Chapter: Mengancam ReginaFelix melangkah cepat memasuki gedung tinggi bertuliskan "Regina Corp" di pintu kaca depannya. Wajahnya tampak gelap, rahangnya mengeras, sorot matanya tajam seperti bilah pisau.Tanpa memperdulikan sapaan resepsionis, ia langsung menuju lift dan menekan lantai tertinggi.Begitu sampai, ia berjalan lurus ke arah pintu besar bertuliskan "CEO Office" tanpa mengetuk. Dengan satu dorongan kuat, pintu terbuka, membentur dinding dan membuat suara keras bergema.Di dalam, Regina yang sedang duduk di balik meja kerjanya mengangkat wajah, lalu tersenyum lebar begitu melihat siapa yang datang."Felix!" serunya riang, berdiri dari kursinya dan melangkah mendekat, seolah-olah Felix datang untuknya dengan niat baik.Namun, sambutan itu langsung dibalas dengan tatapan dingin membunuh dari Felix. Ia berdiri tegak di hadapan Regina, kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya, menahan amarah yang hampir meluap."Beraninya kau," geram Felix, suaranya rendah dan bergetar menahan emosi, "mengganggu istrik
Last Updated: 2025-04-28
Chapter: Hanya Mantan Kekasih Felix“Kekasih?” ulang Felix, suaranya terdengar serak, antara marah dan tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.Emily menganggukkan kepalanya pelan, matanya tidak pernah lepas dari wajah Felix. “Apa kau memiliki kekasih selama ini, Felix?” tanyanya lagi, suaranya bergetar, penuh dengan harap dan ketakutan.“Tidak!” jawab Felix tegas, menatap langsung ke dalam mata istrinya. Tatapan itu tajam, penuh keyakinan, seolah ingin menegaskan bahwa tak ada kebohongan dalam kata-katanya.Namun Emily tetap ragu. “Tapi... wanita itu bilang bahwa kau adalah kekasihnya. Dia bahkan berucap dengan sangat percaya diri,” katanya lirih, seolah-olah hatinya mulai condong mempercayai ucapan wanita asing itu.Melihat Emily yang seperti itu, Felix semakin geram. Rahangnya mengeras, dadanya naik-turun cepat menahan amarah.Tanpa berkata apa-apa, ia membalikkan badan dan melangkah menuju walk-in closet, meninggalkan Emily yang berdiri terpaku di tempatnya.Emily, yang tidak ingin kehilangan jawaban, sege
Last Updated: 2025-04-27
Chapter: Apakah yang Dikatakannya Benar?Dering nyaring dari ponsel yang tergeletak di atas nakas membuat Emily menggeliat kecil dalam tidurnya.Matanya mengerjap pelan, menyesuaikan diri dengan cahaya remang kamar, sebelum akhirnya memfokuskan pandangannya pada sumber suara.Dengan alis bertaut, ia mengulurkan tangan dan mengambil ponsel itu. Layar ponsel menunjukkan sebuah nomor tak dikenal yang sedang berusaha menghubungi.“Nomor siapa ini?” ucapnya dengan pelan. Nomornya asing, tanpa nama, tanpa identitas yang tersimpan.Emily mengerutkan kening. Ia menoleh ke kanan, lalu ke kiri, mencari sosok suaminya, Felix. “Ke mana Felix? Sudah pergi? Tapi, tidak mungkin dia meninggalkan ponselnya jika sudah pergi.”Namun, ranjang di sebelahnya kosong dan dingin. Ia mengangkat sedikit tubuhnya, mendengarkan lebih seksama.Suara gemericik air terdengar dari kamar mandi, menandakan Felix sedang mandi. Emily menghela napas lega sesaat, tapi tatapannya kembali tertarik pada ponsel di tangannya yang kembali bergetar, layar kembali menyal
Last Updated: 2025-04-27
Chapter: Memegang JanjinyaFelix menatap Emily dengan tatapan panas, matanya tak beralih sedetik pun darinya. Dalam satu gerakan cepat dan mantap, ia membungkuk dan mengangkat tubuh mungil Emily dengan gaya bridal—membuat gadis itu terkesiap kecil.Lengan kekarnya terasa kuat dan hangat membungkus tubuh Emily, membuat jantungnya berdebar tak karuan.Dengan langkah mantap, Felix membawa Emily melewati lorong dan masuk ke kamar mereka.Tanpa meletakkannya, ia menutup pintu kamar dengan kakinya, menciptakan bunyi klik lembut yang membuat suasana di antara mereka mengental dengan ketegangan.Felix menundukkan wajahnya, membisik di telinga Emily dengan suara serak penuh gairah,"Jangan pura-pura tidak tahu, Emily... Kita sudah lama tidak bercinta."Emily menelan ludahnya dengan gugup, merasakan panas menyebar dari telinga hingga ke pipinya. Suara Felix begitu berat, dalam, dan sangat berbahaya bagi pertahanannya yang mulai runtuh.Dengan suara bergetar namun mencoba terdengar tenang, Emily mengangkat wajahnya dan be
Last Updated: 2025-04-26
