Share

Bab 7

Author: Alana Nourah
last update Last Updated: 2024-08-31 11:25:05

Ketika hari beranjak sore, Natalie mendengar pintu kamarnya diketuk pelan.

"Nona. Ini hampir waktunya minum teh. Apakah Anda sudah bangun? Kami bisa membantu Anda bersiap."

Natalie merenggangkan tubuh, kemudian turun dari tempat tidur bertiang empat di sini dan mengenakan selop kamar. Perempuan itu beranjak ke pintu, membukanya, lalu membiarkan beberapa pelayan perempuan dari Toussaint untuk masuk.

"Nyonya Catherine berpesan agar kami membawakan sebaskom air es untuk menyegarkan wajah Anda." Salah satu dari mereka berujar.

Yang lain ikut masuk dengan senang. "Kami juga membawakan pesan dari Tuan Julien."

Oh, yang satu ini membuat Natalie mengernyit. "Julien?" Bukan Dietrich?

"Oui, Mademoiselle—Ya, Nona." Salah satu pelayan menyodorkan nampan kecil, membuka tudung sajinya yang berwarna keperakan, kemudian membiarkan Natalie mengambil secarik kertas dengan tulisan cakar ayam dari sana.

[Selamat sore, Nona Manis. Aku menunggu untuk mengobrol lebih banyak denganmu pada acara minum teh hari ini.

Yours—Milikmu,

J. T.]

Natalie meletakkan kembali suratnya di atas nampan. Dia tidak berniat membalas. Gagasan mendapatkan surat dari Julien membuatnya merasa geli. Ini seperti teman sekelas yang sudah tahu segala kelakuan bobrok satu sama lain tiba-tiba bersikap sopan dan semacamnya.

Julien. Si konyol yang satu itu. Astaga. Apakah ibunya Nat sudah begitu putus asa sampai mengatakan sesuatu pada Julien Toussaint?

Nat segera mengangguk pada para pelayan. "Kalau begitu, aku akan segera ke sana."

Para pelayan masuk untuk membantu Natalie bersiap. Nat memilih sebuah gaun sore berkerah tinggi dan sepatu heels berujung lancip. Acara minum teh biasanya diadakan di ruang duduk sayap kiri. Ruangan yang tidak terlalu jauh dari drawing room utama. Natalie memadu-padankan pakaiannya dengan dekorasi ruangan yang ia ingat.

Ruangan yang membangkitkan kenangan masa kecil dengan Catherine dan kakaknya yang menyebalkan itu.

Ketika telah siap, Natalie mendapatkan beberapa pujian tulus dari para pelayan yang telah membantunya berpakaian dan menata rambut. "Anda tampak sangat menawan, Nona Natalie."

"Cantik sekali, Nona."

"Anda akan menjadi nona muda paling menarik perhatian di seluruh ruangan, Nona Natalie."

Kalimat yang satu itu membuat Natalie menoleh. "Apa maksudmu? Memangnya ada nona muda lainnya lagi?"

Para pelayan saling pandang dengan tidak enak hati. "Anda tidak tahu? Toussaint mengundang banyak tuan dan nona muda dari kalangan bangsawan Belgia untuk musim gugur tahun ini."

Natalie menyipitkan mata.

"Oh, Toussaint memiliki banyak tuan muda yang belum menikah, Nona Natalie. Tentunya kita tidak bisa hanya mengundang seorang perempuan saja, bukan?" Pelayan yang lain menimpali.

Natalie berusaha tidak menunjukkan reaksi apa pun. Jadi, Toussaint menggelar sebuah musim perjodohan atau bagaimana? Dia akan bertanya pada Dietrich.

Harus bertanya pada Dietrich.

Natalie melangkah dengan ritme yang sengaja dipelankan—padahal sebetulnya dia ingin berlari. Langkah kakinya menimbulkan ketuk halus teredam di atas karpet-karpet mahal di sepanjang lorong menuju ruangan tempat minum teh.

"Selamat datang, Nona." Para penjaga pintu dengan sigap membukakan pintu bagi Natalie ketika melihat kedatangan gadis cantik itu.

