Share

Siapa yang Ditemukan?

Penulis: Aksara_Lizza
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-07 10:45:20

"Hi, Felix!"

Felix hanya menatapnya dengan datar, tanpa sedikit pun ketertarikan menyambut keberadaan pria yang berdiri di hadapannya—Noah, sepupunya yang tampaknya datang tanpa diundang dan tanpa memahami batas.

"Mau apa kau kemari? Tidak ada yang perlu kau periksa di sini, tidak ada yang sakit."

Nada Felix datar, nyaris malas, seolah kedatangan Noah hanyalah gangguan kecil yang tak berarti.

Noah menaikkan alisnya, menyandarkan tubuhnya pada pintu dengan santai. "Aku belum memberimu selamat untuk pernikahanmu dengan Marsha. Jadi—"

Felix memotongnya sebelum kalimat itu sempat menggantung terlalu lama. "Aku tidak menikahinya."

Ekspresi Noah berubah seketika. Sepupunya yang satu ini memang terkenal impulsif, tapi ini? Ini benar-benar tak terduga.

"Why? Lalu, siapa wanita yang menggantikan Marsha? Dan kenapa kau tidak jadi menikahinya?" tanya Noah, matanya menyipit, mencoba membaca sesuatu di balik wajah tak terbaca Felix.

Felix menyeringai tipis, tetapi senyum itu lebih menyerupai kilatan pisau dalam kegelapan—berbahaya, mengancam. "Aku menikahi adiknya yang jauh lebih lugu dan polos, yang bisa kukendalikan sesukaku."

Noah menganga, keterkejutan tergambar jelas di wajahnya. Ia tahu Felix sering bertindak di luar nalar, tapi ini? Ini bahkan melampaui kegilaan yang pernah ia bayangkan.

Tak lama kemudian, suara langkah ringan terdengar. Emily muncul dari balik pintu, kehadirannya seperti angin sepoi yang menembus badai yang berputar di antara dua pria itu.

Tatapannya tenang, senyumnya tipis—tapi ada sesuatu dalam cara ia berdiri, seolah-olah ada belenggu tak terlihat yang mengikat pergelangan kakinya.

"Halo," sapanya sopan.

Noah menatapnya dengan takjub sejenak, kemudian terkekeh pelan. "Kau … istri pengganti, hm? Cantik juga. Tidak jauh beda dengan Marsha," ucapnya, nada suaranya ringan, tapi ada decakan kekaguman yang tidak bisa disembunyikan.

Emily hanya tersenyum tipis, senyum yang lebih menyerupai ilusi daripada kebahagiaan yang nyata.

Felix, di sisi lain, hanya meliriknya sekilas sebelum kembali menatap Noah dengan ekspresi bosan. "Tidak perlu bersikap baik padanya. Bahkan keluarganya pun tidak ada yang bersikap baik padanya."

Noah mendesah, geleng-geleng kepala. "Oh, Felix. Kau harus bersikap baik pada istrimu. Sudah tahu keluarganya tidak baik, kau malah menambah beban padanya." Lalu, ia beralih ke Emily dengan senyum lebih ramah. "Siapa namamu, hm?"

"Emily," jawabnya pelan, hampir seperti suara angin yang terseret dalam pusaran yang lebih besar darinya.

Noah mengangguk, matanya menelaah wajahnya dengan pandangan yang sulit ditebak. "Nama yang indah," pujinya tulus.

Felix hanya mendengus pelan, seakan merasa muak dengan percakapan ini. "Jangan memujinya. Kita tidak tahu bagaimana hatinya," ucapnya dingin. "Bisa saja dia juga akan mengkhianatiku seperti yang telah kakak tirinya lakukan padaku."

Emily menoleh cepat ke arah Felix, tatapannya penuh dengan luka yang tak sempat disuarakan.

"Aku bahkan tidak pernah menjalin hubungan dengan siapa pun. Tiba-tiba saja aku dipaksa menggantikan kakakku."

"Woah! Kau sangat beruntung mendapatkan seorang gadis suci yang tak pernah menjalin hubungan dengan siapa pun. Pertahankan, Bung!" seru Noah, suaranya dipenuhi nada canda yang ringan, seolah ini hanya percakapan biasa di antara dua pria.

Felix tak bereaksi. Matanya, yang sedari tadi mengunci sosok Emily, seakan tidak memiliki ruang untuk mendengar ocehan Noah.

Emily merasakan tekanan itu. Matanya bertemu dengan milik Felix, dan di sana, ada sesuatu yang samar—keraguan? Kecurigaan? Atau sesuatu yang lebih gelap?

"Kenapa? Kau tidak percaya jika aku tidak pernah menjalin hubungan dengan siapa pun? Kau sudah membuktikannya di malam pertama itu," ucap Emily, suaranya nyaris berbisik, namun cukup jelas untuk membelah keheningan di antara mereka.