Chapter: Ingin Menua Bersamamu“Aku membawakan makanan kesukaanmu.” Suara Felix terdengar lembut dan tenang saat ia melangkah masuk ke ruang tengah, membawa sebuah mini box mungil berwarna merah muda di tangannya.Cahaya sore yang masuk dari jendela memantul di permukaan kotak itu, membuatnya tampak seperti hadiah kecil yang istimewa.Emily sedang duduk santai di sofa, bersandar dengan nyaman sambil menonton acara televisi favoritnya.Suara TV terdengar samar di latar belakang, namun seketika perhatiannya teralih saat Felix meletakkan kotak tersebut di meja di hadapannya.“Kesukaanku? Apa itu?” tanyanya dengan nada penasaran, matanya membulat penuh rasa ingin tahu. Ia langsung meraih kotak itu dan membukanya perlahan.Begitu tutupnya terbuka, aroma manis langsung tercium. Warna-warni pastel dari deretan macaron yang tertata rapi membuat matanya berbinar. Emily menoleh cepat ke arah Felix, matanya membesar karena terkejut.“Macaron? Kau tahu aku sangat menyukai macaron?” ucapnya dengan nada yang penuh kejutan sekali
Last Updated: 2025-04-25
Chapter: Rasa Panik Marsha“Pa. Ada yang ingin aku tanyakan padamu.” Suara Marsha terdengar pelan namun serius saat ia melangkah pelan mendekati sang ayah yang sedang duduk santai di sofa ruang tengah.Di tangannya, Harland memegang majalah edisi terbaru, matanya sibuk mengikuti tiap baris kata di halaman yang terbuka.“Katakan saja. Aku akan mendengarnya,” jawab Harland datar, tanpa sedikit pun menoleh ke arah anak perempuannya. Nada suaranya tenang, nyaris seperti sedang membicarakan cuaca.Marsha berdiri sejenak, menatap wajah ayahnya yang tak bergeming, lalu menarik napas panjang sebelum duduk perlahan di sofa seberang.Matanya memandangi Harland lekat-lekat, mencoba mencari celah untuk memahami isi kepala pria paruh baya itu.“Kau serius ingin membuat Felix dan Emily berpisah? Dengan cara apa?” tanyanya langsung, tanpa basa-basi, menyimpan keheranan sekaligus kekhawatiran dalam nada suaranya.Mendengar pertanyaan itu, Harland akhirnya menghentikan aktivitas membacanya. Ia menutup majalah dengan satu geraka
Last Updated: 2025-04-25
Chapter: Liam akan Kembali PadanyaAleena terdiam, jantungnya berdegup kencang seakan ingin menerobos keluar dari rongga dadanya.Kata-kata yang baru saja meluncur dari bibir Liam masih menggantung di udara, menusuk relung hatinya dengan getir. Ia bahkan tak sanggup menatap pria itu, tak ingin melihat wajah yang kini dipenuhi aura mengancam.“Aku tidak pernah main-main dengan ucapanku, Aleena,” bisik Liam dengan suara rendah yang sarat ketegasan. Jemarinya yang kokoh namun lembut mengusap bibir Aleena, seakan ingin menghapus keraguan yang tertinggal di sana.Tatapan Liam melekat pada wajahnya, dalam dan menuntut, sebelum tiba-tiba, tanpa aba-aba, pria itu menyambar bibirnya.Aleena terkejut, matanya membelalak penuh keterkejutan saat bibir Liam menekan miliknya dengan intensitas yang mendominasi.Aleena meronta, kedua tangannya berusaha mendorong tubuh Liam menjauh, tapi sia-sia. Tenaga pria itu jauh lebih besar darinya. Ia terperangkap dalam ciuman yang memabukkan sekaligus menyesakkan, berusaha sekuat tenaga untuk me
Last Updated: 2025-03-17
Chapter: Ancaman Gila LiamDua jam setelah John pergi, Liam yang sedari tadi menahan diri akhirnya tak bisa lagi mengabaikan perasaan yang berkecamuk dalam dirinya.Dengan langkah lebar, ia menuju ruang kerja Aleena, hatinya penuh dengan kemarahan dan rasa tak terima.Saat pintu terbuka dengan keras, Aleena yang sedang fokus pada dokumen-dokumen di mejanya langsung tersentak.Ia mengangkat wajahnya dengan kaget, matanya membulat melihat sosok Liam berdiri di ambang pintu dengan ekspresi murka."Apa yang kau lakukan di sini?" protes Aleena tajam, mencoba menutupi keterkejutannya.Liam tak menjawab. Ia melangkah mendekat, tatapan matanya tajam dan menusuk. Dalam sekejap, ia mencengkeram kedua tangan Aleena dengan kuat, membuat wanita itu mengernyit kesakitan."Apa kau sengaja membuatku marah, hah?" suara Liam terdengar geram.Aleena mengerutkan keningnya. Ia tak mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh Liam."Jangan pura-pura tidak tahu, Aleena," lanjut Liam dengan suara yang lebih rendah, namun sarat dengan emo
Last Updated: 2025-03-16
