‘Kenapa gadis ini selalu sempurna membuat segala sesuatunya’ puji Vardyn lagi untuk Arlin di batinnya.Tak lama berselang Arlin dan sang mama Vardyn masuk kedalam rumah setelah selesai mengurus tanaman. “Hey, kau tidak menunggu kami sayang” nyonya Rubi mengecup kepala putranya yang tengah menikmati sarapan paginya.“Terlalu lama ma, aku lihat kalian sedang asik mengurus tanaman, hingga aku tidak terurus begini, enaknya jadi tanaman” ujar Vardyn yang membuat nyonya Rubi tertawa.“Hahahaa, apa kau cemburu pada tanaman?” ucap sang mama.Setelah membersihkan tangan nyonya Rubi menggeser kursi makan dan mulai duduk disana untuk menyantap sarapannya.“Arlin, bergabunglah dengan kami, ayo!, makanlah disini” nyonya Rubi menepuk kursi sebelahnya yang kosong, yaitu kursi yang berada tepat di hadapan Vardyn.“Ah, I-iya nyonya” jawab Arlin agak ragu.Arlin menatap Vardyn sejenak, mata pria itu melirik sedikit keatas kearah Arlin, karena posisi kepalanya yang tertunduk karena sedang menyantap maka
Nyonya Ruby hanya memandanginya dari kejauhan, alangkah berbedanya ketika ia bersama Arlin, yang selalu membuatkannya sarapan, menemaninya mengobrol dan bahkan sampai mengantarnya untuk beristirahat di kamar.Tak lama berselang, seorang kurir pengantar makanan datang dan mengantar pesanan Melinda.Dari sofa ruang tamu Melinda yang tengah memainkan ponselnya memanggil si mbak dengan berteriak untuk mengambil pesanan dari kurir di depan pagar.Akhirnya makanan telah berada di hadapan Melinda. Seketika itu ia makan sendiri sambil asyik bergelut dengan ponselnya.Tanpa sadar Melinda tengah diperhatikan oleh nyonya Rubby dari kursi meja makan, yang tanpa menawarkan makanan pesanannya itu pada sang mertua.Nyonya Rubby hanya menggeleng melihat kelakuan menantunya. Akhirnya wanita tua itu berdiri dan membuat bubur oat gandumnya sendiri.Malam mulai melebar, Di sebuah persimpangan, di jalan yang sedikit redup, sebuah sedan hita
“Ini bukan urusanmu!” ujar Fedri.“Dia bersamaku, berarti itu menjadi urusanku” ucap Vardyn tegas.Tiba-tiba tangan Vardyn sudah mencengkram lengan Fedri, ia mencoba menyingkirkan genggamannya di tangan Arlin.Akhirnya Fedri melepaskan Arlin. Tapi kini ia menatap mata Vardyn dengan tatapan tajam.Arlin diarahkan Vardyn untuk bergeser dan berlindung ke belakang tubuhnya yang tegap. Kepala Arlin menyembul dari belakang tubuh Vardyn.“Sebaiknya anda pergi sekarang, sebelum aku memanggil security” tatapan Vardyn seolah menantang dan siap untuk berduel.“Hey, apa kau suaminya? Atau cuma bodyguard yan--..ugh!” tiba-tiba tangan kekar Vardyn meraih kerah atas kemeja Fedri dan menariknya agak naik meninggi, hingga Fedri sedikit tercekik.“Siapapun aku, itu tidak penting buatmu bung!, yang jelas aku tidak mau melihat wajah brengsekmu lagi, cepat pergi dari sini!” Vardyn melepaskan cengkraman kemeja pria didepannya sambil sedikit mendorongnya, hingga Fedri sedikit oleng.Fedri tidak berbicara sat
Malam mulai meninggi.Beberapa saat berlalu, Vardyn mengetuk pintu kamar Arlin.“Ya sebentar!” ucap Arlin dari dalam kamar.“T-tuan?, ada apa?” tanya Arlin melihat pria di depannya dengan wajah seolah bingung di bibir pintu.“Besok siang Melinda mau datang kesini” ucap Vardyn.Nampak wajah Arlin yang terkejut dan penuh tanda tanya.“Hah? Nyonya Melinda mau datang?!”“Aku juga tidak tahu kenapa dia mau kesini dan bagaimana dia akan kesini, suaranya juga seperti orang yang sehat. Aku mau kau pergi besok sebelum dia datang, kau coba cari tahu ke mbok Min apa yang terjadi dengan Melinda, dan jangan pulang dulu sebelum aku perintahkan, paham!” “Iya tuan”Vardyn terdiam sejenak memandang baju Arlin.“Hey, baju tidurmu robek begitu, kenapa tadi tidak membeli baju tidur baru?, malahan kau beli lampu tidur, dasar aneh” ujar Vardyn setelah menatap baju tidur Arlin yang bermotif Hello kitty yang sedikit robek di lengannya.“Um, ini,..aku tidak masalah dengan bajuku tuan, kenapa anda seolah perdu
