

"Ya Tuhan, sikapmu ini gak pernah berubah dari dulu, ya."

Renand hanya tersenyum tipis, sebuah senyum yang membuat bulu kuduk berdiri. Ia menarik laci meja, menutup rapat berkas-berkas itu seakan mengunci sebuah rahasia besar.

"Han bisa menipu orang lain dengan senyumnya. Tapi tidak dengan ku."

Hening sejenak. Hanya suara jarum jam di dinding yang terdengar, berdetak teratur namun menambah tekanan di ruangan itu.

Leo menghembuskan napas panjang, lalu bangkit dari kursinya.

"Kalau suatu hari nanti badai ini pecah, jangan heret aku ke dalamnya, Ren. Kamu tahu aku gak punya kekuatan sebesar kamu."

Renand mendongak, menatap Leo dengan sorot mata tajam yang membuat pria itu berhenti sejenak di depan pintu.

"Kamu temanku. Selama kamu gak mengkhianati aku, kamu aman."

Leo menelan ludah. Ada dingin yang menjalar di tengkuknya. Ia buru-buru keluar dari ruangan, meninggalkan Renand sendirian dengan bayangan pikirannya.

Renand bersandar di kursi, menutup mata sebentar. Ingatan akan tawa Bella, kepolosannya, cara gadis itu selalu menutupi keresahan dengan senyum, membuat dadanya berdenyut aneh. Ia membuka mata lagi, tatapannya mengeras.

"Bella," Renand memutar kursinya menghadap kaca besar menatap pemandangan kota dari atas, "Kamu benar-benar membuatku gila sekarang.

"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hasrat Terlarang Sepupu Tampan   Bab 49

    Tubuh Bella terasa berat. Pandangannya kabur, langkahnya limbung di lorong gelap rumah Martin. Keringat dingin bercampur panas aneh dari dalam tubuhnya. Suara detak jantungnya sendiri terdengar seperti palu di telinga.“Apa… yang dia lakukan padaku…” bisiknya.Dari balik bayangan lorong, seseorang muncul, wajahnya samar di bawah cahaya redup. Sosok itu terkejut melihat Bella yang nyaris terjatuh. Ia cepat menahan tubuh Bella sebelum membentur lantai.“Bella? Hei! Kamu kenapa?”Bella hanya menggigit bibir, berusaha menahan tubuhnya yang bergetar hebat. “Han… dia… sesuatu di minumanku…”Renand terdiam. Tatapan matanya berubah dingin. Ia menggendong Bella ke kamar kosong di ujung lorong, membaringkannya perlahan.“Tenang. Aku di sini.”Bella berusaha menahan kesadarannya yang mulai kabur. “Jangan… jangan biarkan dia mendekat lagi…”Renand mengangguk, lalu menatap ke arah pintu dengan rahang menegang."Renand, tolong aku!" Bella merengek, bangkit dengan pakaian tidur yang sedikit terbuka,

  • Hasrat Terlarang Sepupu Tampan   bab 48

    Setelah pertungan Renand, perasaan Bella semakin kacau ia merasa kini tak ada lagi yang bisa ia harapkan. Hidupnya benar-benar hampa, dan selalu mendapat pengkhianatan. Bella merenung di kamarnya, karena hanya itu yang bisa ia lakukan. Sampai akhirnya ia tak tahan lagi menjadintawanan keluarga Martin."Aku ingin kita pindah, Han," kata Bella pada Han, saat Han baru saja keluar dari kamar mandi."Pindah bagaimana maksudnya?""Kalau kamu masih mau pernikahan ini sampai satu tahun, kita pindah ke rumah orang tua ku.""Tapi, Ayah tidak akan setuju.""Kalau kamu tidak mau, kita bercerai saja,""Bella," Han tidak mau bercerai, meskipun perjanjian pernikahan hanya satu tahun tapi Han tidak akan pernah menceraikan Bella apapun yang terjadi. "Nanti aku bicarakan dulu dengan orang tuaku, ya?""Aku tunggu jwabanmu secepatnya.""Baiklah," Han mengambil segelas air di nakas, dan saat Bella kembali menatap ke luar jendela Han memasukan sebuah serbuk ke dalam minuman Bella, lalu berjalan menghampir