Natalie mengangguk pada kedua pria penjaga pintu. Anggukannya kaku. Pada saat pintu akhirnya terbuka, pandangannya secara otomatis memindai seluruh ruangan dan mencari Dietrich.

...

Yang rupanya sedang tertawa dan bercanda di sebuah meja bundar yang dipenuhi sekumpulan perempuan cantik nan modis—dan kalau boleh Natalie menebak, garis keturunannya juga pasti dapat diurutkan hingga mencapai Queen Victoria dari Inggris.

Natalie menelan ludah. Ia tak sempat berpikir, tak sempat merasakan apa pun, karena ia sudah mendengar ibunya memanggil. "Natalie, sini!"

Nat menoleh dan menghampiri sang mama dengan patuh. Di meja yang diduduki oleh Princess Stéphanie, sudah ada Julien Toussaint beserta kedua orang tua Jules. Natalie memberikan salam pada Arthur Toussaint dan istrinya.

"Natalie Casiraghi sudah lama sekali aku tidak melihatmu. Sekarang kau tumbuh jadi gadis yang sangat cantik!" Arthur berkata dengan binar kesenangan di matanya.

Natalie tersenyum. "Terima kasih banyak, Paman."

Julien mengulurkan tangan pada Nat, dan Natalie merasa begitu terpojok untuk tidak balas memberikan tangannya. Ketika lelaki tampan yang satu itu mendaratkan ciuman kecil di punggung tangannya, Natalie tahu seharusnya dia tersanjung. Bukannya merasa risih.

"Paman Axel dan Dietrich benar. Kau adalah permata dalam keluarga kerajaan Monegasque. Mungkin, selama ini kita tumbuh bersama dan terlalu banyak bercanda sampai aku tidak benar-benar memperhatikan kecantikanmu, Nat." Julien berkata.

Natalie melirik ibunya sendiri dengan curiga. Namun, karena Princess Stéphanie menghindari tatapannya terang-terangan, Nat mengembalikan perhatian pada Julien. "Wah, ada apa ini? Tumben sekali kau bicara begitu, Jules? Tapi, terima kasih. Akhirnya seseorang dalam keluargamu bilang bahwa aku cukup menarik."

"Dietrich cukup sering bilang bahwa kau cantik. Awalnya aku bahkan berpikir mungkin dia menginginkanmu untuk dirinya sendiri." Julien berbisik.

Natalie hampir saja tersedak, padahal ia belum mulai minum teh atau apa pun. "Well, terima kasih. Namun, kurasa Dietrich tidak memiliki kemampuan untuk tertarik pada perempuan. Dia menganggap aku dan Catherine sama. Sebagai adik-adiknya."

Julien mengedikkan bahu. "Entahlah. Awalnya aku tidak yakin." Lelaki itu mendekatkan bibirnya pada Natalie untuk membisikkan konspirasi yang lebih besar. Nat menurut, kemudian mencondongkan telinganya mendekat pada mulut Julien untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh pria itu selanjutnya. "Akan tetapi, Nat. Sekarang aku sudah tahu bahwa kau benar."

Natalie meringis. "Aku suka berpikir bahwa aku benar dalam banyak hal. Namun, kali ini, dalam hal apa?"

"Bahwa Dietrich hanya menganggapmu sebagai seorang adik." Julien menegaskan.

Perut Natalie melilit, entah mengapa. Pandangannya terlempar otomatis ke seberang ruangan—tepat di mana Dietrich masih dikelilingi oleh perempuan-perempuan muda berdarah biru dengan penampilan menarik.

Nat kembali pada Julien lalu berusaha menampilkan senyuman terbaiknya. "Itu tidak perlu dikatakan lagi. Semua orang juga tahu, ‘kan? Lagi pula, Dietrich tidak berminat menikah."

Julien mengangguk-angguk. "Pada mulanya aku ragu. Namun, setelah aku melihat sendiri cap dengan nama Dietrich tertera pada proposal pendekatanku denganmu, aku baru yakin."

Natalie terdiam selama beberapa saat. Pikirannya mencerna kata-kata Julien dengan cepat.

