Happy reading, guys! Follow ig Rara yuk @hi.inuralubyanka, DM aja yang mau follback ^_^
“Beraninya kau mencampur obat ke minumanku!” dengus Lucas geram.Ariella langsung mengurungkan niatnya keluar kamar, saat mendengar bunyi pekak cangkir yang menghantam lantai. Begitu berpaling, maniknya pun membelalak melihat Lucas Baratheon memegangi pelipis.“Tu-tuan Muda!” Pelayan cantik itu bergegas menghampiri sang tuan.Ariella semakin bingung saat mendapati keringat dingin memenuhi kening Lucas. Pandangannya pun jatuh pada cangkir kopi yang baru dia berikan untuk pria tersebut.“Tuan Muda, apa Anda baik-baik saja?” tanya Ariella buncah.Alih-alih menjawab, pria itu malah mencengkeram leher Ariella dan mendorongnya mundur, hingga punggung pelayan tersebut menatap dinding.“Ugh, Tuan Muda—”“Kau sengaja?!” Lucas segera menyambar ucapan Ariella yang napasnya tercekat.Sorot mata pria itu amat tajam, sungguh mengintimidasi Ariella sampai sulit mengeluarkan kata. Sialnya, kesabaran Lucas semakin terkikis seiring sensasi panas yang merayapi tubuhnya.Dengan manik gemetar, Ariella pun
“Apa yang kau lakukan? Jangan bilang kau telah bercinta dengan Lucas!” Suara Beatrice menggelegar sengit.Sorot matanya menatap jijik penampilan Ariella yang berantakan. Terlebih pakaian wanita itu robek di bagian dada. Itu menebalkan asumsi Beatrice, bahwa pelayan ini sudah menghabiskan malam penuh gairah dengan putra tirinya.“Kau bisu?!” Beatrice kembali memberang hingga membuat Ariella tersentak kaget.Leher Ariella menegang. Dia kesulitan menelan saliva, apalagi melontarkan kata.Dengan bulu mata gemetar, Ariella pun menjawab, “mo-mohon maaf, Nyonya Beatrice. Anda salah paham. Saya hanya—”“Argh!”Belum tuntas ucapan Ariella, Beatrice sudah melayangkan tamparan keras padanya. Sensasi panas dan berdenyut mendominasi wajah wanita itu. Dia memegangi pipi yang terasa kebas, bahkan sudut bibirnya anyir karena tergores cincin Beatrice.“Jalang sialan! Kau pikir aku buta?!” Nyonya Baratheon itu menyentak murka. “Berani sekali Pelayan rendahan sepertimu merangkak ke ranjang putra Pimpinan
Sorot mata Lucas menajam seraya mendengus dingin. “Kau bercanda?!”Peter bergidik menghadapi amukan Lucas yang mengancam akan tumpah.“Mohon maaf, Tuan Muda. Nyonya Belatia dan Tuan Bjorn tidak menemukan Nona Giselle di setiap sudut mansion Diorson. Nona Giselle terakhir terekam kamera pengawas saat keluar dari kamarnya memakai baju tidur, tapi setelah malam itu tidak ada jejaknya lagi. Para Bodyguard sekarang sedang dikerahkan untuk mencarinya,” balas Peter tegang.‘Sial! Bukankah dia yang paling menantikan pernikahan ini?!’ batin Lucas dengan rahang mengeras.Ya, semua orang tahu Giselle Diorson sangat mencintai Lucas. Dia yang seorang seniman, pernah membuat pameran lukisan khusus untuk pria itu. Lalu kenapa saat hari yang dinanti tiba, wanita tersebut malah menghilang?Manik elang Lucas bergulir pada Peter dan lantas memerintah. “Cari! Bagaimanapun caranya, bawa Giselle ke sini!”“Baik, Tuan Muda!” sahut Peter tanggap.Tanpa membuang waktu, Peter pergi bersama pasukan khusus yang s