“Untuk apa kau datang kesini?!” tanya Vardyn ketus ketika Melinda duduk di sebelah Vardyn.“Hm, aku hanya ingin memperbaiki hubungan kita” ucap Melinda sedikit tenang.“Memperbaiki katamu?!, hah, bukankan itu sudah terlambat” ucap Vardyn dengan nada sedikit acuh.“Aku rasa belum”“Sudahlah, aku sedang tidak ingin membahas masalah kita” Vardyn bangkit dari duduknya dan berlalu ke lantai atas.Malam mulai meninggi,Vardyn dan Melinda terpaksa bermalam satu kamar karena kepura-puraan mereka takut terbongkar nyonya Ruby jika wanita tua itu mengetahui mereka tidak tidur satu kamar.Vardyn dan Melinda duduk di ranjang besar, bersandar pada sandaran ranjang. Mereka duduk agak berdekatan, tetap Vardyn agak menjaga jarak.“Bagaimana kau bisa sembuh secepat ini?!, atau kemarin kau hanya berpura-pura sakit di depanku?” tanya Vardyn ketus pada Melinda dengan suara agak tertahan.“Apa kau tidak suka aku sembuh?” ucap Melinda yang masih terlihat tenang.“Uang dari mana kau membeli barang-barang mewa
“Kau punya otak, pikirkan saja sendiri” kemudian suara shower berbunyi hingga Melinda tidak dapat melanjutkan obrolannya dengan Vardyn.‘Dasar menyebalkan!’ umpat Melinda.Dengan sedikit geram Melinda melangkah turun menuju lantai bawah.Di ruang makan nyonya Ruby tengah meminum teh hangat sendirian. Ia seolah kehilangan seorang yang setiap pagi selalu menemaninya.“Pagi ma …” sapa Melinda sambil mengambil cangkir yang sudah tersedia di meja makan.“Ah, pagi, kau sudah bangun Mel” ucap nyonya Ruby dengan senyuman di wajahnya yang sudah berkerut.“Hari ini aku ingin mengajak mama shoping dan makan di restauran, tapi kata Vardyn kemarin mama sudah diajaknya” Melinda menuang teh kedalam cangkirnya.“Ah iya, kemarin Rico sudah mengajak mama dan Ar- …”“Ehm!, Ma!, hari ini aku ada jadwal ke gedung Emzy di pusat kota, mama mau nitip apa?” tiba-tiba Vardyn bersuara agak keras dari arah tangga.“Tidak usah sayang, aku tidak ingin membeli apa-apa” ucap nyonya Ruby yang spontan menoleh kearah pu
“Apa yang dia lakukan padamu?” kali ini Vardyn menatap mata indah Arlin seolah penasaran.“Dia,…um. Sepertinya tidak perlu kujelaskan tuan” Arlin kembali tertunduk.“Jelaskan padaku, apa yang bajingan itu perbuat padamu” ujar Vardyn tegas.“Dia, mencoba mendekatiku”“Bajingan!!” Vardyn memukul setir dengan keras, membuat Arlin terperanjat kaget.Vardyn menghela nafas panjang.“Lalu, apalagi yang dia perbuat?” tanya Vardyn kembali.“Aku menendang bagian bawahnya sebelum dia berbuat yang lebih padaku, kemudian aku lari” kisah Arlin.“Hm, bagus!. Lalu apa hubungannya si brengsek ini dengan Melinda?” tanya Vardyn kembali.“Setelah kemarin aku bertemu mbok Min di pasar, mbok Min menceritakan padaku bahwa pria itu hampir setiap hari datang kerumah nyonya. Nyonya Melinda seperti sangat senang dan bersemangat bertemu dengan pria itu, kemudian mereka masuk ke kamar. Tapi setelah beberapa hari setelah itu, justru kondisi nyonya Melinda berangsur membaik. Nyonya sudah mulai bisa berjalan, juga ti
“Lalu sampai kapan tuan akan bertahan dengan pernikahan ini?” tanya Arlin.“Entahlah, mungkin sampai ayahnya wafat dan ibuku wafat, baru aku akan menceraikannya. Sekarang ayahnya sudah sakit-sakitan, mungkin waktunya tidak akan lama lagi”“Jadi, apa yang akan tuan lakukan dengan pria ini dan nyonya Melinda?” tanya Arlin disela-sela cahaya dari penerangan lampu jalan yang bias masuk melalui kaca depan mobil.“Aku akan mencari bajingan ini, kalau saja aku tahu yang kemarin adalah dia, tidak akan kulepaskan, dan Melinda, aku belum tau tujuan pastinya dia mendatangiku”“Baiklah, kalau begitu aku rasa informasiku cukup tuan, sebaiknya aku kembali ke rumah bu Siska, ini sudah cukup malam tuan” ucap Arlin yang siap akan membuka pintu mobil.“Hey tunggu!” tiba-tiba tangan Vardyn menggenggam cepat lengan Arlin dan menghentikan gerak gadis itu.“Ada apalagi tuan?” Alin menoleh spontan kearah Vardyn.“Apa tidak bisa disini dulu sebentar” ucap Vardyn sambil melepaskan genggamannya.“Apa ada yang m