Felix akhirnya berkedip, seolah baru saja tersadar dari lamunannya. "Ya, aku tahu," jawabnya singkat, namun ekspresinya tetap datar, nyaris dingin.

Noah, yang masih berdiri di sana, terkekeh kecil. "Kenapa tidak kau pilih adiknya saja, Felix? Malah memilih Marsha yang telah mengkhianatimu, bahkan kabur di pesta pernikahan kalian," ucapnya, nadanya lebih ringan, tapi ada keheranan tersirat di balik kata-katanya.

Felix mengembuskan napas panjang, lalu menoleh ke Noah dengan ekspresi yang penuh kejenuhan. "Sebaiknya kau pulang, Noah. Ada urusan yang harus aku selesaikan. Aku sedang tidak ingin diganggu oleh siapa pun."

Noah mendengus pelan, jelas tidak terpengaruh oleh sikap dingin Felix. Dengan santai, ia memutar bola matanya sebelum akhirnya beranjak dari tempat duduknya.

"Baiklah. Sekali lagi, selamat atas pernikahanmu," ujarnya, lalu menjetikkan matanya ke arah Emily sebelum melangkah pergi.

Keheningan menyelimuti ruangan begitu pintu tertutup di belakang Noah. Hanya ada mereka berdua sekarang.

Felix masih menatap Emily. Dalam keheningan itu, ada sesuatu yang mengalir di antara mereka—sesuatu yang tidak bisa dijelaskan hanya dengan kata-kata.

Emily bisa merasakan intensitas tatapannya, bisa mendengar napasnya yang teratur, bisa merasakan kehadiran pria itu memenuhi ruang di sekelilingnya.

Ada sesuatu yang ingin Felix tanyakan. Sesuatu yang menggantung di udara, namun belum juga terucapkan.

Emily mengerutkan kening. "Ada apa?" tanyanya akhirnya.

Felix menghela napas panjang, seakan bersiap untuk mengatakan sesuatu yang berat. Namun, sebelum ia sempat membuka mulut, suara nyaring dari ponselnya memecah keheningan.

Nada dering itu menusuk atmosfer di antara mereka, mencabik ketegangan yang baru saja terbentuk.

Felix merogoh sakunya dengan cepat, lalu menjawab panggilan itu dengan nada tegas dan tanpa basa-basi. "Kau sudah menemukannya?"

Emily merasakan dadanya berdegup lebih cepat. Tangannya tiba-tiba terasa dingin.

Siapa yang telah ditemukan oleh Felix?

Apakah Marsha?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Tamat!

    Cahaya senja membias di jendela kaca besar kantor pusat Felix Corporation.Di dalam ruangannya yang luas dan kini terasa jauh lebih tenang, Felix berdiri memandangi kota Meksiko yang tengah sibuk menjelang malam. Di tangan kirinya tergenggam selembar laporan penahanan atas nama Marsha Estrella Germain.Ia memejamkan mata sejenak, membiarkan udara masuk perlahan ke dalam paru-parunya. Semua terasa nyata—dan berakhir. Setelah berbulan-bulan permainan kotor dan manipulasi, akhirnya satu per satu kepingan masalah itu runtuh.Di sisi lain kota, Marsha baru saja dibawa menuju ruang tahanan wanita dengan wajah kusut dan rambut berantakan.Tuduhan atas pemalsuan identitas, pencemaran nama baik, serta keterlibatannya dalam konspirasi pemalsuan hasil DNA, kini resmi menjatuhkan vonis yang akan lama membelenggunya.Saat pintu sel tertutup di belakang punggungnya, Marsha terduduk di lantai. Ia memeluk lutut, matanya menatap kosong ke arah jeruji besi yang dingin. Tak ada lagi senyum licik, tak ad

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Sabotase yang Terencana

    Pagi yang biasanya penuh ketenangan di rumah besar keluarga Felix berubah menjadi hiruk-pikuk.Berita di layar televisi menampilkan laporan mendesak tentang proyek konstruksi milik Felix yang tiba-tiba dihentikan oleh pihak berwenang karena tuduhan pemalsuan dokumen legal dan ketidaksesuaian struktur bangunan.Emily yang tengah menyusui bayi mereka, Oliver, langsung menoleh pada Felix dengan wajah penuh tanya.“Ada apa ini, Lex?” tanyanya, suaranya serak karena cemas.Felix berdiri di tengah ruang keluarga, wajahnya tegang, jemarinya menggenggam ponsel erat.“Ini ulah Harland,” gumamnya lirih, namun penuh keyakinan.Emily berdiri perlahan, menggendong bayi mereka. “Dia belum selesai juga, ya?”Felix mengangguk, matanya penuh bara. “Dia tahu dia kalah dalam permainan sebelumnya. Sekarang dia mengincar reputasiku di mata publik.”Tak berselang lama, Axl masuk tergesa-gesa membawa se