“Kau pikir siapa dirimu mengajukan syarat?!” Lucas mendengus dengan sorot tajamnya.Saat itulah, kata-kata Ariella seperti tersangkut di tenggorokan. Dalam hitungan detik, aura Lucas yang mengintimidasi begitu menekannya. Namun, Ariella telah mendengar bahwa calon istri Lucas kabur di hari pernikahan ini. Pria itu pasti terdesak.Sambil mencengkram pinggiran seragam hitam putihnya, wanita itu berujar, “sa-saya berjanji, saya akan patuh jika Anda mengabulkan permintaan saya.”“Apa yang kau inginkan?” sahut Lucas dingin.“Tolong biarkan saya bekerja di galeri seni milik Baratheon Group,” balas Ariella yang semakin membuat Lucas memicing.“Sa-saya sangat menyukai seni, saya selalu berharap bisa masuk galeri seni dan bekerja di sana. Saya akan membantu apapun untuk Baratheon Gallery, Tuan Muda.” Ariella melanjutkan ucapnya dengan terbata.Bukannya menjawab, Lucas malah mendekat dengan wajah menahan amukan. Meski Ariella perlahan mundur, tapi pria itu tetap gencar mengikis jarak, sampai-sam
“Apa kau tidak punya mata?!” Pelayan yang menyenggol Ariella tadi langsung mencaci.Alih-alih menanggapi, Ariella justru cemas dengan gaun pengantinnya.Tidak mungkin dia muncul dengan penampilan kacau. Sudah pasti akan jadi penghinaan bagi keluarga Baratheon.“Ba-bagaimana ini?” gumam Ariella yang berusaha mengelapnya dengan tangan.Bukannya ikut khawatir, rekan pelayan tadi malah mendorong bahu Ariella dengan kasar.“Dasar pelacur! Minta maaflah. Kau sudah menghancurkan semua minuman untuk tamu!” cecarnya kesal.“Kau yang menabrakku dan mengotori gaunnya. Kenapa malah—”“Aish, sial!” sahut Pelayan tadi mengumpat geram. “Apa sekarang kau pamer karena akan menikahi Tuan Muda Lucas? Ariella, kami semua tahu kau hanya menjebak Tuan Muda. Kau pasti puas karena berhasil tidur dengannya, bahkan menikahinya hari ini.”“Aku tidak menjebak Tuan Muda, tapi—”“Tutup mulutmu, dasar pelacur! Kau pikir orang-orang akan percaya omong kosongmu? Kau benar-benar membuatku merinding!” sambar Pelayan tadi
“Keluar dari kamar ini. Kau sudah menikah dengan Tuan Muda Lucas, jadi tidurlah bersamanya. Kamarmu akan dipakai oleh Pelayan lain!” dengus Pelayan berambut pendek menatap berang.Ariella menelan saliva dengan berat seraya membalas, “i-itu tidak mungkin. Tuan Muda tidak akan mengijinkanku masuk kamarnya.”“Itu bukan urusanku. Mau kau tidur di dapur atau gudang sekalipun terserah kau, dasar pelacur!” sambar Pelayan rambut pendek tadi yang langsung menutup pintu.“Tidak! Tolong biarkan aku tinggal di kamar ini. Aku akan tetap membantu bersih-bersih, jadi biarkan aku masuk. To-tolong, buka pintunya!” Ariella terus menggedor ambang itu, tapi tidak ada respon dari dalam.“Ariella!”Sang pemilik nama sontak terkejut saat seseorang memanggilnya. Itu kepala pelayan.“Hah … kenapa kau membuat keributan di jam semalam ini?!” Kepala Pelayan tadi mendengus tajam.Ariella menyugar belahan rambutnya frustasi, lalu membalas, “maaf, tapi teman sekamar saya tidak mau membuka pintu. Dia membuang barang-
“Minggir!” titah Lucas dingin.Sang lawan bincang menyeringai, lalu melipat kedua tangan ke depan dada.“Aku dengar mempelai wanita berubah sebelum upacara pernikahan. Harusnya aku melihatmu menikah di altar, tapi sayangnya penerbanganku terlambat. Maafkan aku, Kakak,” sahut Felix terdengar mengejek.Ya, Felix Baratheon-adik tiri Lucas itu baru kembali dari urusan bisnisnya di luar San Carlo.Lucas yang malas menanggapi, berniat mangkir.Sialnya sang adik malah menahan dadanya sembari mendecak, “mau ke mana? Aku belum selesai bicara, Kak!”Dia bahkan mendorongnya kasar. Tapi Lucas dengan sigap menampik tangan Felix dan langsung mencengkeram kerahnya.Belum sampai Lucas berujar, Felix lebih dulu mencaci, “apa kau begitu putus asa saat Giselle hilang sampai harus menikahi Pelayan? Seleramu memang rendah!”“Uruslah dirimu sendiri, sialan!” sambar Lucas mengandung ancaman.Dia tahu sang adik hanya memprovokasi. Dirinya pun melepas cekalan, lantas berlalu tanpa menunggu sahutan.Felix yang