  • Hasrat Terlarang Sepupu Tampan   Bab 47

    Hari pertunangan itu berlangsung megah di kediaman keluarga Han. Taman belakang disulap menjadi tempat pesta, dihiasi bunga putih dan lampu-lampu gantung yang berkilau seperti bintang. Musik lembut mengalun, tamu-tamu berbusana elegan saling bertukar senyum, membicarakan betapa serasinya pasangan yang sedang dirayakan hari itu, Renand Wijantara dan Amanda Daraswita.Amanda tampak cantik dalam gaun krem muda, senyum tak pernah lepas dari wajahnya. Namun di sampingnya, Renand berdiri dengan ekspresi datar. Tatapannya dingin, terlalu kaku untuk disebut bahagia. Sesekali, matanya mencari ke sekeliling ruangan… dan berhenti pada satu sosok di kejauhan.Bella.Ia berdiri di sudut taman, mengenakan dress hitam sederhana, rambutnya dibiarkan tergerai. Senyum tipis yang dipaksakan tak mampu menyembunyikan matanya yang kosong. Sejak awal acara, Bella menghindari kontak mata dengan siapa pun, apalagi dengan Renand.Namun tatapan itu… tatapan yang sama penuh kerinduan dan luka yang terus mengikut

  • Hasrat Terlarang Sepupu Tampan   bab 46

    Kabar itu menyebar secepat kilat, jauh melebihi dugaan Bella.Renand Wijantara, pria yang dulu memohon padanya untuk bertahan, kini resmi mengumumkan pertunangannya dengan Amanda, sepupu Han. Pengumuman itu disiarkan langsung di televisi, disaksikan oleh seluruh keluarga yang terpaku di depan layar. Bella membeku di kursinya, jemarinya mencengkeram erat cangkir kopi, seolah mencari kekuatan.Han, dari ujung meja makan, menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan. "Kabar bahagia, bukan?" ujarnya datar, sambil mengaduk teh.Bella membisu, matanya terpaku pada Renand di layar. Pria itu tersenyum kaku di samping Amanda, tangan mereka bertautan di depan kamera.Han menyandarkan tubuh, tatapannya menusuk. "Tidak ingin memberi selamat?"Bella mendengus pelan. "Untuk apa?""Untuk pria yang dulu kau bela mati-matian." Han mendekat, suaranya tajam namun rendah. "Setidaknya kau bisa tenang sekarang. Dia sudah memiliki calon istri yang jelas."Bella menoleh cepat. "Berhenti bicara seperti itu

  • Hasrat Terlarang Sepupu Tampan   bab 45

    Suara ketukan pintu terdengar pelan tapi berulang—ritmis, penuh kesengajaan. Han yang sedang menatap layar laptopnya langsung menegakkan tubuh. Ia tidak sedang menunggu siapa pun.“Masuk,” katanya datar, tanpa mengalihkan pandangan.Pintu terbuka. Aroma parfum manis yang pernah ia kenal memenuhi ruangan. Han terdiam.“Sudah lama, ya,” suara itu lembut, tapi menusuk seperti belati.Han mendongak perlahan. “Fanya.”Perempuan itu tersenyum miring. Ia menutup pintu dan berjalan santai mendekat, tumit sepatunya menimbulkan suara kecil di lantai marmer. “Kamu kelihatan kaget. Padahal aku cuma ingin ngobrol.”“Ngobrol?” Han mendengus. “Kalau kamu datang buat main-main lagi, keluar saja.”“Main-main?” Fanya tertawa pendek, matanya berkilat. “Lucu sekali kamu ngomong begitu. Padahal dulu kamu yang paling suka main dengan aku.”“Sudah cukup.” Han menekan meja dengan telapak tangannya. “Kita selesai waktu itu. Jangan buat masalah lagi.”Fanya mengangkat alis, senyumnya tidak hilang. “Kamu yakin

  • Hasrat Terlarang Sepupu Tampan   Bab 44

    Siang itu rumah keluarga Han terasa lengang. Semua orang pergi bekerja, Han, kedua orang tuanya, bahkan Amanda yang biasanya sibuk di rumah pun ikut keluar untuk menghadiri rapat bisnis. Hanya para pelayan yang lalu-lalang dengan langkah hati-hati, takut membuat kegaduhan di rumah yang kini terasa terlalu besar dan terlalu sunyi.Namun, di antara kesunyian itu, suara mobil berhenti di depan gerbang.Renand turun dari mobil dengan langkah pasti. Wajahnya tegang, matanya gelap. Sejak kejadian makan malam itu, Bella terus menghindar darinya, tidak membalas pesan, tidak menjawab telepon, bahkan menghilang setiap kali mereka berada di tempat yang sama.Hari ini, ia tidak ingin menunggu lagi. Ia harus tahu alasannya.“Selamat siang, Pak,” sapa salah satu pelayan gugup ketika Renand melangkah masuk tanpa banyak bicara. “Nyonya muda sedang di taman belakang.”Renand hanya mengangguk, lalu terus berjalan melewati lorong panjang menuju taman. Setiap langkahnya berat, seolah membawa beban yang m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status