"Tunggu sebentar. Apa?" Natalie memandang Julien bingung. Gadis cantik itu juga sempat melemparkan pertanyaan lewat sorot matanya pada Princess Stéphanie, tetapi sang putri sibuk berbincang dengan ayah dan ibu Julien.

Julien mengerjap. "Kau tidak tahu? Dietrich memberikan stempel persetujuannya dalam proposal pendekatan kita. Dia setuju jika di akhir musim nanti mungkin aku akan melamarmu."

Natalie menelan ludah. Dadanya tiba-tiba terasa sesak dan wajahnya berubah pias.

♡♡♡

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
farizyara rsfy
apa krna nat anggp bang didi ngsh persetujuan mknya dia jga setuju di jodohin
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 137 [END]

    Natalie memang berada di dalam elemennya. Wanita cantik itu duduk di sebuah kursi rotan, di hadapan bunga-bunga bermekaran, pada dua musim semi selanjutnya. Ruangan di sekelilingnya besar, memiliki sirkulasi udara yang sangat baik, dan berbatasan langsung dengan halaman belakang. Sebuah kebun, penuh tanah berumput, yang sudah jarang ada di properti milik pribadi di Paris.Perempuan itu menarik napas dalam-dalam sembari tersenyum. Ini adalah aroma favoritnya sepanjang masa. Perpaduan lavendel, mawar, dan wisteria yang wangi semerbak bercampur menjadi satu di udara."Kau seharusnya menambahkan wisteria di acara pernikahanmu," kata seseorang yang datang dari belakangnya.Tanpa berbalik pun, Natalie sudah terlalu mengenal suara itu. "Menurutmu begitu, Madame Vernoux?"Seorang wanita pemilik kedai bunga terkenal di Paris ini, Madame Vernoux, mengambil tempat duduk di samping Natalie. Natalie adalah pelanggan favoritnya. Tak perlu mengatakan apa pun, tetapi Madame Vernoux selalu mengabaikan

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 136

    "Ya. Ya … berhasil dengan pujian. Sempurna. Kau benar-benar nakal, Mon Amour." Dietrich masih terengah-engah. Namun, kejantanannya terasa menyembul sekali lagi. Menekan perut Natalie yang duduk di pangkuannya.Sial.Dietrich akhirnya tidak dapat menahannya lagi. Sang presdir tampan kini sepenuhnya menanggapi rayuan Natalie. Tangannya menelusup di balik piyama wanita cantik itu, menyentuh punggungnya yang halus.Bibir Natalie menuruni rahang Dietrich ... mengecap aroma di lehernya lalu, beralih sedikit ke belakang telinga lelaki itu—yang kini Natalie tahu, menjadi titik dimana Dietrich takkan bisa menolaknya. Natalie menjilat belakang telinga Dietrich yang seketika membuat lenguhan pria tampan itu keluar tertahan.Dietrich membenarkan posisi duduknya. Tangannya turun ... beralih menyibak bagian bawah piyama Natalie. Menjamah paha sang istri hingga membangkitkan sensasi geli yang menyenangkan.Dietrich menyentuh bagian lembap diantara kedua kaki Natalie. Wanita cantik itu benar-benar ti

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 135

    Awalnya, Natalie merasa tidak yakin dengan apa yang akan dilakukannya. Berbagai macam ketakutan menyeruak di dalam hatinya. Bagaimana jika keluarga Toussaint menolaknya? Bagaimana jika mereka merasa terhina dengan apa yang telah dilakukannya? Namun, rupanya itu semua tidak terjadi.Natalie selalu diterima dengan tangan terbuka. Sejak dulu pun begitu. Semua orang bersikap baik padanya—bahkan seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Satu-satunya hal yang dapat dikeluhkan oleh Nat adalah pekerjaan suaminya.Well, masa bulan madu memang sudah berakhir, tapi bukankah terlalu cepat?Dietrich sibuk sekali. Meski tidak pergi ke mana-mana, tetapi lelaki itu selalu mengubur diri dalam pekerjaan. Sudah hampir dua bulan Natalie tinggal di dalam kastil Toussaint. Namun, perempuan itu bahkan lebih sering melihat Nasya dan Tata—serta Catherine, tentu saja—ketimbang suaminya sendiri."Dietrich berada di ruang kerjanya lagi?" Catherine menebak saat melihat raut wajah Natalie yang masam seusai makan malam.