“Aish, Sial! Lihatlah, Ibu. Kita punya tikus kecil yang pandai menguping!” cecar Felix saat keluar kamar.Ariella sontak buyar dari lamunan. Dia menoleh pada Felix dengan raut wajah buncahnya.“Mo-mohon maaf, Tuan. Saya tidak sengaja menjatuhkan nampannya saat hendak membuka pintu. Saya akan segera membereskannya,” tutur Ariella sambil mengamati pecahan cangkir dan teh yang tumpah di lantai.Begitu dia berjongkok, rok pendeknya bergerak ke atas hingga membuat pahanya terkuar. Ariella benar-benar tidak nyaman. Terlebih dia bisa merasakan tatapan Felix kembali lekat padanya. Wanita itu pun berusaha menarik rok seragam hitam putihnya ke bawah lagi, lalu memunguti pecahan cangkir ke nampan.‘Tumben sekali Ibu memilih Pelayan berdasarkan wajah. Dia cukup cantik untuk ukuran seorang budak,’ geming Felix sambil menyeringai tipis.“Argh!”Tiba-tiba Ariella menjerit saat hak sepatu lancip Beatrice menginjak punggung tangannya. Sial sekali di bawah telapak tangan Ariella ada pecahan cangkir yang
Jatuhkan Senjatamu Dan Berlututlah! “Brengsek!” Lelaki rambut ikal itu mengumpat saat timah panas tenggelam di lengannya. Ya, tanpa diduga, dari depan seseorang menembaknya saat mengejar Ariella. Bahkan beberapa orang tampak berlari ke arahnya. “Sialan! Siapa para bajingan itu?!” cecar lelaki rambut ikal tadi. Dia buru-buru merogoh pistol dari selipan pinggangnya. Baru saja mengacungkan senjata api tersebut, sejumlah orang berjas hitam sudah mengepung. Dari bros di sisi kirinya, jelas bahwa mereka bodyguard setia Lucas. Benar, setelah mati-matian melacak posisi van hitam yang membawa Ariella, Peter akhirnya berhasil menemukan titik lokasi di kawasan danau De Forte. Dia dan beberapa bawahannya langsung melesat ke sana. Sementara Lucas sedang menyusul dari rumah sakit. “Jatuhkan senjatamu dan berlututlah!” dengus Peter saat berjalan di tengah orang-orang itu. Alih-alih menurut, lelaki rambut ikal tadi justru terkekeh sinis. Tatapannya memindai beberapa orang berjas hitam tersebut.
“Siapa kalian? Kenapa membawaku ke sini?!” Ariella mendengus dengan leher tegang.Dadanya bergemuruh was-was saat lelaki di hadapannya menyeringai sengit.“Siapa yang menyuruh kalian?!” Ariella kembali bertanya lebih waspada. “Biarkan aku pergi, maka aku akan memberikan apapun yang kalian inginkan!”Alih-alih menanggapi, lelaki gempal itu malah terkekeh.“Aish, sial! Jalang ini sangat cerewet padahal akan segera mati!” decaknya penuh tekanan.Tanpa segan dia merengkuh lengan Ariella, berniat menariknya keluar.“Lepas! Apa yang kau inginkan?!” Ariella menampik keras.Tangan yang lain segera meraih heels di sebelah kakinya, lantas mengayunkan bagian yang lancip ke bahu lelaki tersebut. Sialnya, lelaki itu bisa membaca gerakan Ariella, hingga berhasil menahan pergelangannya.“Hah?!” Iris Ariella kembali melebar.Dia hendak menarik tangannya, tapi cengkraman lelaki gempal itu amat kuat.“Brengsek! Kau pikir bisa menyerangku?!” sentak laki-laki tadi marah.Ariella merontak seraya mendecak,