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Malam yang Membara

    Pagi itu, udara Meksiko berhembus sejuk ke halaman depan rumah Felix dan Emily. Burung-burung bernyanyi di kejauhan, dan aroma kopi segar memenuhi ruang makan tempat Emily duduk santai sambil memandangi halaman dari jendela kaca.Baru saja ia akan menyeruput minuman hangatnya, suara ketukan keras terdengar dari arah depan. Tak seperti biasanya—suara itu terdengar menantang, kasar, dan tidak sabar.Salah satu pelayan berlari masuk dan berkata pelan, “Nyonya... ada tamu di gerbang depan. Seorang wanita... menyebut namanya Marsha.”Emily meletakkan cangkir dengan tenang. Matanya menajam.Ia bangkit dan berjalan ke arah pintu depan. Tak lama, pintu utama terbuka, dan sosok yang sudah sangat dikenalnya berdiri di sana dengan senyum mengejek di wajahnya.Marsha mengenakan gaun putih elegan yang terlalu mencolok untuk pagi hari. Di gendongannya, seorang anak laki-laki duduk tenang, tak tahu apa-apa tentang badai yang sedang bergulir di a

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Kebenaran yang Akhirnya Terungkap

    Hujan turun lembut membasahi atap kantor Felix malam itu. Di dalam ruang kerjanya yang gelap dan hening, Felix menatap jendela kaca besar dengan pandangan kosong.Sudah lima hari sejak hasil tes DNA pertama keluar—dan ia masih tidak bisa mempercayainya. Ada yang janggal. Ada yang tidak bisa ia terima begitu saja.Namun di balik semua itu, ada seseorang yang bekerja diam-diam: Noah.Tanpa sepengetahuan siapapun, bahkan Felix, Noah telah membawa sampel DNA yang sama ke laboratorium independen lain. Ia tahu, kakaknya tidak akan pernah bisa tenang bila tidak menemukan kebenaran sejati.Dan sore itu, hasilnya datang.Noah langsung menjemput berkasnya sendiri, mengamankannya seperti harta karun.Ia membuka amplop itu dengan tangan dingin, membaca isinya cepat namun teliti. Begitu selesai, ia menghela napas panjang—antara lega dan marah.Hasilnya negatif. Anak itu bukan darah daging Felix.Di tempat lain, di sebuah apartemen mewah yang disediakan Harland, Marsha duduk bersandar di sofa denga

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Hasil yang Menyesakkan

    Langit Meksiko tampak cerah pagi itu, tetapi hati Emily sebaliknya—gelap, suram, dan penuh keraguan. Ia duduk diam di ruang kerja rumah mereka, menatap amplop putih di atas meja. Di sana tertulis dengan huruf tebal:“Hasil Pemeriksaan DNA – Confidential.”Jantungnya berdetak keras. Tangan Emily gemetar saat membuka amplop itu, dan begitu matanya membaca isi laporan laboratorium, tubuhnya seketika kaku.“Kecocokan DNA antara subjek A (Felix Ricardo) dan subjek B (anak laki-laki bernama Mateo): 99,98%. Kemungkinan sebagai ayah biologis: Sangat Tinggi.”Emily menatap lembaran itu lama. Satu per satu kata seakan membakar matanya. Sangat tinggi. Kata-kata itu menghujam seperti paku ke dalam hatinya.Saat Felix pulang tak lama kemudian, ia langsung menghampiri Emily yang masih duduk terpaku.“Sudah datang?” tanyanya sambil menunjuk amplop yang digenggam Emily.Emily mengangguk pelan. “Kau ingin membacanya sendiri?” tanyanya tanpa intonasi.Felix mengambil lembaran itu, membacanya cepat, lal

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Baru Saja Dimulai

    Dunia bisnis tidak pernah tidur. Begitu pula dengan ancaman yang bersembunyi di balik senyuman formal dan jabat tangan hangat. Hari itu, ruang rapat Ricardo Corporation lebih sunyi dari biasanya.Felix duduk di ujung meja besar berlapis kaca hitam, matanya menatap dokumen pembatalan kerja sama dari dua perusahaan Eropa yang selama ini menjadi klien utama.Felix mengernyit, lalu meletakkan kertas itu di atas meja dengan suara pelan namun tegas. “Ini yang kedua minggu ini,” gumamnya pelan.Noah, yang duduk di sebelahnya, menatap Felix dengan wajah tegang. “Kita dapat kabar bahwa beberapa mitra merasa reputasimu mulai dipertanyakan, Lex. Rumor di luar... menyebar cepat.”Felix mengangkat wajahnya, rahangnya mengeras. “Mereka bilang apa?” tanyanya ingin tahu.Noah menunduk sesaat sebelum berkata, “Bahwa kau telah menelantarkan anakmu, darah dagingmu sendiri. Bahwa kau tidak bertanggung jawab dengan apa yang telah kau lakukan pada Marsha.”Brak!Felix menghantam meja itu dengan keras. Ia k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status