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 134

    "Tuan Dietrich, Nyonya Natalie ...."Dietrich dan Natalie menoleh di saat yang bersamaan, ketika mereka mendengar Ashley Morgans memanggil. Ketukan sepatu hak tinggi wanita itu bahkan sama sekali tidak terdengar saking kedua sejoli itu melupakan dunia seisinya dan hanya memperhatikan pasangannya.di sisi lain Ashley meringis saat melihat wajah Natalie Casiraghi memerah. Wanita bangsawan yang telah resmi menjadi majikannya setelah menikah dengan Dietrich itu terlihat malu dan penuh penyesalan."Ah, begini. Tuan Axel Senior memanggil saya untuk beberapa urusan pekerjaan di Brussel. Saya rasa ...." Ashley menunjuk Natalie dan Dietrich yang sudah dalam pose setengah berpelukan itu, lalu melanjutkan, "Saya rasa jasa saya sudah tidak dibutuhkan di sini. Bukan begitu?"Dietrich tersenyum dan mengangguk. "Paman Axel memanggilmu? Wah, kau benar-benar wanita yang sangat sibuk, Ash. Baiklah. Tentu saja kau boleh pergi. Aku akan segera mengirim hadiah ke nomor rekeningmu."Ashley Morgans mengangg

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 133

    Natalie terkesiap kasar. Matanya mulai berair, tetapi pipinya bersemburat merah jambu.Dietrich tadi hampir menyemburkan tawa. Hampir. Beruntung, pria tampan itu dapat membekap mulutnya sendiri tepat waktu. Wah, wah. Ini benar-benar pertunjukan menarik. Seumur hidup, Dietrich belum pernah melihat Natalie mengamuk.Oh, jangan salah. Amukannya sungguh dahsyat—sampai semua orang di ruangan yang sama menahan napas. Namun, entah mengapa, di mata Dietrich, Natalie terlihat ... menggemaskan.Dan manis.Mon Dieu. Sekarang rona merah yang merayapi wajah hingga leher dan dada perempuan itu tampak terlalu menggiurkan untuk ditampik."Tentu saja tidak ...." Natalie menjawab dengan suara bergetar."Apakah kau tidak ingin aku menikah dengan Ashley Morgans?" Dietrich bertanya lagi.Natalie mulai menangis. "Itu ... urusanmu! Terserah padamu ingin menikah dengan siapa."Dietrich menggeram tidak puas. "Jadi, kau baik-baik saja mendengar aku akan menikah dengan orang lain? Come on. Setidaknya jujurlah p

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 132

    Natalie cukup terkejut bagaimana berita-berita mencengangkan yang mengguncang dirinya hingga ke inti, belakangan ini tidak membuatnya langsung pingsan di tempat."Tunggu. Tunggu dulu. Kau akan ... menikah dengan Ashley?" Natalie mendelik tak percaya. "Ashley Morgans?"Dietrich melirik Ashley yang tampak kaku, serta gelisah, di tempatnya berdiri lalu mengembalikan perhatiannya pada Natalie. "Apakah ada yang salah dengan Ashley? Menurutmu ... ada yang kurang dari dia?"Natalie menelan ludah, lalu buru-buru menggeleng. "Tidak. Tentu saja bukan itu maksudku. Ash, aku tidak bermaksud apa-apa. Jangan salah paham. Aku ...."Natalie memutuskan untuk mengatur napasnya dulu sebentar, sebelum ia merasa semakin pusing dan agak tersengal. Wanita cantik itu kemudian mendongak dengan pandangan menantang pada Dietrich. Kebencian terpancar jelas di matanya."Kita bahkan belum resmi bercerai. Tapi, bisa-bisanya kau—" Natalie memejamkan mata dan menggigit bibir. Suara yang dihasilkan selanjutnya terdeng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status