‘Tidak ada?!’ batin Lucas saat tak mendapati Ariella di sana.Irisnya memindai sampai ke bangku belakang, tapi sang wanita tak nampak. Hanya ada Giselle yang kini terkulai lemas di kursi kemudi.“Luke? Kaukah itu?” tutur Giselle terdengar lemah.Gelenyar darah mengucur dari keningnya. Dia perlahan mengerjap, coba menjernihkan pandangan saat melihat wajah Lucas di luar jendela.“Luke ….” Wanita itu kembali merintih, berharap Lucas segera meraihnya.Namun, ketika membuka pintu, Lucas malah bertanya, “di mana Ariella?!”Giselle mendengarnya dengan jelas. Dan itu kian membuat emosinya meradang perih.‘Sial! Di saat aku terluka parah, bagaimana bisa kau mencari jalang itu?!’ geming Giselle menelan saliva dengan berat.“Bukankah kau bersama Ariella? Di mana dia?” Lucas terus mendesaknya.Akan tetapi Giselle tetap bungkam. Dengan keadaan ini, dirinya bisa mudah berpura-pura dungu. Bahkan detik selanjutnya dia kembali memejam selaras kesadarannya yang hilang.Lucas yang melihatnya, semakin men
‘Brengsek!’ Giselle memaki geram begitu melihat Peter keluar dari Rolls Royce hitam di sana.Terlebih saat lelaki itu membuka pintu belakang untuk Lucas. Amukan Giselle kian membengkak, menyadari Lucas bergegas meninggalkan kantor demi bertemu Ariella.‘Aku tidak akan membiarkan ini!’ batin Giselle penuh tekad.Dia lekas mengunci pintu saat Ariella hendak keluar. Disertai tatapan geram, Giselle langsung menyalakan mesin mobilnya.“Apa yang Anda lakukan? Biarkan saya keluar!” decak Ariella melirik sinis.Giselle tak menggubris. Dia justru menginjak pesal gas hingga mobilnya melesat pergi sebelum Lucas melihatnya. “Nona Giselle! Sebenarnya apa yang Anda lakukan?!” Ariella memicing geram.Namun, lawan bincangnya tetap bungkam sambil mencengkram kemudi lebih erat. Bahkan Giselle tak segan memacu mobil putihnya lebih kencang.Ariella menghela napas panjang sambil berujar, “apa Anda setakut itu Tuan Lucas memilih saya?!”“Tutup mulutmu, jalang sialan!” Giselle menyambar penuh tekanan. “Kau
“Dasar berandal! Kau tidak tau tentang itu?!” Richard mencibir sengit.Terlebih saat Lucas menatap tajam dan terkesan menuntut penjelasan, sungguh menebalkan asumsi Richard.“Katakan, Ayah!” decak Lucas kian mendesak.“Ayah bertemu Pelayan itu di rumah sakit. Dia bersama gadis kecil yang sekilas mirip denganmu!”Sahutan Richard semakin memicu Lucas tertegun.Jika ayahnya menyebut ‘pelayan’, maka jelas itu Ariella Edelred. Dan ini bertepatan dengan suara anak kecil yang Lucas dengar saat menelepon wanita tersebut. Panggilan ‘mommy’ kala itu masih terngiang jelas di telinga Lucas.‘Ariella dan Damien tidak menikah. Jika dia benar-benar punya anak, bisa saja itu darah dagingku!’ batin Lucas menyimpulkan.“Anehnya wanita itu tidak mengenali Ayah. Dia buru-buru pergi saat Ayah bertanya mengenai anak perempuannya!” Richard kembali berujar sambil menuatkan tangan. “Ayah tidak peduli tentang ibunya. Jika benar itu cucuku, dia harus kembali ke ranah keluarga Baratheon. Kau mengerti?!”Ya, sejak
“Secil! Apa yang kau katakan? Kau tidak boleh bicara begitu pada pada Ava!” Nicholas membentak marah.Dia tahu bocah perempuan dengan cardigan pink itu sangat angkuh dan sering menganggu teman-teman lain. Jika Ava menjadi targetnya juga, maka Nicholas jelas tidak terima.“Apa yang salah? Aku hanya bertanya padanya. Ava tinggal menjawab saja, punya Ayah atau tidak!” Secil berujar sambil melipat tangan dengan sombongnya.Saat itula, Laura-teman Secil yang memegang loliop juga berkata, “Secil benar. Ava saja tidak tau Papa Day. Itu aneh. Apa selama ini dia tidak pernah merayakan Papa Day di rumah?”“Ava, jangan-jangan kau memang tidak punya Ayah, ya? Mommy bilang anak yang tidak punya orang tua itu bermasalah. Dan kau sering membolos!” tutur Secil dengan sorot penuh ejekan.Dia menoleh pada temannya sambil tertawa.Ava pun melangkah lebih dekat, lalu menjelaskan, “Ava tidak membolos, tapi—”“Menjauhlah dari Secil!” sentak Laura sambil mendorong Ava.Bocah itu nyaris saja terjungkal ke bel
