"Tapi Bos Yoga. Melihat loyalitas mereka pada pimpinan dan ganknya, aku merasa orang di belakang kedua orang yang kubunuh itu, bukanlah orang atau gank sembarangan Bos," ujar Edo, mengungkapkan pandangannya. "Hmm. Kau benar juga Edo. Tapi siapa takut dan peduli akan hal itu..! Gank Shadow akan terus jaya dan bersinar..! Siapapun musuh yang menghadang, akan kita libas rata dengan tanah..!" seru Yoga penuh getar intimidasi. "Siap..! Bos Yoga..!" seru serentak para anggota gank Shadow, yang berada di teras posko itu. "Mulai sekarang, tambah personil dan perketat penjagaan area di sekitar markas dan kediaman Bos besar kita ini..! Jika ada pengintai atau orang yang mencurigakan lagi, maka sikat dan habisi saja mereka tanpa ampun..! Kalian paham..?!" seru tegas Yoga. "Siap Bos Yoga..!" *** Sementara di kediaman keluarga Radit saat itu, telah datang seorang paranormal atau penasehat spiritual andalan Kevin. Pasalnya adalah kondisi Radit, putra kesayangannya itu yang mendadak teramat
"A-ada apa Mas Evan..?" tanya gugup Maya, setelah melihat dan mendengar nada ketegangan dalam percakapan kekasihnya itu. "Begini Maya sayang. Ada rekan Mas yang meninggal, sepertinya Mas hanya akan mengantar Maya sampai depan rumah ya. Mas tak bisa singgah dulu ke rumahmu," ujar Evan, berusaha menjelaskan dengan tenang. Ya, Evan bicara apa adanya pada Maya soal kematian dua orang bayarannya. Kendati dia masih belum menceritakan perihal rencananya, untuk membalas dendam atas kematian ayahnya pada Prayoga Group. "Baik Mas Evan. Tolong sampaikan Maya juga turut prihatin dan berduka cita ya." "Baik Maya." *** Sementara Bimo dan Lidya baru saja tiba di rumah mereka yang di Gorbo. Bekas tempat tinggal Bimo dulu, semasa masih jomblo. Hehe. Suami istri Pak Adi dan Bi Sum, mereka segera menyambut kedatangan majikkan mereka itu dengan senyum gembira. Ya, Lidya memang cukup lama tak mampir di Gorbo karena kondisi kehamilannya. Sementara Bimo masih suka wira wiri mampir ke situ. Otomatis
"Uhhsk..! Milikmu seperti masih virgin saja Monica.. Asshk..!" ucap bergetar Hendra, ditengah gelitik rasa nikmat yang dirasakannya. "Uhhgsk..! A-aku sampai Omm..sshh..!" desah tersengal Monica, tubuhnya pun tersentak dan meregang. hal yang menandakan dia tengah terbang menjemput klimaksnya. "Arrghsk..! K-kita sama Monicaa..shhk..!" Hendra pun sama mengerang hebat, lalu mempercepat terjangan maju mundur di belakang tubuh Monica. "Haagksh..!" dengan hunjaman dalam dan erangan kerasnya, Hendra pun meregang bergetar seraya mendekap erat tubuh Monica dari belakang. Ya, cukup matang dan luar biasa memang stamina seorang Hendra Winata. Di usia paruh bayanya itu, dia masih sanggup melayani sosok Monica. Sosok wanita cantik berstamina iblis..! Usai menikmati deraan klimaks mereka, keduanya langsung membereskan kembali pakaian mereka, lalu duduk bersandar di sofa ruangan lux Hendra. 'Hmm. Semua informasi mengenai kontak Bimo, Lidya, serta data perusahaan telah kudapatkan. Luar biasa mema
"Hihihi..! Baik Devi. Tapi aku sedang tak mau bercanda kali ini. Kenapa kau resign dari kantor Mas Bimo..?" Terdengar nada serius dari Lidya dalam ucapannya saat itu. Saat Devi akhirnya menemukan alibi yang masuk akal, untuk disampaikan pada Lidya. "Kak Lidya. Sebenarnya aku tengah menghadapi masalah perjodohan dari orangtuaku, saat aku mengajukan resign pada Mas Bimo. Aku berpikir tak akan bisa fokus bekerja, dan sebaiknya mundur dulu dari pekerjaanku. Tapi siapa sangka, kesepakatan perjodohan itu dibatalkan sepihak dari keluarga calon suamiku. Dan beginilah sekarang Kak Lidya. Aku masih menikmati kesendirianku. Jomblo is the best..! Hihihi..!" Ada nada serak dalam tawa Devi saat itu, 'Maafkan aku Kak Lidya. Aku terpaksa membohongi alasan sebenarnya padamu', bathin Devi sesak, dan merasa bersalah. "Aihh..! D-devi..! Berat sekali..! Maafkan aku Devi. Keluarga siapa yang telah tak tahu diri mempermalukanmu dan keluargamu itu..?! Sebutkan saja namanya Devi..! Hmmsh..!" Desah priha
"Aihh..! Kenapa Devi bisa sampai resign begitu Mas..?" sentak terkejut Lidya, mendengar kabar itu dari Bimo. "Entahlah Lidya. Mas juga tak mengerti dengan keputusan resign yang diambilnya itu," ujar Bimo tenang. "O ya Lidya. Bagaimana kalau lusa kau ikut Mas ke kantor, sekalian kita bermalam di rumah Gorbo. Kangen juga rasanya bermalam dan ngobrol dengan Pak Adi di sana," usul Bimo. "Hayuk aja Mas Bimo. Aku juga kangen dengan suasana rumah kita di Gorbo sana kok," timpal Lidya senang. Dia memang merasa butuh pergantian suasana, agar tak jenuh terus berada di rumah. *** Siang itu Hendra nampak tengah bersantai di ruangan pribadinya di kantor. Saat... 'Tunda semua agendamu hari ini Hendra..! Aku akan datang..!' sebuah bisikkan seketika merasuk ke dalam jiwa Hendra. Bagaikan sebuah perintah yang tak terbantahkan, dan seketika sosok Monica jelas sekali muncul di benak dan hatinya. Hal yang memunculkan sebuah hasrat dan kerinduan yang aneh. Sejenak kesadaran Hendra sekuat daya beru
"Sudahlah Ayah, Ibu. Devi tak apa-apa dan tak masalah dengan pembatalan perjodohan ini. Lebih baik kita tak usah lagi berhubungan dengan keluarga Radit itu," ujar Devi tenang dan tanpa emosi. "Ahh, m-maafkan kami Devi. Kami telah berbuat salah dengan menjodohkanmu dengan Radit, tanpa bicara dan meminta persetujuan lebih dulu. Tsk, tsk..!" ucap Rini akhirnya.Seraya terisak Rini menghampiri dan mendekap putri satu-satunya itu. "Demi Tuhan. Mulai saat ini kau bebas Devi. Ibu dan Ayah tak akan lagi ikut campur dalam urusan jodohmu. Tsk, tsk..!" bisik Rini serak dan lirih di telinga Devi. "M-makasih Bu. Tsk, tsk..!" dan di titik inilah Devi baru keluarkan luapan hatinya. Hatinya begitu lega, bahagia, dan lepas, saat mendengar janji dari ibunya itu. Ya, karena kebebasannya dalam memilih jodoh atau tidak, adalah hal yang sangat diinginkan Devi. Tanpa intervensi dari orangtuanya sekalipun. Namun Devi juga berjanji dalam hatinya, jika pada saatnya nanti, dia akan tetap menikah dengan seor