Chapter: Sengaja Ingin Membuat Liam CemburuPagi itu, suasana di Alen’s Resto cukup ramai dengan para pelanggan yang datang untuk menikmati sarapan mereka. Jenny, yang sedang bertugas di bagian depan restoran, dengan sigap menyambut setiap tamu yang masuk.Namun, langkahnya terhenti seketika ketika melihat sosok yang begitu dikenalnya berdiri di ambang pintu.Liam.Pria itu melangkah masuk dengan percaya diri, mengenakan setelan formal yang membuatnya tampak begitu profesional.Di belakangnya, tiga orang klien mengikuti, terlihat siap untuk melakukan pertemuan bisnis. Jenny menghela napas pelan, merasa kesal sekaligus terkejut dengan kehadiran Liam di sini.‘Kenapa dia harus datang ke sini? Bukannya masih banyak restoran lain yang bisa dipilih?’ gumam Jenny dalam hati.Tanpa menunggu lebih lama, ia berbalik dan langsung menuju ruang kerja Aleena. Di dalam ruangan itu, Aleena tengah fokus memeriksa data keuangan restoran, tanpa menyadari ada tamu tak terduga di luar.“Aleena, kau tidak akan percaya siapa yang baru saja datang,”
Last Updated: 2025-03-16
Chapter: Aku tidak Butuh Uangmu!Suara bel pintu berdenting berulang kali, menggema di dalam rumah, mengusik ketenangan malam yang mulai merayap.Aleena menghela napas panjang, berusaha mengabaikannya, tetapi suara itu tak kunjung berhenti. Dengan kesal, ia melangkah cepat menuju pintu dan menariknya dengan gerakan kasar.Begitu melihat siapa yang berdiri di balik pintu, ia langsung memutar bola matanya dengan jengkel.“Ada apa lagi, Liam? Apa kau tuli? Aku sudah bilang, aku tidak ingin bertemu denganmu lagi!” Nada suaranya tegas, tajam seperti belati yang siap menusuk siapa pun yang berani mengusik batasannya.Namun, Liam tak bergeming. Ia tetap berdiri di sana, wajahnya penuh dengan pertanyaan yang mendesak untuk segera mendapatkan jawaban.“Apa benar, kau akan menikah dengan John?” tanyanya tanpa basa-basi.Aleena sontak membelalakkan matanya, dadanya berdesir mendengar nama itu keluar dari bibir Liam. “Da—dari mana kau tahu tentang John?” suaranya bergetar, antara terkejut dan tak percaya.Liam memejamkan matanya
Last Updated: 2025-03-15
Chapter: Kami akan MenikahHati ayah mana yang tidak sakit mendengar ucapan dari anaknya sendiri yang tidak mengakuinya sebagai ayah?Liam benar-benar terdiam, seakan tak percaya dengan kata-kata yang baru saja meluncur dari bibir putranya.Sorot matanya meredup, dadanya terasa sesak, seolah dihantam oleh kenyataan yang pahit.“Tapi, Aiden….” ucap Liam lirih, mencoba meraih kembali hubungan yang nyaris hancur.Aiden menatap Eve dengan dingin, tatapannya tajam, tak tergoyahkan. “Apa? Kau mau mengelak ucapanku?” suaranya terdengar dingin, penuh ketegasan.John yang sejak tadi mengamati ketegangan di antara mereka hanya bisa menghela napas pelan.Ia mengusap lembut pucuk kepala Evelyn dan tersenyum menenangkannya. “Sudah, jangan berdebat lagi,” ujarnya dengan nada lembut, mencoba meredakan suasana yang semakin memanas.Namun, Liam tak bisa tinggal diam. Ia butuh kepastian, ia perlu jawaban. Dengan rahangnya yang mengeras, ia menatap John dengan tatapan tajam penuh tanda tanya.“Siapa sebenarnya kau?” tanyanya deng
Last Updated: 2025-03-15
Chapter: Paman bukan Ayah Kami!“Paman John!”Seruan riang itu meluncur dari bibir mungil Aiden dan Evelyn, dua anak kembar yang berusia enam tahun.Keduanya berlari dengan langkah kecil namun penuh semangat ke arah pria yang berdiri bersandar pada mobil hitamnya. John menoleh, lalu menyunggingkan senyum hangat khasnya.“Halo, anak-anak pintar. Hari ini Paman menjemput kalian lagi,” ujar John seraya membuka kedua lengannya, membiarkan si kembar memeluknya dengan penuh antusias.“Yeay!” seru Aiden, matanya berbinar cerah. “Senang sekali bisa dijemput oleh Paman John lagi. Apakah Mommy sedang sibuk, Paman?”John mengangguk, menatap lembut bocah laki-laki itu. “Ya. Mommy kalian sedang sibuk. Jadi, Paman yang menjemput kalian.”Evelyn mengangguk-angguk, seolah memahami sesuatu yang penting. Sementara itu, Aiden menatap John dengan tatapan penuh harap.“Asyiik! Apakah kami boleh jajan dulu, Paman? Tapi, jangan beritahu Mommy. Pleaassee!” pinta Aiden, menyatukan kedua telapak tangannya dengan ekspresi penuh permohonan.Jo
Last Updated: 2025-03-13