“Paman Damien!” Ava memanggil riang sambil berlari ke arah pria itu.“Oho! Tuan Putri Ava!” Damien pun menangkap gadis kecil itu dan menggendongnya. “Ava rajin sekali pagi-pagi sudah rapi.”Bukannya menjawab, perhatian anak perempuan itu malah terpaku pada wajah Damien yang lebam.Sambil mengerjap bingung, dia pun bertanya, “apa orang jahat memukuli Paman? Wajah Paman pasti sakit.”“Paman memang habis melawan orang jahat, tapi Paman tetap menang karena berhasil mempertahankan milik Paman,” sahut Damien disertai senyum tipis.“Jadi orang jahat itu mau mencuri barang Paman Damien?” Ava menyahut cemas.Damien melirik Ariella, alih-alih langsung menimpali pertanyaan itu.Dengan ekspresi seriusnya, Damien pun berkata, “bukan barang, tapi hal paling berharga bagi Paman!”Ariella yang sejak tadi bungkam, sungguh tak menyangka Damien akan bicara seperti itu. Bukankah Damien marah padanya?“Ava tau? Paman akan tetap melindungi hal paling berharga itu dengan semua kekuatan Paman. Paman tidak aka
“Uhh … kau sudah bangun, Luke?” Giselle mendesah pelan saat membuka mata.Dirinya menggeliat, merebahkan kepala di dada Lucas selaras dengan tangannya yang memeluk pria itu kian erat.“Aku sangat lelah. Bisakah kita tidur lebih lama?” sambung wanita itu memejamkan mata lagi.Namun, Lucas yang risih seketika bangun. Rahangnya tampak mengetat, tampak menahan amukan.“Apa yang kau lakukan di sini?!” tanyanya tanpa menoleh sedikitpun.Giselle mengerjap heran. Dirinya ikut bangun sambil merengkuh selimut untuk menutupi tubuhnya yang tanpa busana.“A-apa maksudmu, Luke? Kau tidak mungkin lupa kalau selamam kita telah bercinta ‘kan?” sahut Giselle yang lantas meraih lengan pria itu.Lucas sekejap membuang pandangan dengan tangan mengepal geram. Mau dipikir bagaimanapun, dirinya dan Giselle sangat mustahil. Sialnya dia tak bisa membantah karena tidak ingat apapun.Sang wanita menggelayut manja di lengan pria itu sembari berbisik, “apa yang kau pikirkan? Ini bukan masalah besar. Kita memang aka
“Luke, buka pintunya. Aku tau kau ada di dalam. Cepat buka. Kenapa kau menghindariku?!” tukas Giselle dari luar. Begitu siuman di rumah sakit, Giselle langsung menanyakan Lucas. Meski Belatia marah habis-habisan karena dia bertindak gila, tapi Giselle tetap keras kepala. Apalagi dia telah mengetahui hubungan Lucas dan Ariella. Mana mungkin dirinya diam saja? “Luke, bicaralah sekali saja padaku. Aku mohon temui aku, Luke!” Giselle terus berujar penuh harap. Sementara di dalam, Lucas hanya bungkam dengan keringat yang mengebaki dahi dan tengkuknya. Sensasi panas pun menjalar ke seluruh tubuh, membuatnya tak karuan. ‘Brengsek!’ batin Lucas mengumpat tajam saat kepalanya bertambah pening. Irisnya melayap ke sekitar dan terpaku pada wine yang tadi disesapnya. Saat itulah Lucas bisa menerka bahwa anggur tersebut yang membuatnya kacau seperti ini. ‘Hah, sial! Apa sejak awal ini rencanamu, Ariella?!’ geming Lucas dengan rahang mengeras. Dia semakin kesal sebab meminumnya setelah